Gennie
Seluruh konten untuk di upload sebulan kedepan sudah beres disyuting. Biasanya butuh beberapa hari setelah syuting konten untuk memulai mengeditnya, tapi mumpung Kang Leo (koor editor) dan Juan (editor Action-Nary) ikut syuting konten, akhirnya saat hujan turun pukul 6 sore, para tim langsung mengekskusi hasil syuting untuk langsung diedit di meja dalam kafe dekat kasir. Aku dan 2 anggota ACS yang sekelompok, Putri dan Aris, memisahkan diri karena masih ada tugas kelompok yang harus dikerjakan kembali, setelah Neo, Cinta, dan Fatimah mengumpulkan bahan dan membuat makalah pada bagian mereka. Sekitar pukul setengah 9 malam, tim Action-Nary sedang berkemas. Aku, Putri dan Aris menghampiri mereka untuk berpamitan. Saat aku kembali terlebih dahulu ke meja, pesan dari Mas Dion masuk.
'Jangan pulang dulu, Gen. Nanti Mas balik lagi habis naro barang dan antar anggota ke kampus.' Dan aku hanya memberi stiker jempol dan emotikon hati. Meski harus menunggu sampai jam 10 malam, dan tersisa hanya obrolan santai antara aku, Neo, dan Cinta, akhirnya Mas Dion menelfonku. Dan aku langsung pamit untuk pulang duluan.
"Udah selesai kerkom-nya?" tanya Mas Dion, sesaat setelah aku duduk manis di sampingnya.
"Udah, Mas. Selasa tinggal dikumpulkan," kataku, menarik sabuk pengaman. "by the way, hujannya awet banget, yah, Mas. Kasihan Neo sama Cinta nunggu hujan mereka, sambil tungguin aku tadi," ucapku, mulai bercerita. Dan seketika bibir Mas Dion mengerucut saat aku menyebut nama Neo. Aku terkekeh melihatnya. "Bilang kalo gak suka, Mas. Aku emang mulai paham Mas Dion itu gampang cemburu, tapi kalo cuman gerak-gerik juga aku takut salah ngerti," tuturku, agak tegas namun tetap lembut. Aku kini berhadapan dengan Mas Dion mode manja.
"Cemburunya udah mulai reda sih, habis kamu ketik kalo cowok yang menarik itu cuman aku," katanya sembari menyalakan mesin mobil.
Aku mengernyit, ingin membawa candaan di obrolan ini. "Aku gak ngetik itu ah," aku sengaja mengeluarkan ponselku, dan membaca ulang apa yang tadi siang kutulis. "Aku nulisnya 'Santai, gak ada cowok yang menarik lagi di mata aku selain Budiono Santosa'. Bukan 'Santai, gak ada cowok yang menarik lagi di mata aku selain Mas Dion'," kataku, yang disusul dengan tawa lepas saat Mas Dion berdecak kesal sembari mencubit gemas pipiku.
"Nama gue dipanjangin jadi gak keren, ah!" cemberutnya, dan aku masih tertawa. "Nanti nama anak kita jangan seaneh aku dan adek-adek aku, deh. Yang keren kayak nama yang Ibu dan Daddy kasih ke kamu, tuh, Genevieve Yalina." Seketika tawaku berlarut-larut berhenti. Aku mendadak ingat email yang Ibu kirim jam 7 malam tadi.
Memang sudah sewajarnya Ibu mengirimiku email lagi, karena besok tanggal 13 Maret, tanggal ulang tahunku. Dan Ibu selalu sehari lebih awal untuk mengirim email di bulan ulang tahunku. Dan sampai sekarang aku belum sanggup membukanya.
"Kenapa, Sayang? Kok tiba-tiba diam?" Tidak sepertiku, Mas Dion memang lebih peka pada situasi.
Tanganku masih memegang ponsel, dan aku langsung mengutak-atiknya sampai akhirnya berada di halaman email 'rosiesdaughter'. "Tadi jam tujuh Ibu kirim email lagi, Mas," kataku, pelan.
"Oh, ya? Kamu balas apa?" Mas Dion nampak semangat menunggu tanggapanku.
"Dibaca juga belum, Mas," kekehku, prihatin. "Aku takut Ibu marah karena selama dua tahun terakhir aku gak pernah jawab emailnya," aku-ku. Tapi jauh dilubuk hati aku penasaran dengan ucapan ulang tahunnya tahun ini.
"Ibu pernah marah ke kamu lewat email?" tanya Mas Dion dengan nada berhati-hati.
Aku menggeleng. "Seingatku, gak pernah." Lalu aku memalingkan wajah dari ponselku untuk menatap sisi wajah Mas Dion yang masih fokus pada jalan lowong di depannya. "Tapi bukannya paling seram mendapatkan amarah dari seseorang yang tidak pernah marah?" ucapku, agak terdengar tidak ada sopan-santunnya, tapi aku hanya mengingat bagaimana dulu Nini marah untuk pertama kalinya saat aku SMP, karena tidak mengabari bahwa aku akan pulang telat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...