Bab 30

358 72 20
                                    

Mobil yang membawa Ruka dan Rose akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Ruka terdiam, matanya berkeliling, dan dia bergumam dalam hati, "Rumah sakit... sebenarnya siapa yang ingin wanita ini pertemukan denganku di sini?"

Rose menyentuh bahu Ruka yang masih terdiam. "Ayo."

Ruka hanya mengangguk mengikuti tanpa banyak bertanya. Hatinya dipenuhi rasa penasaran, ingin segera tahu siapa yang ingin bertemu dengannya. Mereka berjalan menelusuri lorong rumah sakit, lalu sampai di depan sebuah ruang rawat. Rose menuntunnya masuk, dan Ruka mengikuti dengan perasaan gugup.

Di dalam, terbaring seorang gadis yang tampak sangat lemah, tak sadarkan diri, dengan seorang pemuda lain yang menjaganya di sampingnya. Pemuda itu adalah Niki, keponakan Rose, yang diminta untuk menjaga gadis yang terbaring.

Niki menoleh, melihat kedatangan mereka, dan menyapa, "Bibi, kau datang."

Namun tatapan Niki tertuju pada Ruka yang berjalan masuk bersama Rose. Ada keraguan di matanya. Ruka, yang masih terdiam memandang gadis yang terbaring lemah itu. Jantungnya serasa berhenti sejenak. Di atas brangkar rumah sakit, terbaring Canny, adik bungsunya yang mereka kira telah meninggal dalam insiden kebakaran gudang itu. Kini, di hadapannya, Canny terbaring lemah, seolah baru saja kembali dari kematian.

Ruka masih berdiri diam, tak bergerak, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruka masih berdiri diam, tak bergerak, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di hadapannya, terbaring Canny, adik bungsunya. Perasaan Ruka campur aduk--sedih, terkejut, dan bahagia semuanya bercampur menjadi satu. Rose menyentuh bahu Ruka dengan lembut, berusaha menyadarkannya.

"Ruka..." suara Rose lembut, memanggilnya.

Ruka menoleh, matanya masih berkaca-kaca. "Bagaimana bisa... Canny... dia..." Ruka tergagap, suaranya terputus, perasaannya begitu kacau, seolah dirinya tak bisa mengerti apa yang sedang terjadi.

Rose hanya tersenyum, lalu mengusap punggung Ruka dengan lembut. "Temuilah adikmu, Ruka."

Ruka mengangguk pelan, lalu melangkah mendekati brankar tempat Canny terbaring. Langkahnya terasa berat, penuh keraguan, namun dia tahu ini adalah saat yang tak bisa ia lewatkan. Begitu dekat, rasa sakit dan kebahagiaan menyatu dalam hatinya.

Rose berbalik dan memanggil Niki. "Niki, kemarilah," katanya memberi isyarat pada keponakannya. "Ikut bibi, beri mereka ruang."

Niki menatap mereka sejenak, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Namun, Niki hanya mengangguk, meskipun pikirannya penuh tanya. Dengan langkah pelan, dia mengikuti Rose keluar dari ruangan, membiarkan Ruka bersama Canny di dalam.

.
.
.
.
.
.

Rose dan Niki berjalan menuju kafetaria rumah sakit setelah meninggalkan Ruka bersama Canny di ruang rawatnya.

Aroma kopi yang baru diseduh menyambut mereka begitu memasuki ruangan itu. Rose memesan secangkir kopi hitam sementara Niki hanya mengambil sebotol air mineral. Mereka duduk di meja sudut yang agak sepi dari keramaian.

Dalam Bayang IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang