23 - Upload

0 0 0
                                    

Gennie

Meski aku menyetujui postingannya, saat sampai kampus aku tetap takut ada anggota ACS yang menyadari postingan Mas Dion. Namun seharian ini tidak ada pembicaraan heboh dari ACS ataupun mahasiswa Ilkom lainnya yang mengarah padaku, selain tentunya ucapan selamat ulangtahun. Bahkan ada yang langsung mengajakku bergosip siapa gadis yang Mas Dion posting, mengingat yang ulangtahun tidak hanya aku saja di kampus ini. Tapi karena aku tidak suka berlama-lama mengobrol dengan para gadis yang mengincar Mas Dion, akhirnya aku izin undur untuk mengejar kelas selanjutnya.

Sekitar pukul 4 sore, setelah kelas terakhirku, aku ditarik Kak Nathan ke studio perihal surat izin untuk hari Sabtu ini. Aku sebenarnya bingung, karena seingatku tak ada pembuatan konten atau kelas bidang Sabtu ini. Tapi lebih baik kami berdiskusi dulu sembari kembali aku mengingat apa yang seharus kami bahas hari ini, selain mengingat ajakan Kang Dion untuk makan malam berdua.

Tapi ternyata memang aku melupakan sesuatu, ACS saat dipegang BPH yang sekarang berarti perayaan bersama. Semua BPH beserta beberapa anggota ACS berkumpul juga teman-teman terdekatku di kampus dengan balon putih dan krem yang mereka pegang dan kue dua tingkat di atas meja yang biasanya menjadi meja cemilan. Studio jadi begitu sempit, tapi begitu meriah mereka menyambutku sampai yang kurasakan kehangatan di hati, bukan rasa sesak yang menyiksa diri.

Diantara orang-orang yang memelukku, aku menahan diri untuk tidak memeluk Mas Dion, dan memilih menjabat Pakpim-ku dengan formal. Sepanjang sore, aku seperti anak umur 10 tahun lagi, karena bisa merayakan ulang tahun semeriah ini. Kado dan ucapan terus berdatangan. Aku jadi paham kenapa kebanyakan teman-temanku hanya mengucap selamat tanpa kado, disaat tahun kemarin aku dibanjiri kado kecil dari mereka. Ternyata mereka menahan untuk bisa memberikannya di sini.

Kini aku sedang membagikan kue yang sudah Teh Bunga dan Teh Annika potong-potong dengan rapi, kepada teman-teman dan anggota ACS yang datang. Sampai akhirnya potongan tinggal tersisa untuk ku, Teh Bunga, dan Teh Annika, kami keluar studio dan duduk di kursi kayu panjang depan studio. Berbicarakan apapun yang sepertinya sudah lama tak kami bicarakan. Sampai Teh Bunga menitipkan sisa kuenya padaku, dan dia berlalu ke dalam studio untuk mengambil botol minumnya. Seketika aku merasa agak gugup.

"Dion udah bilang masalah kalian." Seketika kegugupanku memang memiliki alasan sesungguhnya saat Teh Annika angkat bicara. Aku menoleh dengan wajah datar, hanya berusaha menanti kelanjutannya, disaat Teh Annika sedang menikmati gigitan terakhir kuenya. "Dion posting kamu di X dan Instastory, ya kan?"

Aku menunduk menatap piring plastikku yang sudah kosong dan ditumpuk dengan piring plastik milik Teh Bunga yang masih ada sebagian potong. "Teh Annika tahu itu aku?"

Teh Annika terkekeh sembari menoleh padaku. "Aku kenal anggota aku sendiri, dan aku paling dekat sama kamu. Pasti dong, aku tahu itu kamu," katanya, dengan senyuman manis meski dengan sorot matanya yang tajam. Seram, sebenarnya. "Tapi jujur aja, aku juga ga habis pikir dengan permintaan alumni itu. Jadi aku cuman bisa kasih tahu, kalo," dia menghela nafas sebelum menunduk, kini sorot matanya begitu lembut meski tidak langsung menatapku. "Kalo kalian harus hati-hati. Jangan buat para anggota pecah cuman karena keegoisan kalian," sambungnya. Lalu sorot mata lembut itu kembali menatapku. "Kita sama-sama tahu seberapa berartinya ACS, kan? Aku harap kalian berdua bisa lebih bijak aja," katanya, sebelum Teh Bunga kembali. Lalu seakan obrolan tadi tidak pernah terjadi saat kami kembali membahas komentar baik dari konten Another Vision selama beberapa bulan ini.

Meskipun begitu, aku tetap ikut khawatir juga.

***

Meski Teh Anna dan Kak Nathan (Mas Dion yang memberi tahuku) sudah tahu hubungan kami, Mas Dion tetap memilih berhati-hati agar tidak ketahuan anggota lain. Jadi, sebelum ketempat makan yang Mas Dion janjikan, aku berkendara dengan motorku ke The Turning Cake, sebelum nanti Mas Dion jemput dan kami berkendara ke tempat yang masih dia rahasiakan. Kado pemberian teman-teman aku bawa sebagian, sebagiannya aku menitipkan ke Teh Bunga, karena besok kami akan shift bersama.

Apple Flower of Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang