2. Hampa

210 20 0
                                        

Next yuk

.
.
.

Agas berlarian sepanjang koridor karena ia sudah telat, upacara akan di mulai dan Agas masih harus ke kelasnya untuk menaruh tas. Semua teman-temannya sudah berbaris rapi di lapangan. Beruntungnya Agas, ia masih di izinkan masuk barisan. Keberadaannya yang muncul tiba-tiba mengagetkan dua sahabat baiknya disana. Mereka adalah Rayan dan Reyhan. Si kembar yang menjadi teman baik Agas.

"Kenapa bisa telat Gas?" Bisik Reyhan.

Agas yang masih ngos ngosan pun hanya menggeleng.

"Gak mungkin lo bangun telat, iya kan? Lo itu langganan datang pagi Gas" ucap Reyhan lagi.

"Bukan gitu Han, emang lagi sial aja bangun telat. Udah fokus upacara aja"

Mereka pun tidak berkomentar lagi dan mengikuti upacara dengan tentram.

.

.

.

Saat bel istirahat, ketiga sejoli itu pun memutuskan pergi ke kantin. Pusing akan pelajaran matematika membuat mereka membutuhkan asupan makanan. Apalagi ke kantin adalah kesenangan tersendiri untuk si Reyhan karena katanya ia menyukai gadis penjual mie ayam yang katanya adik kelas 10.

"Lo kalo demen cewek tuh effort buat dia dong. Jangan lo liatin dari jauh mulu" Celetuk si kembaran.

"Tau apa lo, orang gue mau kenalan, malu kalo di tempat rame gini"

"Alasan banget"

Mereka bertiga sudah duduk dengan nyaman. Hingga mata Rayan menangkap seseorang yang ia kenal.

"Bang Shaka!" Teriak Rayan.

Agas langsung tersedak, ia ikut menoleh kemana arah pandang sahabatnya.

"Abang lo Gas, ajak join sini aja kali ya" ujar Rayan. Ia cukup dekat dengan abang sahabatnya itu karena mereka didalam satu ekskul yang sama yaitu Kesenian.

"T-terserah lo"

"Canggung amat, kenapa sih?" Tanya Reyhan.

Shaka pun mendekat, ia sangat mengenal Rayan dan tentu saja adiknya ada disana.

"Bang Shaka sendirian aja? Mau gabung sama aku disini?"

Shaka melihat presensi sang adik disana, dan ia ingat betul hubungan persaudaraan mereka benar-benar tidak baik.

"Kalian lanjut makan gapapa, aku nanti bungkus aja, biar makan bareng anak osis. Aku duluan ya" ucap Shaka lalu berlalu begitu saja menimbulkan tanda tanya besar. Apalagi melihat wajah Shaka yang nampak datar juga tak menegur Agas disana.

"Lo marahan apa gimana sama abang lo?" Tanya Rayan heran.

"E-enggak kok" elak Agas.

Meskipun Agas sudah berteman cukup lama dengan Reyhan dan Rayan, tapi entah kenapa menceritakan permasalahan keluarganya ia belum siap. Apalagi masalah yang dihadapinya ini sulit diterima bahkan menjadi aib jika banyak orang tau.

"Wajah Bang Shaka juga beda banget, kayak memendam sesuatu gitu. Mungkin ada masalah di osis atau si ekskul kali ya" monolog Rayan.

"Kalo penasaran ya bertanya Ray, entar sore lo kan ada tambahan ekskul, kalo ketemu ya ngobrol aja" ucap Reyhan.

"Lah iya, lo tungguin gue lah" Rayan menepuk keras bahu kembarannya.

"Ogah, gue pulang sendiri aja. Lo bawa pulang motor", tolak Reyhan.

"Jadi kembaran jahat bener"

🔸️🔸️🔸️

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, guru Bahasa Inggris menutup kelas 11 IPA 3 itu dengan banyak kalimat, terutama mengingatkan untuk mengumpulkan tugas.

"Gue langsung ke aula ya, lo hati-hati pulangnya" ucap Rayan pada saudara kembarnya. Reyhan pun hanya tersenyum kecil, padahal yang lahir duluan adalah dirinya, seharusnya ia yang memberikan perhatian lebih pada Rayan.

"Agas, lo langsung pulang?" Tanya Reyhan.

Agas mengangguk, ia berjalan beriringan dengan temannya itu.

"Lo mau nebeng? Katanya motor lo dipake Rayan" tanya Agas saat mereka sudah diparkiran.

"Kayaknya lo ada masalah dengan abang lo ya?" Reyhan mengalihkan pembicaraan.

Agas terdiam.

"Gak mungkin banget kalian ga saling bertegur sapa, lo bahkan gak ngelirik abang lo sama sekali"

Agas menunduk, menyembunyikan wajah gugupnya, ingatkan Agas jika Reyhan adalah orang yang paling peka.

"Lo bisa cerita ke gue Gas. Jangan lo pendam sendirian. Waktu itu lo pernah cerita kalau keluarga lo ada sedikit masalah, apa karena itu lo dan abang Shaka marahan?"

Ingin rasanya Agas mengatakan pada Reyhan jika hubungan mereka saat ini tidak baik, lebih dari sekedar marahan. Agas memang sulit terbuka, harus dipaksa dulu lalu ia mau bercerita. Yang Reyhan dan Rayan tahu adalah, Agas mempunyai masalah kecil dengan papa dan mama nya. Karena pada saat itu, mereka mendengar dengan jelas pertengkaran orang tua Agas saat sedang mengerjakan tugas bersama.

"Gue pengen cerita, tapi please untuk hari ini biarin gue tenangin diri dulu. Iya lo bener hubungan gue dan bang Shaka sedang tidak baik"

Reyhan menatap Agas serius, seolah tidak sabar dengan cerita sahabatnya itu.

"Gue bisa jadi tempat lo berkeluh kesah Gas, meskipun kita berteman cukup lama, gue ngerasa lo belum bisa seterbuka itu ke gue dan Rayan. Nah sekarang, gue akan peduli dan mencoba menjadi teman yang baik"

Agas melihat mata berbinar Reyhan, sungguh ia sangat beruntung bisa mengenal Reyhan, dan tentu saja Rayan juga.

"Makasih Han, gue janji akan cerita"

.

.

Agas memasuki rumah yang sepi, ya memang seperti itu kenyataannya, ia sendirian dirumah besar ini.

Ia berjalan melewati ruang tamu, lalu berjalan lagi ke ruang keluarga, memorinya teringat saat ia dan sang kakak menonton film disana. Hampir tiap malam mereka berdua menghabiskan waktu dengan menonton film, sampai-sampai sang ibu harus keluar dan menegur kedua anaknya.

Kemudian ia melangkah ke dapur. Apalagi meja makan. Tempat itu adalah tempat yang menjadi saksi keharmonisan mereka dulu. Setiap pagi mereka akan duduk di meja makan, sarapan dan makan malam bersama. Masakan sang mama lah yang selalu ditunggu. Meski kadang jika mereka membeli makan di luar, tetap saja mereka akan duduk di ruang makan itu.

Agas menangis, kini ia bisa merasakan hampa yang teramat sangat. Ia menyesali keputusan papa dan mama nya yang bercerai. Ia marah karena tidak pernah terlibat, apa karena ia dan sang kakak masih belum cukup umur? Sampai saat ini Agas tidak tahu siapa yang salah.

Padahal, belum ada sebulan semenjak perceraian itu. Agas merasa ia sendirian. Mama dan abangnya kecewa, papa nya? Bahkan papa nya menjadi orang yang menyibukkan diri. Entah peduli atau tidak, Agas sendiri akan mencoba hidup yang berubah drastis ini. Setidaknya, ia akan memperbaiki hubungannya dengan sang kakak, ia tak mau menjadi orang asing. Shaka adalah orang yang selalu ada buat Agas. Dan Agas harus minta maaf atas keputusannya dan berusaha menjelaskan alasannya. Ya urusan mama dan papa nya bisa belakangan. Lagian, mama nya pasti bahagia dengan suami barunya.

Oh ya, Agas belum tahu kehidupan baru mama dan abangnya. Apakah Shaka mendapatkan ayah baru? Juga saudara baru?

Itu menjadi tanda tanya dikepala Agas.

.
.
.

TBC!!

Masih anget ya guys, cerita belum sepenuhnya menemukan inti.

Untuk pengenalam cast, soon yakkk. Aku yakin kalian udah bisa nebak siapa menjadi karakter-karakter disini.

Nanti-nanti lagi~~

Brother & BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang