053

891 137 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Winta baru saja memasukkan mobil ke garasi rumah, dia membuka pintu mobil dan menarik box berisi pot-pot bunga yang dibelinya tadi, lalu menutup pintu mobil dengan lembut dan berjalan menuju pintu depan rumah.

Saat Winta memasuki rumah, Karina mendongak, melihat Winta yang berjalan menuju dirinya sambil membawa box tersebut. Winta tersenyum lebar, dengan hati-hati, meletakkan box itu tepat di samping Karina yang tengah mengawasi Wistara di atas karpet.

Winta lalu duduk di sebelah Karina, "Ini buat kamu." katanya.

Karina menoleh perlahan, matanya melirik box yang kini tergeletak di sebelahnya. Dia mengerutkan kening, lalu memandang tanaman-tanaman itu satu per satu. "Kok kaktus semua?" tanyanya heran.

Winta tertawa kecil, mengusap tengkuknya. "Biar nggak mati kalau kamu lupa nyiram, kan kaktus bisa bertahan hidup tanpa air." jawabnya santai. Jelas dia memilih kaktus karena tanaman itu tidak terlalu memerlukan perhatian khusus. Lagipula, Karina selalu sibuk, dan Winta tidak ingin memberi tambahan beban di tengah kesibukannya.

Karina tertawa pelan mendengar jawaban Winta, tangan yang tadinya melayang di atas bayi mereka kini terulur untuk memukul pelan tangan perempuan itu. "Aneh ih," katanya dengan suara tertahan, tetapi matanya tetap menatap pot-pot kaktus itu, "Makasih ya."

Winta mengangguk lagi, "Aku mandi dulu." katanya, lalu berdiri dan berjalan menuju kamar.

Karina kembali fokus pada Wistara, suara lembut dan tidak jelas keluar dari mulutnya seolah-olah sedang berbicara dengan dirinya sendiri, membuat Karina tersenyum lembut.

Tak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki ringan dari arah tangga. Indah turun dengan mengenakan dress cantik berwarna biru muda.

Karina menatapnya, tidak bisa menahan senyum lebar di wajahnya. "Sekarang ya ngedate-nya?" tanyanya.

Indah merasa sedikit malu dan langsung menggelengkan kepala dengan cepat. "Bukan ngedate, Kak." bantahnya, wajahnya mulai merona merah karena canggung.

Karina hanya tersenyum geli melihatnya, merasa lucu dengan kegugupan Indah yang sepertinya masih merasa tidak nyaman meskipun sudah bekerja bersama mereka selama beberapa bulan.

Indah yang selesai membalas pesan dari temannya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. "Aku pergi sekarang ya, Kak, temanku udah jemput di luar."

"Iya, hati-hati. Kirim GPS-mu ke aku, ya." balas Karina.

Indah mengangguk, "Oke kak!" ucapnya dengan semangat, lalu berjalan keluar rumah menuju mobil yang menunggu di depan.

Di sisi lain, Winta keluar dari kamar dengan rambutnya yang masih setengah basah, helai-helainya menempel di sisi wajah dan lehernya. Ia sempat melirik Indah sejenak yang menutup pintu rumah lalu mendekati wistara.

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang