.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sudah dua minggu berlalu, bayi mereka telah diizinkan pulang dari rumah sakit. Sekarang, Karina berbaring di atas kasur persis di sebelah bayi nya. Wistara menatap Karina, sesekali menggeliat, kakinya bergerak-gerak, membuat selimut yang menutupi tubuh mungilnya tersingkap.
Karina mengulurkan tangan, dengan hati-hati merapikan selimut itu kembali. "Kecil kecil aktif banget kamu." gumamnya pelan, menahan tawa saat bayi itu menggeliat lagi.
Sementara itu, Winta berdiri di depan cermin yang tergantung di dinding. Ia baru selesai mandi, rambutnya masih basah dan sedikit terurai, ia merapikan rambutnya sambil terus melirik ke arah Karina dan Wistara. Pemandangan itu membuat senyum samar muncul di bibir Winta. Ia memperhatikan bagaimana Karina dengan sabar merapikan pakaian Wistara yang terus tersingkap karena gerakan-gerakan kecilnya.
Dengan perlahan, Winta berjalan mendekat, kakinya berhenti di sisi tempat tidur, di mana Karina masih sibuk memandangi bayi mereka yang kini tampak mulai bergerak lagi.
Karina menoleh, "Kamu lihat kan dia nggak bisa diam." ucapnya pelan, sambil kembali merapikan selimut yang tersingkap.
Winta hanya tertawa, mengambil posisi di sebelah bayi mereka, ia berbaring di sisi lain tempat tidur, "Bagus kan kalau aktif begitu."
Karina terkekeh pelan, menatap Winta yang kini sudah meringkuk di sisi Wistara. "Kamu seneng banget, ya?"
Winta tampak nyaman dalam posisinya, wajahnya sedikit condong ke arah Wistara, lalu menatap Karina lekat, "Jelas, siapa coba yang nggak senang punya istri cantik sama anak yang ganteng kayak gini."
Karina tertawa kecil, "Halah, cangkemmu itu." ujarnya sambil mengalihkan pandangannya kembali pada Wistara, sedikit malu.
Tangan mungil Wistara mulai bergerak-gerak, menggapai-gapai seolah mencari sesuatu. Tanpa sadar, jemari kecil itu menyentuh helai rambut Winta yang masih basah. Rambut hitamnya yang kini mulai memanjang melewati bahu, tersentuh oleh cengkeraman lembut tangan si kecil.
Winta terkekeh, mengangkat sedikit kepalanya agar rambutnya lebih terjangkau. "Rambutku harum, ya?" tanyanya pelan, sengaja memiringkan wajahnya lebih dekat ke Wistara, menyodorkan kepalanya hingga ujung rambutnya menyentuh hidung mungil bayinya, lalu tertawa lagi.
Tapi sebelum ia bisa bercanda lebih jauh, sebuah tangan mendorong pelan kepalanya menjauh dari Wistara. Karina menggeleng kecil dengan napas yang ditahan, berusaha tidak tertawa. "Apa sih kamu," tegurnya dengan nada setengah kesal, merapikan kembali rambut si kecil yang sedikit tergeser. "Nanti mukanya basah."
Winta mendengus. "Lihat tuh, Wistara, bundamu galak banget."
Karina tidak menanggapi lebih jauh, ada senyum kecil yang tak bisa ia tahan di ujung bibirnya.
Winta lalu merangkak dari sisi tempat tidur berpindah mendekati Karina hingga berada tepat di belakangnya, ia melingkarkan lengannya, menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya, meletakkan dagunya di bahu Karina, kemudian menarik napas dalam-dalam. "Aku kangen banget sama kamu," bisiknya, "Padahal kita ketemu tiap hari, tapi nggak tahu kenapa aku kangen kamu terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina ✔️
Fiksi PenggemarWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...