🌷26 (Sebuah Bencana)

1.8K 142 6
                                    

"Lukas, apakah kau tidak merindukanku?" Saat ini Evelyn asli berusaha mengambil alih tubuh ini dengan kuat, mengingat jiwanya yang  akan sepenuhnya rusak dan menghilang setelah melakukan tindakan berbahaya. Sebelumnya, ia tersegel dalam jiwa Sora sampai dirinya yang sudah menyatu sendirinya. Namun, kini ia merasakan sedikit rasa jengkel terhadap Sora yang begitu lambat dalam tindakan dan tidak menghiraukan semua perkataannya. Sora benar-benar gadis yang keras kepala.

Inilah cara terakhir yang Evelyn punya, yang akan membuat sisa-sisa kepingan jiwanya akan cepat lenyap, ia harus berusaha dengan keras walaupun rasanya ia merasakan sakit yang luar biasa menghantam tubuh ini ketika jiwa nya yang ingin mengambil sepenuh raga aslinya. Sejujurnya ia pun tak bisa berlama-lama di raganya sendiri, mengingat raga ini sudah sepenuhnya milik Sora beserta sisa kepingan jiwanya, jika ia berlama ditubuh aslinya pasti akan menimbulkan efek yang berbahaya pula pada Sora dan juga dirinya nantinya.

Lukas sedaritadi memandang Evelyn karena wanita itu nampak berbeda dari biasanya, sorot mata Evelyn saat ini menyiratkan rasa sedih dan juga rindu secara bersamaan, dibandingkan tatapan Evelyn yang sebelumnya memiliki sorot mata yang berapi-api dan selalu penuh permusuhan terhadapnya, hingga siap untuk memicu pertengkaran kapanpun.

"Kau tak akan menjawab?" Evelyn menatap Lukas dengan begitu instens, jarak diantara mereka benar-benar sangat dekat membuat jantung Lukas kini semakin berdebar tak karuan, suara Evelyn sangat lembut dibanding biasanya, suara yang hanya ia dengar saat mereka sebelum menikah dan suara itu adalah suara yang pernah ia dengar ketika pertama kalinya ia dan juga Evelyn bertemu.

"Aku mendengar suara degup jantungmu disekitar sini, apakah kau begitu sangat mencintaiku?" Evelyn yang memang sebelumnya menyenderkan kepalanya itu tentunya tau perasaan berdebar pria itu.

Hingga membuat perasaan Evelyn asli yang kini seakan bercampur aduk, ia harus segera cepat-cepat menyelesaikannya, tubuh ini tak kuat menahan jiwanya. Ia sangat membutuhkan jawaban dari suaminya yang hanya terus terdiam dan menatap matanya.

"Jika aku berkata mencintaimu sejak awal pertemuan kita, apakah kau percaya?" Tanya Lukas setelah merapatkan mulutnya sedaritadi, Evelyn merasa lega dengan respon itu, tetapi di satu sisi ia juga merasa bingung pertemuan awal apa yang tengah dimaksud suaminya itu.

"Apakah kau mau berbagi cerita pertemuan awal kita? Yang aku tau mengenai pertemuan awal kita saat kita bertemu di altar pernikahan kala itu."

Lukas kini meraih pinggang istrinya dan memeluk pinggang Evelyn dengan begitu lembut, tak lupa tangan sebelah kirinya ia gunakan untuk mengelus surai lembut milik wanitanya itu.

"Kita bertemu di istana, saat itu mungkin kita masih kecil. Kau bersama ayahmu mengunjungi istana untuk menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya ibuku, kau gadis kecil pemalu yang selalu berdiri dibelakang ayahmu, tetapi kau berhasil melangkahkan kakimu yang penasaran akan istana dan menemukanku yang saat itu seorang diri berada di taman  tengah menangis, sehingga kau datang menghampiriku akibat rasa penasaranmu." Lukas bercerita dengan menatap keatas-atas langit seakan mengingat kembali kisah awal pertemuan mereka, tak lupa tatapan sendu pria itu kala mengingat kembali momen dimana sang ibu yang meninggal.

Evelyn merasakan perasaan yang ikut berdebar, ia memang tak begitu ingat dengan ingatan saat kecilnya, hingga saat melihat tatapan Lukas yang berbinar ketika menceritakan kisah mereka, membuat suatu perasaan hangat yang menghantarkan pada dirinya.

"Tetapi aku tak begitu menyukai hubunganmu dengan anak Viscount maupun kakaku. Kau tau aku membenci kedua lelaki itu, berhentilah berkomunikasi jika tidak memiliki kepentingan apapun." Tatapan Lukas secara cepat langsung berubah menjadi sorot mata yang begitu dingin setelah mengucapkan hal tersebut, hal itu juga dapat dirasakan oleh Evelyn.

Grand Duke's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang