Sudah seminggu berlalu sejak Canny mengetahui fakta mengejutkan tentang keluarganya. Keenam kakaknya tidak menyerah, terus saja mencoba mendekati Canny dengan berbagai cara. Mereka mengirimkan makanan, menawarkan tumpangan, bahkan rela menunggunya pulang di depan minimarket tempat Canny bekerja. Meski Canny memasang wajah datar, di dalam hatinya ia mulai merasakan kebingungan.
Sementara itu, jennie--ibunya--juga sibuk mengejar perhatian dan pengampunan dari Canny. Namun, usahanya itu menciptakan jarak yang semakin nyata dalam rumah tangganya. Sehun yang biasanya lembut, kini mulai menunjukkan rasa tidak suka terhadap perubahan Jennie.
.
.
.
.
.
Di ruang makan
Di ruang makan yang luas, suasana makan malam terasa hening. Sehun duduk di ujung meja makan, mengamati Jennie yang terlihat diam dan banyak melamun, makanannya hanya tersentuh sedikit, dan tatapannya pun terlihat kosong. Ella duduk di samping Jennie, diam memainkan garpu dan sendok di piringnya tanpa banyak bicara.
Sehun meletakkan sendok dan garpunya. dengan suara pelan namun tegas, memecah keheningan. "Jenn, apa yang sebenarnya kau pikirkan akhir-akhir ini?"
Jennie mengangkat wajahnya, sedikit terkejut. "Apa maksudmu?"
"Maksudku... kau. Aku melihatmu berubah. Kau sering keluar tanpa memberitahuku, tampak sibuk dengan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu," jawab Sehun, sorot matanya tajam namun tetap lembut.
Ella menatap Jennie dengan ekspresi hati-hati. Ia tahu Jennie sibuk mendekati Canny, tetapi ia tidak ingin ikut campur dalam percakapan ini.
"Aku hanya..." Jennie mencari kata-kata, lalu meletakkan sendok yang ia pegang. "Aku punya banyak hal yang harus kupikirkan belakangan ini."
"Banyak hal?" Sehun mengulang dengan nada sedikit skeptis. "Hal-hal yang bahkan tidak bisa kau bagi denganku? Kau tahu, kau tidak seperti ini sebelumnya."
Jennie menggigit bibirnya, merasa sedikit terpojok. "Aku hanya sibuk, Sehun. Itu saja."
Sehun menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. "Sibuk? Sibuk dengan apa, Jenn? Kita hampir tidak berbicara selama seminggu. Kau bahkan tidak memperhatikan Ella.
Ella sedikit menunduk, tidak ingin menarik perhatian, tetapi kata-kata Sehun terasa menohok. Jennie terlihat tersentak mendengar itu.
"Aku tidak mengabaikan kalian. Hanya... ada sesuatu yang harus diselesaikan," kata Jennie dengan suara rendah, menghindari kontak mata.
"Tapi sesuatu itu jelas lebih penting daripada keluarga ini," balas Sehun, nadanya lebih dingin dari biasanya. "Aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan, Jenn, tapi aku tahu ada sesuatu. Dan aku tidak suka bagaimana itu mempengaruhi hubungan kita."
Sehun berhenti sejenak, menatap Jennie lebih tajam. "Dan satu lagi, aku ingin tahu, mengapa anak-anak tidak tinggal di rumah ini? Mengapa mereka memilih tinggal di apartemen? Aku tidak tahu apa yang terjadi saat aku pergi dalam perjalanan bisnis, tapi sejak aku kembali, semuanya terasa berbeda."
Jennie terdiam, wajahnya pucat. Ia tahu pertanyaan itu akan datang cepat atau lambat. Namun, ia belum siap memberikan jawaban. "Itu... mereka hanya merasa lebih nyaman tinggal sendiri. Tidak ada masalah besar."
"Tidak ada masalah besar?" Sehun mengulangi dengan nada datar. "Kalau begitu, mengapa aku merasakan ada sesuatu yang salah di keluarga ini? Apa yang kau sembunyikan dariku, Jenn?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Bayang Ibu
RandomCanny, seorang gadis kecil berusia lima tahun, harus menghadapi kenyataan pahit setelah di tinggal pergi oleh ibunya dan keenam kakak perempuannya. Hidupnya berputar di sekitar perawatan perawatan ayah yang sakit dan berjuang dengan keterbatasan eko...