047

876 118 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Karina berdiri di depan cermin besar di kamar, memerhatikan pantulan dirinya dengan saksama, perutnya yang mulai membuncit terlihat jelas. Usia kehamilannya sudah memasuki bulan kelima, dan tubuhnya mulai memberi tanda-tanda bahwa semuanya membutuhkan penyesuaian. Winta berada di belakangnya, bersiap membantu istrinya itu untuk mengenakan dress yang telah dipilih khusus untuk menghadiri acara pernikahan Yovan dan Miranda.

Winta tersenyum geli mengingat Yovan, sosok yang selama ini ia kenal sebagai perempuan yang sangat tertutup soal hubungan pribadi. Bahkan, hampir tak ada rumor tentang asmaranya selama bertahun-tahun. Jelas; tidak ada satu pun perempuan yang pernah tampak dekat dengan Yovan dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, semuanya berubah ketika Miranda masuk dalam kehidupannya. Miranda adalah satu-satunya perempuan yang tampaknya berhasil menarik perhatian Yovan. Ketika Yovan bilang memutuskan untuk menikahi Miranda, itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan bagi Winta. Ia sudah melihat betapa tulus perasaan Yovan kepada Miranda, dan ia tahu bahwa sahabatnya itu telah menemukan seseorang yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup.

Winta menarik diri dari pikiran itu, tangannya dengan lembut menarik resleting dress berwarna krem muda. Ia melakukannya dengan hati-hati, memastikan tidak ada bagian kain yang tersangkut di kulit Karina. Sesekali, ia memerhatikan wajah Karina melalui pantulan cermin.

Setelah memastikan dress itu sudah terpasang dengan sempurna, Winta melangkah ke samping untuk memeriksa penampilan istrinya dari berbagai sudut. Ia mengangguk kecil, tampak puas dengan hasilnya.

Karina hanya tersenyum kecil, lalu berdiri di depan meja rias, tangannya sibuk memilih anting-anting dari sebuah kotak perhiasan kecil.

Sementara itu, Winta memilih duduk di ujung tempat tidur; tahu kalau setelah menunggu Karina selesai berdandan selama hampir setengah jam, selanjutnya akan masuk pada fase yang paling lama lagi. Satu kaki Winta bersilang di atas yang lain. Matanya hanya sesekali mengamati Karina yang masih sibuk dengan aksesorisnya. Sehelai rambut jatuh ke wajah Winta, dan dengan gerakan refleks, dia menyelipkannya kembali di belakang telinga.

Karina mengambil sepasang anting-anting kecil berbentuk tetesan air, memegangnya di dekat telinganya, lalu mengerutkan kening. Tidak cocok. Dia meletakkannya kembali ke dalam kotak sebelum mengeluarkan anting-anting berbentuk lingkaran kecil berlapis emas. Kali ini dia tampak lebih yakin, namun tetap melirik ke arah Winta seolah meminta pendapat.

"Gimana sama yang ini? Cocok?" tanya Karina tanpa menoleh, mengangkat kedua anting-anting itu di depan cermin.

"Cocok." jawab Winta seadanya, dia tahu Karina tidak benar-benar butuh jawaban. Perempuan itu akan tetap mencoba beberapa pilihan lain sebelum akhirnya memutuskannya sendiri.

Setelah memilih anting-anting, Karina beralih ke gelang. Ia mengulurkan tangannya ke dalam kotak, menarik keluar gelang tipis dengan hiasan berlian kecil. Dia mencoba memakainya, namun berhenti, memandangnya dengan ragu. Lalu, dia mengambil gelang lain, kali ini yang berbahan perak. Gelang itu melingkar di pergelangan tangannya dengan sempurna, namun Karina tampak tidak puas dan melepaskannya lagi.

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang