Chapter 19 🌺

296 29 1
                                    

"Hm?" Pria bertopeng itu terbangun dari tidur siangnya di kursi, "Apakah itu ...." Ia menggumamkan sesuatu yang hanya bisa dirinya dengar sendiri. Tangannya mengerat pada sandaran kursi dan dirinya bangkit perlahan. Kertas lusuh yang tersampir di bahunya berkibar samar mengikuti gerakan tubuhnya. Ia meletakkan ujung jari telunjuknya ke tengah dahinya dan memejamkan mata berkonsentrasi. Sebuah simbol merah menyala begitu ia memejamkan matanya memusatkan energi pada tempat yang disentuh jarinya. Setelah beberapa saat, simbol itu padam kembali tanpa meninggalkan bekas di dahinya. Pria bertopeng itu menyunggingkan senyumnya dan mengelus kertas lusuh di bahunya.

"apakah ada keturunan lain selain diriku yang masih hidup?" Ketika ia selesai mengatakan kalimat itu, sosok hitam bertudung yang selalu bersembunyi dalam bayang-bayangnya muncul dan menjawab.

"Tuan Perdana Menteri..." pria bertopeng itu menoleh dan bertanya, "Kau juga merasakannya ya?" sosok itu mengangguk.

"Sepertinya hal-hal akan menjadi semakin menarik," Pria bertopeng itu melangkah ringan mendekati jendela ruangan sebelum akhirnya sebuah ketukan di pintu terdengar.

"Tuan Perdana Menteri, Yang Mulia Ratu ingin menemui anda," sosok bertudung yang selalu menemaninya segera masuk kembali ke dalam bayangan tuannya. Pria bertopeng itu maju membuka pintu dan menatap pelayan kerajaan di hadapannya.

"Antarkan aku padanya," perintahnya. Pelayan itu mengangguk dan memutar tubuh membimbing jalan. Koridor demi koridor kastil mereka lalui dalam sunyi. Walau saat ini matahari masih tinggi di atas kepala akan tetapi entah mengapa suasana di dalam kastil terlihat suram dan tidak menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan rumah dari seorang ratu. Hiasan dan ornament yang seharusnya bertengger mewah untuk ukuran sebuah kastil atau istana tidak terlihat menghiasi dinding bangunan. Digantikan dengan tirai hitam dan beberapa vas bunga mawar hitam yang menjadi satu-satunya pemanis di dalam ruangan di sepanjang lorong kastil.

Mereka berdua melangkah keluar dan bangunan memasuki area taman. Tak jauh berbeda dengan di dalam ruangan, bunga-bunga yang di tanam di taman itu hanyalah mawar hitam yang saat ini mekar di seluruh taman. Di tengah-tengah taman, tampak seorang gadis dengan rambut hitam terurai yang tengah duduk memegang cangkir teh di kursi putih. Di hadapan gadis itu, terdapat sebuah piring kecil berisikan sepotong kue berbentuk mawar dengan kelopak bunga mawar yang menghiasinya.

Mendengar langkah dari orang-orang yang mendekat, gadis itu memutar kepalanya. Gadis itu memiliki fitur wajah mungil yang menggemaskan. Hanya saja apa yang seharusnya orang lain sebut dengan menggemaskan segera tertepis begitu melihat sorot matanya yang kelam dan kosong. Pupil matanya berwarna merah, kontras sekali dengan warna hitam yang mendominasi rambut dan pakaiannya. Bibirnya berwarna merah muda sedikit pucat dengan kulit putih yang pucat. Ia tampak seperti mimpi indah bagi seseorang sebelum menghadapi kematian.

"Yang rendahan ini datang menghadap, Yang Mulia," Pria bertopeng itu datang dan berlutut di samping kursi gadis itu. Gadis muda itu tetap tak bergeming menatap kue di hadapannya. Setelah jeda sunyi sesaat, gadis itu menjawab, "Aku merasakan adanya resonansi energi amulet lain di luar wilayah Negara Qiānsè. Nalan You, apa yang terjadi?" suara yang ringan dan rapuh itu terdengar begitu gadis itu berbicara. Nalan You yang tengah berlutut disampingnya menunjukkan senyumnya dan menjawab.

"Bukan apa-apa, Yang Mulia. Hanya saja mungkin selain saya, ada 'keturunan' lain yang masih hidup. Dan mungkin tanpa sengaja ia bersinggungan dengan salah satu 'barang' kita," gadis itu menyesap tehnya perlahan dan meletakkan cangkirnya. Ia berdiri dari duduknya dan memandang pria di di hadapannya.

Saat itu juga, temperatur di taman itu turun drastis ke tahap yang membekukan darah. Bunga-bunga mawar hitam yang mekar sebelumnya kini layu dalam sekejap mata. Pelayan kerajaan yang sebelumnya mengantarkan Nalan You langsung jatuh bersujud karena tekanan yang terjadi. Wajah lembut gadis itu berubah menakutkan dan rambutnya berkibar karena energi yang ia lepaskan.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang