24 - Peristiwa Kedua

2 0 0
                                    

Dion

"Kebetulan yang manis urang bisa ketemu kalian disini." Kini Kang Herman sudah duduk di hadapan kami tanpa anaknya dipangkuan. Anaknya sudah bersama ibunya di tempat lain. Kang Herman menghela nafas, lalu menumpuk kedua lengan di atas meja untuk lebih dekat pada kami yang sama-sama tertunduk. "Oh ya, mungkin Gennie belum kenal aku, yah. Aku Herman, pendiri Action Creative Studio, dan disana," kami sama-sama menoleh ke arah telunjuk Kang Herman mengarah, pada salah satu meja dengan istri yang sedang memilih pesanan bersama anak mereka. "Tiana, istri sekaligus koor kreatif waktu jabatan urang," katanya.

"Saya Gennie, Kang, saya—"

"Sekretaris kedua Dion dan Annika, kan? Urang lihat perkenalan kalian di feed Instagram ACS. Sesibuk apapun, urang masih merhatiin sosmed komunitas yang urang bangun, kok," potong Kang Herman dengan senyuman manis yang terasa menusuk.

"Maaf perilaku aku dan Gennie buat Kang Herman kecewa," kataku, dengan tenggorokan tercekat dan dada yang terasa sakit.

Kang Herman mengulum bibir dengan bergumam, seperti berusaha berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat untuk mengutukku menjadi kodok, mungkin. "Kayaknya emang udah budaya BPH di ACS akan sering berjodoh dengan sesama BPH-nya. Tadinya urang kira gak mungkin ada lagi yang coba-coba setelah Si Niko mundur jadi markom biar bisa jadian sama Keiko. Tapi liat kalian disini, urang sebenarnya gak heran kalo akhirnya ada juga yang diam-diam jadian," katanya dengan pelan. Lalu dia terkekeh sembari bersandar santai di kursinya. "Kalian harus tahu asal-muasal aturan larangan sesama BPH gak boleh pacaran. Karena mungkin kalian gak tahu kalo VCR juga menerapkan aturan yang sama karena memang peristiwa ini menyangkut runtuhnya Paper Campus."

Aku mengangkat kepala dengan kening mengernyit. "Komunitas koran kampus tahun sembilan puluhan, kan?" kataku, terkejut karena dosen di Ilkom sering menyebut-nyebut komunitas itu.

"Betul. Paper Campus jadi satu-satunya komunitas media kampus dari awal sembilan puluhan sampai 2009. Jaman urang yang jadi salah satu BPH, dan runtuhnya karena sepasang kekasih juga," penjelasan Kang Herman membuat aku dan Gennie saling pandang bingung. Tapi kami memilih tetap menyimak setelah kopi hitam Kang Herman datang, dia menyesapnya sedikit sebelum kembali angkat bicara. "Eh, kalian udah pesan makan?"

"Kami minta makannya datang nanti, Kang. Tadinya mau ngobrol dulu," jawabku, tahu pasti Gennie belum berani angkat bicara lagi. "Jadi, gimana, Kang? Gimana Paper Campus bisa pecah jadi ACS dan VCS?"

"Yah, gitu. Awalnya ada sesama pengurus yang pacaran. Namanya gak usah kalian cari, pokoknya ada lah sepasang kekasih manis di angkatan atas urang." Kang Herman kembali menumpuk kedua lengannya di atas meja. "Mereka ketua dan wakil ketua yang terakhir. Pacarannya manis banget. Tapi si cowoknya selingkuh sama bendahara. Putus lah mereka, yang buat para pengurus ini jadi berkubu-kubu. Saat itu urang cuman adik tingkat yang kebetulan jadi bagian pengurus, jadi gak tahu mana yang benar dan yang salah, gak berpihak ke siapapun juga, karena emang ga dekat sama ketua, waketu, dan bendaharanya. Cuman yang jadi dampaknya adalah ke para anggota, setiap kinerja, proses, dan proker terabaikan.

"Tahu dari banyak anggota perihal pengabaian itu, Pak Indro, dosen pengawas Paper Campus, murka ke semua pengurus. Akhirnya, dengan pertimbangan dan kesepakatan dosen, Paper Campus dibubarkan." Dari sorot mata Kang Herman, aku tahu dia kehilangan apa yang dia sukai. Dan aku tidak mau anggotaku memiliki sorot mata itu setiap kali mengingat ACS.

Kang Herman menghela nafas berat sebelum memalingkan wajah ke sembarnag arah dan melanjutkan ceritanya. "Selama sisa 2009 itu, urang dan teman-teman kerasa kosong banget. Terus, kami ajak koor wartawan yang punya koleksi kamera, Kang Ilham, buat kita bikin kegiatan film pendek bareng. Sebulan kita bisa bikin satu judul film pendek, durasinya cuman lima sampai sepuluh menit-an lah. Dan berjalan selama lima bulan, sampai Ketua Paper Campus ikut nyumbang ide, saking aktif dan prodiktifnya kita.

Apple Flower of Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang