THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFE

Chapter 78🌺

Jiang Shi memimpin pasukan dan artileri berat sedangkan Tang Weiheng diikuti oleh gerbong kereta perjalanan dan beberapa gerbong logistik. Ketika akhirnya Tang Weiheng sampai di gerbang kediaman dengan ukiran harimau yang akrab, ia melompat turun dari kudanya dan menghampiri gerbong kereta perjalanan yang mengikutinya.

Pintu kayu kereta terbuka dari dalam dan Liu Wenhua terlihat akan melangkah menuruni tangga kereta ketika tangan Tang Weiheng telah lebih dulu tersodor di hadapannya, "Hati-hati," perkataan pria itu sangat singkat dan lugas, namun Liu Wenhua tak bisa menghentikan senyum di wajahnya. Ia menyambut tangan di hadapannya dan turun perlahan.

Gerbang terbuka dan yang terlihat selanjutnya adalah pemandangan para pelayan yang berbaris rapi. Udara membawa aroma tanah yang segar, seolah alam pun ingin menyambut kepulangan mereka yang telah lama dinantikan. Paman Yuan, Kepala pelayan keluarga Bangsawan Tang, berdiri di depan pintu utama dengan sorot mata penuh syukur dan hormat.

"Dengan segala kerendahan hati, kami menyambut kepulangan Tang Hóujué dan Tang Hóujué Fūrén yang mulia," suaranya bergetar, mengiringi tubuh yang bersujud dalam-dalam. Di belakangnya, para pelayan mengikuti, "Syukur kepada langit yang telah melindungi langkah kalian. Syukur kepada bumi yang telah mengukuhkan pijakan kalian. Syukur kepada leluhur Kekaisaran, yang menjaga nama besar keluarga ini melalui darah dan pengorbanan."

Paman Yuan memiliki mata merah, menunjukkan perasaan yang memenuhi hatinya ketika akhirnya melihat kembali dua sosok yang dilayaninya. Dalam pandangannya saat ini, Tang Weiheng memiliki sosok ibarat gunung yang tak tergoyahkan. Sementara Liu Wenhua, seperti bunga teratai di tengah badai, memancarkan keindahan dan keteguhan yang tak tertandingi, "Betapa besar anugerah ini bagi kami semua. Langit telah bermurah hati mengembalikan Tuan dan Fūrén ke tempat kalian berasal, dengan selamat, dengan kejayaan."

"Paman Yuan, jangan terlalu sopan. Bangunlah," Suara rendah Tang Weiheng terdengar ketika langkahnya berhenti di hadapan paman Yuan. Paman Yuan yang mendengar perintahnya bangkit dari sujud dengan tergesa-gesa, "Tuan, bagaimana mungkin kami berani? Sejak kalian meninggalkan kediaman ini, setiap malam kami berdoa tanpa henti. Setiap lilin yang menyala di altar budha adalah harapan kami agar Tuan dan Fūrén kembali dengan selamat. Dan kini, doa-doa itu telah terjawab. Dunia mungkin telah melihat perjuangan kalian, tetapi hanya kami yang tahu betapa beratnya jalan yang kalian tempuh demi melindungi keluarga dan negeri ini."

Kali ini Liu Wenhua merasa tertekan, "Sungguh paman Yuan berlebihan. Terima kasih atas kerja kerasnya karena telah menjaga kediaman ketika kami tidak ada."

"Fūrén, kami tidak layak menerima rasa terima kasih Anda. Tuan, Fūrén di ibu kota ini tidak ada yang tidak tahu bagaimana kondisi Yangzhou yang jatuh dalam pertempuran. Yang rendah ini hanyalah seorang pelayan juga orang tua, hamba tidak memiliki hati yang tenang sejak kedua master berada di Yangzhou. Namun, surga begitu bermurah hati kepada tuan hingga akhirnya berhasil mempertahankan Yangzhou."

Paman Yuan memandang Tang Weiheng dan akhirnya menyadari mata kiri Tang Weiheng yang tertutup oleh penutup mata. Pria tua itu tampak terkesiap, "Tuan, budak ini akan segera memanggil tabib. Baik tuan dan Fūrén silahkan masuk kedalam dan menikmati jamuan yang telah disiapkan. Anda berdua pasti lelah setelah menempuh perjalanan begitu lamanya."

"Tidak perlu memanggil tabib. Aku baik-baik saja. Ceritanya panjang tapi nanti aku akan menceritakannya pada paman Yuan. Daripada itu, lebih baik segera masuk kedalam dan beristirahat," paman Yuan menangkupkan tangannya di dalam keliman baju dan membungkuk, "Yang rendah ini mengerti, tuan."

Ketika Tang Weiheng dan Liu Wenhua mengambil beberapa langkah maju, suara nyaring seorang kasim terdengar dari gerbang kediaman, "Titah kaisar datang!" sontak Tang Weiheng memutar badannya dan berlutut menghadap ke arah gerbang. Begitu juga Liu Wenhua. Paman Yuan dan para pelayan lainnya kembali mengambil posisi bersujud di tanah.