🌷9 (Sebuah Pelukan)

4.5K 244 0
                                    

Malam pun telah tiba, sepertinya gadis itu benar benar menepati perkataannya yang akan tidur sampai pagi. Buktinya ketika Ana yang sudah membawa nempan berisikan makanan dan seketika menghela napas sesaat melihat Evelyn yang kini tengah tertidur dengan lasaknya membuatnya menggelengkan kepalanya.

"Nyonya bagunlah sebentar." Ucap Ana sembari meletakkan nampan yang tengah ia pegang dan menaruhnya diatas nakas terlebih dahulu, setelah itu ia sedikit menyentuh lengan milik Evelyn dengan pelan.

"Eugh."

"Nyonya..." Ana terus membangunkan Evelyn, akan tetapi yang dipanggil tidak sadar dan malah semakin nampak pulas dengan bergerak kesana kemari.

Ana memang sebenarnya tidak tega membangunkan Evelyn seperti sekarang. Terlihat sekali dari cara tidurnya bahwa gadis itu benar benar nampak lelah. Tapi apa boleh buat, Ana tidak ingin Evelyn sampai mengosongkan perutnya, apalagi mengingat sore tadi gadis ini sudah mengeluarkan semua isi perutnya, membuat ia tak ingin Evelyn sakit dengan tidak makan.

"Eumh, ibu aku ingin pulang." Gumam Evelyn tidak sadar saat masih tengah tertidur dan membuat Ana memberhentikan gerakannya pada lengan gadis itu sesaat.

"Nyonya..." Panggil Ana kembali, kali ini ia membuahkan hasil, karena kini Evelyn membuka matanya perlahan dan langsung menatap Ana dengan sayu.

"Maafkan saya menganggu tidur anda, saya telah membawa makanan nyonya. Jadi, makanlah terlebih dahulu baru anda bisa tidur kembali." Pinta Ana agar Evelyn tidak sakit nantinya.

Evelyn pun langsung menurutinya dan tak membantah ucapan Ana, ia turun dari ranjang mengambil nampan yang ia lihat itu dan duduk bersila dibawah kaki ranjang, karena saat ini jiwanya belum tersadar secara penuh.

"Astaga, mengapa anda duduk dilantai! Mari duduk dikursi." Pekikan Ana kini membuat kesadaran Evelyn akhirnya pulih dan mendengus kasar.

Tetapi Evelyn hanya menanggapi dengan diam dan mengikuti perintah Ana dengan duduk disebuah kursi dan meja di depannya, setelah itu ia pun menyantap makan malamnya dengan tenang dan tak menghiraukan keberadaan Ana.

Ana yang saat ini melihat Evelyn nampak tenang dengan makanannya membuatnya jadi teringat sifat Evelyn yang dulu. Gadis itu dulu memiliki sifat yang seperti sekarang ia tatap yaitu dengan diam, tenang, dan sunyi dalam melakukan hal apapun.

"Aku sudah selesai, terimakasih atas hidangannya. Kau juga jangan lupa makan, aku akan tidur kembali setelah itu berhenti mengganggu tidurku lagi."

Setelah minum, Evelyn beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya kembali menuju tempat tidurnya, dan melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda sebelumnya.

"Semoga mimpi indah nyonya." Ucap Ana menatap Evelyn sesaat yang kini sudah kembali memejamkan kedua matanya. Dengan senyumannya Ana kini pergi keluar dengan perlahan tanpa menimbulkan suara dan menutup pintu kamar Evelyn dengan hati hati, ketika ia berbalik ia sangat terkejut ada seseorang dibelakangnya dan hampir saja ingin berteriak karena dirinya yang terkejut.

"Salam bagi kemuliaan untuk anda Grand Duke. Maafkan saya sebelumnya saat ini Grand Duchess sedang beristirahat dan sudah terlelap." Salam Ana dengan menjelaskan keadaan Evelyn saat ini, karena takut ia pun menundukkan kepalanya.

"Lalu?" Balas Lukas dengan malas menanggapi pelayan didepannya ini.

"Maafkan saya Grand Duke, jika anda ingin menemui Grand Duchess saat ini sepertinya tidak bisa. Grand Duke bisa menemuinya saat esok pagi ketika Duchess telah bangun." Jawab Ana dengan menjelaskan maksud perkataan sebelumnya, apalagi mengingat Evelyn yang sebelumnya sangat sensitif ketika tidurnya diganggu terus menerus.

"Pergi." Perintah Lukas dengan tegas.

Ana yang mendengar itu langsung mengundurkan dirinya dan pergi sesuai perintah Lukas, lagi pula Ana tak mungkin kan kembali melarang pemimpin wilayah disini, apalagi yang pria itu ingin temui adalah istrinya sendiri. Biarkanlah esok Ana yang menjelaskan kepada Evelyn jika gadis itu marah karena tidurnya diganggu.

Grand Duke's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang