Chapter 85🌺

94 11 0
                                    


Liu Kangjian membaca sepucuk surat ditangan dengan elang yang hinggap di bahunya. Pria itu bersandar pada kusen jendela, mengamati benda lain di tangannya. Sebuah kertas mantra dengan formasi segel yang aktif, menyala dalam Cahaya redup. Benda itu memberikan pancaran energi yang sangat kuat namun tidak agresif.

Pria itu kemudian melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam jubahnya. Ia berjalan kemeja dan mengambil kertas. Setelah mencelupkan tinta, ia mulai menulis.

Dalam suratnya, Fa Hien menjelaskan kepergiannya untuk membantu Xuan Zang Sanzo. Wanita itu memintanya untuk menjaga Gerbang alam iblis selama ia tidak ada disana. Ia paham jika permintaannya sedikit keterlaluan, namun kepercayaan yang ditunjukkannya pada Liu Kangjian benar-benar sangat menyentuh.

Kertas mantra itu adalah benda berharga yang memegang hidup Kuil Agung Shui (水) dan Fa Hien menitipkannya pada Liu Kangjian begitu saja. Liu Kangjian menuliskan dalam suratnya untuk tidak khawatir. Namun, saat ini Kekaisaran Kou juga Tengah waspada dengan bahayanya sendiri sehingga Liu Kangjian akan segera mengirim beberapa prajurit terbaiknya untuk melindungi Kuil Agung Shui (水). Liu Kangjian sendiri menjamin, bahwa jika keadaan menjadi berbahaya ia akan secara pribadi berada disana.

Alpha itu melipat kertas lalu memasukkanya kembali ke dalam tas di punggung elang. Setelah mengelusnya sebentar, elang itu mengepakkan sayapnya dan terbang dengan patuh setelah tubuhnya berubah kembali menjadi transparan.

Liu Kangjian mengeluarkan jimat dari laci meja lalu mengaktifkannya dengan energi spiritual. Setelah diaktifkan, seorang prajurit datang tidak lama setelahnya, "Jenderal, apa ada yang dibutuhkan?"

Liu Kangjian mengangguk dan berkata, "Kumpulkan anggota pasukan khusus."

Hari itu, Liu Kangjian memilih prajurit terbaiknya dalam 2 peleton tempur dengan kemampuan tinggi. Mereka segera mendapatkan misi untuk berangkat menuju wilayah Kuil Agung 水(shuǐ) sebagai wujud komitmen Liu Kangjian karena tidak bisa memenuhi permintaan Fa Hien secara penuh. Untuk saat ini.

"Jika ada hal yang tidak bisa kalian Atasi. Panggil aku. Apapun kondisinya aku akan segera berada disana," Liu Kangjian menepuk bahu komandan kompi dan berbisik.

"Perintah dimengerti! Harap Jenderal tidak khawatir dan menyerahkan masalah ini pada kami!"

***

Di perbatasan timur laut Kekaisaran Kou, terletak Kota Qiushan, mutiara cemerlang yang terukir dari sinar bulan dan dibalut kilauan bintang. Kota ini merupakan kota yang berada tepat di perbatasan Kekaisaran Kou. Kota Qiushan merupakan kota besar yang mendapatkan perlindungan paling kuat dari Kekaisaran dibandingkan dengan kota-kota daerah lainnya. Tak perlu disebutkan, keuntungan yang diberikan kota ini serta daya pikat menjadikannya permata indah untuk dihargai kekaisaran.

Malam Qiushan menyanyikan lagu keabadian, membiarkan waktu berhenti. Kota ini, dijuluki 'Benteng Kemakmuran', adalah saksi bisu atas keagungan dan kemurahan takdir yang diberkahi oleh langit.

Kabut tipis memeluk lentera-lentera merah yang bergoyang lembut, melukiskan bayangan indah di jalan-jalan batu pualam yang licin diterpa embun malam. Udara membawa wewangian bunga plum dari taman kota, bercampur dengan aroma rempah-rempah eksotis dari pasar yang tak pernah tidur. Suara gesekan kecapi dan dentingan lonceng kecil bersahut-sahutan, seperti simfoni para dewa yang mengiringi malam.

Menara emas yang menjadi simbol kemakmuran dan kekayaan Kekaisaran Kou menjulang tinggi, menghubungkan bumi dan langit. Lentera-lentera kertas memancarkan sinar lembut yang menyerupai sungai bintang yang tumpah dari cakrawala. Pasar malam Kota Qiushan adalah lautan manusia yang tak bertepi, dengan pedagang yang memamerkan sutra selembut awan dan batu giok sejernih air pegunungan.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang