Chapter 18

7.4K 309 2
                                    

Aku menerima kertas itu, "lalu amplop biru ini untuk anda. Saya belum membukanya karena saya pikir ini pribadi." aku menerima amplop biru muda itu.

Benar saja didepan tertuliskan nama ku, Anasta Kesya Hartman.

Ini memang sudah takdir, apa mksd papah menuliskan beberapa surat ini?

"Kesya, mamah tdk menginginkan saham itu. 30% sisanya berikan pada keina saja. Tapi dgn syarat biarkan mama tinggal disini bersama kalian. Mamah hanya ingin menebus semua kesalahan yg sdh mama perbuat." ucap wanita itu dgn suara parau.

Aku smpt meliriknya, mata nya begtu sendu menampakkan kelelahan yg teramat.

"Kenapa gak di penjara aja?" lontarku yg disambut delikan mata dri aldo.

"Ini mutlak kecelakaan lalu lintas sayang, mamah tdk bersalah!"

"Berhenti memanggil aku kyk gtu." bentakku.

Aku memalingkan wajah dri mereka.

"maafin mama. Tapi tolong izinkan mamah tinggal disini, mamah ingin menebus semua kesalahan. Maafkan... Maafkan mamah" ucapnya, kurasa air mata nya mulai turun

Ooouuw. Kenapa aku selalu luluh dgn air mata itu? Aku tdk tega melihatnya menangis, dia bgtu sedih yatuhan! Tapi stlh ingat apa yg sdh ia perbuat aku kembali membencinya.

"Baik, tapi kesya mohon jangan ikut campur masalah kesya! Urus aja masalah mama sendiri!" kataku dingin.

"Saya pikir ini sudah jelas nona, seluruh saham pak alex sudah dipindah tangankan kepemimpinan kepada nona." ujar om reza.

"Saya berharap anda mau membantu saya dlm menjaga perusahaan ini. Biar nnti adik kandung papah yg meneruskan, jika saya besar nnti akan kembali sepenuhnya ke tangan saya" jawabku

Dia tersenyum simpul, "dengan senang hati. Jika perlu sesuatu hubungi saya, saya permisi" sambungnya lalu segera pergi

Wanita ini skrng berdiri. "Kamu mau makan apa? Mamah yakin kau belum makan dri kemarin, bener kan?" aku diam tak menjawab.

"Ehh tante, lbh baik istirahat aja. Aldo denger keluarga om alex yg ada di jerman besok dtg. Lbh baik tante istirahat skrng, kalo sore udh enakkan kita bisa ngobrol" ucap aldo menengahi.

Dia memang selalu menjadi penengah. Aku benci itu

"Oke tante senang kesya dapet laki laki baik kyk kamu." kata wanita itu.

"Iya! Laki laki baik HANYA untuk kesya! Dan selamanya milik kesya, bukan untuk mama atau siapapun!" aku sedikit menyindir dan menekan suara ku dikata 'hanya'

Aku berjalan meninggalkan mereka kekamar.

Aku masuk kekamar dan berjalan menuju bangku di balkon.

Aku duduk disana menikmati udara yg mulai panas, benar saja sudah jam 10 tapi teman-teman yg lain belum juga dtg!

Tak lama ada suara derit dri pintu, aku tdk menggubris.

Sampai aku merasakan seseorang yg duduk disampingku tanpa jarak.

"Ngapain kesini?" kataku dingin.

Dia menyenderkan kepalanya di pundakku.

"Nemenin cewek keras kepala yg cantik tapi sayangnya nyebelin" ujarnya santai.

"Oh yaudah sma cwek cantik nan awet muda yg sayangnya sprti pelacur aja dibawah!" ucapku.

Dia membenarkan posisi duduknya dan menatapku bingung.

"Sampai kapan mau kyk gini kesy? Gimana pun juga dia mama kamu! Sejahat apapun dia, ttp aja mama kamu." suaranya lembut.

Dia menyenderkan punggungnya di kursi sampingku.

Story of my life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang