🌷25 (Perasaan Tak Terkendali)

2.4K 138 2
                                    

"Salam Grand Duke, ada sebuah surat yang datang hari ini dari kediaman Lexion." Salah satu pengantar surat tersebut menghampiri Lukas saat berada diruang kerjanya dan memberikan surat yang telah di bubuhi sebuah cap lambang keluarga Lexion.

Setelah mengambilnya surat itu, Lukas menyuruh orang itu segera pergi dan kini menatap surat tersebut dengan tajamnya, ia sangat tau untuk siapa surat ini diberikan.

Ia pun segera membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama, surat yang tak akan pernah sampai ketangan istrinya. Segeralah ia membuang surat itu dalam kobaran api yang menjadi penghangat diruang kerjanya. Ia akan segera menyuruh seseorang untuk memberikan surat balasan secepat mungkin agar putra dari Viscount tersebut berhenti mengirimkan sebuah surat jika tidak ada kepentingan sosial apapun.

Sejenak setelahnya ia kembali berkutat dengan tumpukan kertas yang berada diruang kerjanya, pesta kekaisaran juga telah usai. Berita mengenai mertua nya atau lebih tepatnya ayah Evelyn sudah ia dapatkan dari prajurit bayangannya.

"Salam Grand Duke, saat ini Calon Putri Mahkota ingin menemui anda." Lukas yang tengah sibuk itu dan mendengar suara dari arah luar langsung terdiam.

"Salam Grand Duke, saya Lady Cecilia putri Marquees Zelvaro." Seorang gadis dengan surai berwarna keemasan dan memiliki manik mata yang berwarna biru kini memasuki ruangan Lukas, tak lupa ia memberikan salam hormat kepada Lukas yang saat ini hanya diam memandang gadis itu.

"Untuk apa tunangan seorang Putra Mahkota berkunjung ke kediaman seorang Grand Duke tanpa memberikan surat pemberitahuan dahulu." Sahut Lukas dengan dingin serta sorot matanya yang kini sudah menajam menatap gadis itu yang malah melangkah mendekat kearah dimana ia tengah duduk.

"Lukas." Cecilia berucap dengan matanya yang sudah berkaca-kaca disana, Lukas juga hanya terus diam dan tak menanggapi.

"Kau tau kan, aku tak ingin bertunangan dengan Leon. Tolong bantu aku, kau tak lupa bukan, kita adalah sahabat sejak kecil." Keadaan Cecilia saat ini sangat begitu menyesakkan dan tak tau harus berbuat apa, harus dijodohkan dengan orang yang tak ia sukai. Satu-satunya saat ini yang bisa ia minta tolong hanya pria yang sudah bersahabat sejak kecil dengannya

"Urus- urusanmu sendiri Lia. Kau juga tau kan, aku sudah memiliki istri, jadi aku tidak bisa lagi membantumu." Lukas saat ini benar-benar mengabaikan Cecilia tidak seperti dulu saat mereka berdua masih sama-sama lajang. Hal itu membuat Cecilia merasakan hati yang gundah dan bercampur aduk secara bersamaan.

***

"Ana apa kah tidak ada hal lain, yang dapat dilakukan nona bangsawan selain melakukan hal ini?" Saat ini Evelyn merasa dongkol karena ia ingin menghilangkan rasa bosan dikamar dan Ana malah membawanya ke sebuah taman serta tak lupa membawa peralatan alat merajut, yang ia sendiri saja tak menguasai kerajinan tangan ini.

"Kau tau, ini sulit sekali tau!" Evely terus mengeluh tetapi tangannya tetap bekerja, tak lupa tangannya sesekali ikut terkena tusukan kayu karena sedikit merasa terburu dan juga terbelit.

"Nyonya kan dulu suka sekali merajut, apalagi nyonya akan pergi ke utara bersama Grand Duke untuk pertama kalinya, jadi saya menyarankan anda merajut membuat sebuah syal untuk Grand Duke nanti." Ungkap Ana disertai senyuman nya kearah Evelyn, membuat Evelyn menghentikan rajutan di tangannya.

"Enak saja! Aku sudah lelah merajut sampai tanganku sakit tertusuk kayu ini dan hasil rajutan ini akan kuberikan pada Lukas? Tidak akan pernah, karena aku yang akan memakainya sendiri." Balas Evelyn merasa Ana terlalu berekspetasi tinggi kepadanya.

"Tapi nyonya-"

"Maafkan hamba nyonya menyela, apa anda tau kabar Calon Istri Putra Mahkota yang saat ini berada di tempat kerja Grand Duke?"

Grand Duke's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang