Kubuka pelan netra lemah yang tampak tak berdaya ini, setelah melewati masa-masa trauma itu. Aku dengan sadar menghabisi nyawa seorang perempuan yang benar-benar telah menjungkirbalikkan hidupku.
Kebencianku padanya membuatku dengan berani menghabisinya menggunakan tanganku sendiri. Walaupun Aku sebermasalah ini, Aku tak pernah berani mengakhiri hidup seseorang dengan tanganku. Aku selalu akan menyuruh orang suruhan alih-alih mengotori tanganku. Namun beberapa waktu lalu, tanganku berlumuran darah. Aku membuat banyak darah dimana-mana.
Sepanjang malam Aku menutup telinga dengan kuat karna nyaringnya suara rintihan dan permohonan wanita itu tak pernah hilang di kepalaku. Rintihannya membuat tidurku tidak nyenyak selama dua minggu ini. Namun kehadiran seorang Pria yang membuat semua ini terjadi membawa rasa kantuk yang sudah lama kurindukan itu tercipta. Aku begitu tenang dan merasa damai. Seakan suara-suara yang terus berputar di kepalaku itu hilang entah kemana.
Aku begitu benci mengakui bahwa kehadirannya benar-benar sakit sekaligus obat bagiku. Seorang Pria yang alih-alih ku pintai Dunia pada Ayahku Aku malah memintanya, tak pernah sekalipun pudar rasa yang telah lama ada itu, berulang kali ku mencoba ingkar tapi nyatanya setiap hal buruk yang Ia lakukan padaku tak pernah membuat rasa benciku melebihi rasa sayangku. Umpati Aku sepuas kalian, karena Aku juga sudah menyumpah serapahi diriku.
Aku wanita pertama yang berani menggantungkan hidupku padanya. Aku wanita pertama yang lebih memilihnya daripada kehidupan yang tentram nan damai itu. Dia segalanya bagiku. Dia separuh nyawaku. Segala sesuatu akan kulakukan untuk mempertahankannya, dan kuharap Dia-pun begitu, menyayangiku melebihi hidupnya.
Tak henti ku pandangi dengan damai wajah nan tenang dengan mata terlelap itu, kupindai setiap struktur wajahnya guna melepaskan segala kerinduanku padanya.
Hingga matanya terbuka dan ikut bersitatap dengan iris kelamku. Hening menyelimuti kami hingga tak kusangka Ia mendekapku di dadanya. Ku eratkan pelukanku dan Ku nikmati tenang yang tercipta olehnya. Aku begitu mencintai Pria ini.
"Aku mencintaimu melebihi hidupku" ucapku di sela dekapan eratnya
"Aku juga"
Jawabannya selalu membuatku berfikir terlalu panjang, apakah Dia juga mempunyai cinta sebesar cintaku. Aku mendorongnya dan mencoba melepas dekapannya. Dia selalu membuat suasana hatiku berubah-ubah.
"Aku. Juga. Mencintaimu. Melebihi. Hidupku!" Dia kembali mengeratkan dekapannya dan menekankan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.
"Ayo Kita pergi ke rumah Kita" sambungnya yang membuatku kesal
"Lepas!!" Ucapku tegas padanya
Alih-alih melepaskanku Ia malah melanjutkan ucapannya "Aku akan selalu terbayang hal keji yang telah Kau lakukan jika kita tetap berada di kekaisaran ini" suaranya bergetar
Ku coba menengadah dan mendapati obsidian pekat itu berkaca-kaca
"Aku tak sanggup menbayangkan hal sekeji itu telah Kau lakukan demi Aku, Lauren. Jadi mari Kita pergi dan melupakan semuanya disini"
"Aku takut bahwa Aku akan mendapati hukuman dari Kakakmu" ucapku tenang menatap nyalang padanya
"Tak akan kubiarkan siapapun menghakimimu, tak ada yang berhak menghukummu di Tanah Kekaisaranku!" Ia berucap penuh penekanan dengan wajah tegasnya
"Apa jaminanku?"
"Hidupku, Lauren"
Ku pindai wajahnya mencari celah kebohongan diantara kecemasan itu, tak Kudapati Ia bermain-main dengan ucapannya namun Aku begitu takut kembali ke kediaman lama itu.
"Namun jika disana Aku yang akan selalu terbayang hal buruk yang pernah Kau lakukan padaku"
"Maka akan ku bakar setiap sudut kediaman itu untukmu!! Ku pastikan tak ada lagi hal yang akan membuat Kau mimpi buruk lagi, Lauren"
"Jika begitu Duchess akan menghabisimu"
"Aku tak peduli dengan kastil tua itu!! Mama mempunyai banyak kastil di kekaisaran Carl, mereka dapat pindah"
"Kali ini Kau yang sudah gila"
"Karna Aku akan melakukan apapun untukmu, Lauren!! Asal Kau tidak lagi mengotori tanganmu dengan darah!! Aku begitu frustasi pada hari itu asal Kau tau! Kenapa itu adalah Kau! Kenapa bukan orang suruhan Kakekmu?! Kenapa Kau melakukan semuanya sendirian, Lauren?!!" Teriakan frustasinya mendengungkan telingaku
Ku tatap seorang Pria yang sedang terengah-engah itu, Ia terlalu menggebu hingga lupa bernafas. "Aku hanya ingin Kau menjadi milikku satu-satunya"
Ia bangun dari tidurnya dan menggertakku dengan frustasi, "Kau mendapatkannya Lauren!! Kau mendapatkannya! Aku milikkmu! Aku milikmu! Oleh karena itu percaya padaku dan jangan lakukan hal-hal yang berbahaya lagi Lauren, Aku mohon padamu. Jangan lagi mencemaskan semuanya sendirian... Katakan padaku, maka Aku akan meyakinkanmu."
Aku hanya memandangnya tenang tanpa detak takjub dengan segala perkataannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/301987610-288-k212519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...