4. Masih Sayang

207 22 0
                                        

Upacara adalah kegiatan yang sangat menjengkelkan bagi siswa siswi disekolah. Apalagi jika harus berdiri dengan panas matahari yang menyengat. Sudah banyak keluhan keluar dari mulut siswi-siswi disana. Mereka berdiri cukup lama karena ternyata guru Bahasa Inggris mereka akan berpamitan untuk pensiun. Sebut saja beliau Ma'am Lyra.

"Saya sangat berterima kasih atas kesempatan mengajar bersama SMAK Nusa Bangsa, sudah hampir 20 tahun saya disini, saya pribadi sangat senang dan mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup, dari siswa siswi maupun sesama guru. Saya harap kedepannya kalian semua sukses...."

Agas melirik Reyhan yang nampak fokus mendengarkan salam perpisahan dari gurunya itu. Ia ingin meminta tolong sahabatnya, sebab ia mulai merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Berdiri terlalu lama sepertinya yang membuat tubuh Agas lemas. Apa karena dia belum makan?

"Han..." suara Agas tercekat, ia rasakan dadanya berdebar-debar. Dengingan kuat masuk ketelinganya.

"Kenapa lu gelisah gitu?" Tegur Rayan yang berdiri di belakang Reyhan, ia sudah memperhatikan gerak gerik aneh temannya itu. Juga membuat Reyhan langsung menoleh ke arah Agas.

"Gak tau, lemes. Pengen mundur" ucapnya lirih.

"Muka lo pucet banget anjir, HEH PMR MANA" Saking terkejutnya Rayan, ia berteriak memanggil PMR karena tubuh Agas meluruh didepan matanya. Banyak teriakan siswa siswi sampai menarik perhatian guru di depan sana.

"Mohon maaf, bapak guru, PMR tolongin siswa nya ada yang pingsan" interupsi Ma'am Lyra dari depan. Karena posisinya selurus dengan barisan kelas Agas.

"Yang pingsan Agas? Wah anak murid saya di English Club. Saya harap dia baik-baik saja". Ucap Mam Lyra lagi saat banyak orang mulai mengangkat Agas dan melewati barisan guru disana. Ma'am Lyra pun melanjutkan pembicaraannya.

"Anak-anakku, Ma'am harap kalian semua sehat selalu ya. Jangan stress juga fokus pada masa depan. Ma'am pamit ya"

Riuh tepuk tangan menggelegar di lapangan upacara itu. Sebagai tanda hormat akan jasa kepada guru, semua murid membungkukkan badan.

Kecuali Shaka. Ia panik setengah mati dibarisannya saat melihat dengan jelas wajah pucat adiknya. Ia bahkan ditegur oleh Jerry, teman kelasnya yang juga kenal dengan Agas.

"Adek lu pingsan"

"Lo kira gue tuli? Gue juga lihat Agas di bawa ke UKS"

"Ya nyusul lah"

"Abis ini"

🔸️🔸️🔸️

Berbeda dengan keadaan lapangan yang dipenuhi haru. Keadaan di UKS sangat hectic. Dokter jaga disana berusaha mengembalikan kesadaran Agas yang benar-benar timbul tenggelam.

"Agas denger saya, jangan tutup mata. Pertahankan kesadaran mu"

Mata Agas terbuka sedikit. Dokter itu mulai memeriksa detak jantung, tekanan darah juga memasangkan selang oksigen untuk membantu pernapasan Agas yang terlihat sesak.

"Agas? Masih sesak?"

Agas mengangguk samar.

Dokter pun bingung, apa sebaiknya Agas di rujuk ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang lebih baik?

"Saya akan telepon orang tua kamu, kamu harus mendapatkan tindakan dirumah sakit"

Agas menahan lengan dokter itu dan menggeleng, "e-enggak usah bu"

"Hah? Tidak perlu ke rumah sakit? Keadaan kamu mengkhawatirkan Agas"

Agas kembali menggeleng, ia sedikit merasa lebih baik. Perlahan ia membuka kedua matanya dengan sempurna.

Brother & BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang