24

1.2K 165 20
                                    

"Panggil wanita muda yang datang bersama Lauren tadi ke ruang kerjaku" Edgar memerintah Ksatria kepercayaannya

"Baik Tuan"

Di meja kerjanya Edgar sangat tidak fokus, pikirannya masih saja di penuhi dengan kejadian siang tadi. Bahkan ketika matahari terbenampun kepalanya masih saja belum dapat memahami dan mencernanya dengan baik.

Ketukan pintu menarik atensinya. "Masuklah"

Sang Ksatria membawa wanita muda itu, Ia tampak ketakutan dengan kepala terus tertunduk.

"Duduklah" ucap Edgar pada wanita itu "Siapa namamu?"

"Anne, Tuan"

"Kenapa Lauren tampak sangat tidak stabil? Bukankah Kau yang menanganinya selama dua minggu ini?" Ucap Edgar tanpa basa basi

"Awalnya Saya hanya memberi terapi ringan pada Nona Lauren, namun ternyata Dia sudah banyak menanggung semuanya sendirian, Tuan. Sehingga terapi ringan itu memicu semua emosi yang Ia pendam selama bertahun-tahun meledak. Nona Lauren sebelumnyapun sangat tidak stabil dalam mengungkapkan emosinya, untuk waktu yang sangat lama Ia memendam rasa sakitnya dan untuk waktu yang sangat lama Ia tak terkendali. Itu menandakan sistem kontrol emosi Nona Lauren sudah sangat kacau dan berantakan. Saya harap Tuan tidak membawanya pada pembicaraan berat terlebih dahulu, Karna itu dapat memicu kendali kejiwaannya"

Edgar mengerutkan keningnya mencerna semua yang di Ucapkan Anne "Lalu bagaimana Ia telah mengetahui tambang permata itu? Bukankah Ia belum boleh berfikir terlalu berat?"

"Tuan Aldhof berbohong pada Nona, Dia mengatakan tambang itu miliknya bukan milik kekaisaran Veroch. Hal itu Dia lakukan untuk membuat Nona Lauren terus bersemangat untuk sembuh"

"Jadi begitu ya"

"Iya, Tuan. Namun Aku hanya akan mengatakan ini pada Tuan karna jika Aku mengatakan hal ini pada Tuan besar Ia akan sangat stres mengingat kesehatannya juga memburuk di usia senjanya"

"Apa yang akan Kau katakan?" Edgar menunggu dengan penasaran

"Nona Lauren sudah hampir mencapai kondisi yang sangat buruk, Singkatnya Ia hampir kehilangan akalnya"

"Apa maksudmu?!! Kau mengatakannya gila?!" Edgar sangat emosi. Dia tak menyangka jika ejekan penuh cemoohnya dulu benar-benar terjadi

"Tuan kecilkan suara Anda, Aku mengatakan ini bukan untuk mengolok-olok keadaan Nona Lauren namun hal ini bertujuan untuk agar Anda dapat membantu proses pemulihannya juga. Anda orang yang paling berpengaruh dengan emosi yang di keluarkan oleh Nona Lauren, Tuan. Oleh karena itu, Saya harap Anda ikut andil dalam proses penyembuhannya"

Tak ada yang salah dari yang di katakan oleh wanita yang bernama Anne itu, Edgar mengerti. Mengingat apa yang telah dilalui oleh Lauren seumur hidupnya memang Edgar yang paling bertanggung jawab untuk semua yang terjadi.

***

Hari yang Edgar lalui begitu melelahkan, selain memikirkan kesehatan Lauren Ia juga berpikir keras mengungkap kebobrokan pengoperasian tambang permata zamrud tersebut. Ia memijit pelipisnya keras dan menghela nafas beberapa kali hingga akhirnya sampai pada pintu besar nan kokoh yang tidak ada penjaga itu. Ia heran kenapa Lauren tak membiarkan siapapun menjaga dirinya.

Ceklek

Setelah pintu terbuka yang Ia dapati hanya kegelapan. Edgar buru-buru menyalakan lilin di sekeliling ruangan ini untuk menjadi penerangan namun yang Ia lihat adalah kekacauan. Semua barang-barang berserakan di lantai. Pecahan guci-guci mahal dari keramik berkualitas tinggi juga memenuhi lantai. Terlalu kacau untuk di gambarkan. Edgar memfokuskan matanya pada satu-satunya dipan yang ada dikamar itu, tampak seorang wanita memeluk lututnya erat dengan mata sayu dan tatapan kosong serta jemarinya yang tak henti-hentinya Ia gigiti.

Sial!! Kenapa tak ada siapapun yang menyadarinya?! Sebenarnya untuk apa ada begitu banyak pelayan dan penjaga di kastil ini?!

Edgar berlari pada Lauren, Ia menyadarkan wanita itu dengan mengguncang bahunya berkali-kali

"Apa yang Kau lakukan?! Lauren sadarlah!"

Wanita itu akhirnya tersadar, Dia menatap Edgar dengan nanar "Aku mengerti kenapa Kau memilih untuk selalu berada disisiku, itu pasti karna Aku gila bukan?! Kau ingin mencemooh keadaanku!! Kau ingin mengambil alih tambang permata itu! Agar Kau bisa membahagiakan wanita itu!! Kau pasti kini tengah berbesar hati!! Karna Kau sudah tau hal yang menjadi kelemahan keluargaku!! Kau pasti senang bukan dengan kondisiku sekarang!!"

Lauren kembali tak terkendali. Ia menarik rambutnya kasar namun Edgar segera menghentikannya. Edgar memegangi kedua tangan Lauren dengan kuat "Aku tau dosaku padamu tak akan pernah termaafkan! Namun perlu Kau ingat satu hal Lauren, Aku kini sudah berubah. Tak ada lagi rencana-rencana busuk di kepalaku! Memang itu terdengar sangat konyol dan tidak meyakinkan namun Kau boleh selalu mengingat-ingat ini! Aku mempertaruhkan kepalaku padamu! Maka kini percayalah padaku! Aku akan melindungimu! Biarkan Aku membalas satu persatu kesalahanku di masa lalu meski itu tak akan pernah termaafkan, namun tolong percaya padaku kali ini saja Lauren! Kau aman ada bersamaku! Aku akan menjagamu sepenuh hatiku, Aku akui Aku memang sangat tidak bermoral hingga membuatmu menjadi seperti ini dan menambah penderitaanmu. Maka percayalah padaku jangan selalu memasang antisipasi begini jika tidak kondisimu akan semakin memburuk, Lauren." Setiap kata yang terucap oleh Edgar dipenuhi dengan penekanan agar Lauren percaya dan yakin bahwa kini Ia sudah bukan Edgar yang kemarin sore lagi.

Lauren masih saja menangis meraung-raung meluapkan semua sesak di dadanya. Karna dari dulu sudah terbiasa menahan sesak, oleh karena itu emosi Lauren menjadi tidak stabil tiap dikeluarkan.

"Kau selalu mempermainkanku hiks, Aku tak pernah tau mana kata-katamu yang benar dan tidak karena sedari dulu Kau selalu membohongiku, Aku sangat takut... jika ini akan menjadi aib bagi Kakekku, Aku tidak gila kan Edgar? Aku masih waras bukan?! Aku hanya saja tidak stabil.. ya benar hanya tidak stabill, bukankah orang-orang sering menjadi tak terkendali benar bukan?" Lauren menangkup rahang tegas Edgar dan menanyainya beruntun pertanyaan.

Melihat kondisi Lauren yang tampak miris membut pertahanan Edgar hampir hilang, Ia memutuskan untuk mendekap Lauren guna menenangkan wanita itu dan dekapannya disambut baik oleh Lauren bak anak kecil yang menangis kepada Ayahnya Ia meluruhkan segala sesak di dadanya hingga tangisan itu perlahan reda dengan kantuk yang hebat menimpa keduanya.

****
Oiyaaa buat yg belum follow aku buruan follow ya biar tau update an cerita2 aku
jangan lupa vote dan commentnya ya loff
biar aku semangat teruss update ceritanyaa hehe:))

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang