Makan malam yang dingin. Hanya terdengar samar bunyi dentingan sendok mengenai Piring keramik kaca dengan kualitas tinggi, yang berlambangkan simbol keluarga militer Caviar.
"Bukankah kau bertindak terlalu jauh untuk memanfaatkan cucu ku?" Semenjak mereka duduk di meja ini, Aldhof lah yang pertama kali memecah keheningan. Tentu beda, Keluarga bangsawan tau etiket di meja makan namun mantan militer bukankah tidak suka banyak basa-basi?
Lauren dan Edgar saling bersitatap
"Aku tidak pernah mempunyai niatan itu" jawab Edgar dingin, membuang semua etikanya
"Darah kedua orang tuamu memang kental dalam dirimu ya?" Sarkas Aldhof yang membuat Debora sangat malu "Kau seharusnya merasa kasian pada Ayahmu yang selalu sibuk melindungi Kekaisaran Ibumu"
"Apa yang harus aku kasihani untuknya?"
"Edgar jaga bicaramu" Ucap Debora dengan penuh penekanan
"Mama.." Lauren yang sedari tadi diam, membuka suara
Debora menatap Lauren seolah menunggu pertanyaannya
"Aku ingin Edgar tinggal dulu disini dalam beberapa waktu, apakah boleh?"
Tatapan tajam Edgar segera nenghunus tepat pada obsidian coklat Lauren
"Untuk apa?" Edgar akhirnya membuka suara
"Oh tentu boleh, kalian masih menjalin pernikahan resmi" Debora tidak mempedulikan pertanyaan Edgar
Lauren mengukir senyum tipis
"Wah sikapmu kembali dingin Edgar, setelah aku mengetahui semua rencanamu. Aku bahkan hampir mati untuk percaya bahwa yang di taman waktu itu adalah dirimu atau bukan?"
Rahang Edgar mengetat
"Karna hidangan telah ditutup aku meminta izin pada Mama dan Kakek untuk kami berdua meninggalkan meja makan karena ada banyak hal yang perlu dibicarakan"
"Tentu saja kau mempunyai banyak waktu, Putraku" Jawab Debora remeh
Edgar dan Lauren meninggalkan meja makan menuju balkon istana kediaman Caviar
"Apa lagi yang Kau mau dariku?" Edgar berucap tanpa basa-basi
"Wahh, kemana Edgar yang beberapa waktu lalu berbicara begitu lembut kepadaku?"
"Kau sudah tau bukan rencanaku?"
"Aku bahkan sudah lebih dari tau!"
"Kau begitu ingin bersamaku bukan? baiklah! Kita akan tetap bersama namun Kau harus menopang keluarga Maddy"
Lauren membuang muka kesal lalu kembali menatap Edgar dengan begitu serius
"Kenapa Aku harus menopang bangsawan kelas rendah sepertinya? Sama sekali tak menguntungkan dalam hal apapun!" Lauren tersenyum remeh "Aku adalah putri dari dua kekaisaran besar, Kau lebih dari tau tentang itu. Maxwell bukan penghalang karna Aku terdaftar secara hukum, dan disini di keluarga Ibuku Kami mengendalikan kekaisaran. Jadi mengapa Aku begitu repot menjadi penopang bangsawan yang hampir jatuh?!" Lauren meninggikan suaranya
Edgar tampak kesal dan pusing, rencananya tak berjalan sesuai dengan apa yang Dia pikirkan.
"Kau begitu angkuh!"
"Kau tak akan pulang ke Kekaisaranmu, Edgar! Kita masih dalam status pernikahan resmi"
"Kau tak berhak mengaturku!"
"Aku berhak! Aku sudah menemanimu dalam beberapa tahun! Aku yang memperkuat posisimu! Aku yang Kau abaikan juga sepanjang pernikahan Kita! Kenapa Kau selalu tergila-gila pada noda kekaisaranmu sendiri?!!!"
Edgar menampar keras pipi Lauren. Semua terjadi begitu saja, keduanya saling bersitatap seakan tam percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa Kau selalu tak pernah berfikir panjang untuk melukaiku? Apa yang ada di dalam kepalamu?! Mengapa Kau melakukan hal hina ini terus-terusan padaku?!!! Sialann!!! Kau hanyalah sampah jika tidak ada nama besar dari orang tuamu!!! Beraninya Kau menamparku karna Aku mengatai wanita rendahan itu?! NODA KEKAISARAN YANG TAK BISA MEMILIKI KETURUNAN!! BANGSAWAN RENDAH YANG JATUH MISKIN!!! Kau menamparku karnanya?! Karna wanita sialan itu?!!" Lauren berteriak kesetanan, tangannya bergerak memukul-mukul dada Edgar. Ia menumpahkan semua kekesalannya dengan pukulan kecil yang berasal dari tangan mipih itu.
Lauren memegangi dagu Edgar keras "Kau tak akan pernah dapat bersamanya! Bahkan melihatnya sekejap mata saja Kau tak akan pernah bisa! Kau akan tersiksa dengan kerinduan sialan yang Kau agung-agungkan itu, Kau akan menyesali yang barusan Kau lakukan padaku!! Ingat! Kau benar-benar akan hidup di dalam neraka Edgar!! Bersamaku! Bersama wanita yang sangat Kau benci ini, SIALAN!!!"
Aldhof dan Debora yang baru saja sampai di pintu pembatas balkon itu tampak keheranan, Apa yang membuat Lauren bertingkah se gila ini?
"Kakek!! Jangan biarkan Dia keluar dari sini!! Jangan izinkan dia pulang ikut bersama Ibunya! Dia tak akan kemana-mana Kakek, Dia akan selalu bersamaku kan? Hikss..." Lauren menangis dengan kehilangan kendalinya, Ia tampak sangat Frustasi. Hingga kemudian pingsan di tempatnya berdiri.
****
"Apa yang Kau dan Lauren bicarakan semalam? Kenapa Dia tampak se kacau itu?"
Setelah Ia melihat Putranya mulai tenang, Debora hendak melepas rasa penasarannya.
"Aku lelah Mama, jangan dulu tanyakan hal ini"
"Baiklah jika Kau tak ingin ditanyai dulu, namun Mama akan pulang. Apakah Kau tetap ingin berada disini?"
Edgar terdiam cukup lama, Ia menatap kosong pada hamparan taman yang ditumbuhi aneka bunga dengan subur itu.
"Aku akan tetap disini, Lauren sangat kehilangan kendalinya semalam."
Debora mengerutkan keningnya keheranan "Lalu apa masalahnya? Bukankah Kau selalu tak peduli dengan perasaannya?" Debora memancing kejujuran Edgar untuk mengatakan hal yang sebenarnya
"Mama pulanglah lebih dulu, Aku akan disini dulu"
"Baiklah Kau sudah memutuskannya, Mama akan pergi lebih dulu. Jaga dirimu dengan baik dan Kau harus tegas dengan hatimu! Jangan mencoba untuk memanfaatkan dan mempermainkan Lauren lagi"
"Aku mengerti."
****
Aldhof Caviar tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap Lauren, hal itu terbukti dari perintahnya yang meminta penasihat keluarganya untuk bergerak cepat mencarikan seorang penasihat dari kalangan Wanita muda yang tentu akan lebih mengerti cara mengatasi masalah yang di hadapi Cucunya. Memang cinta dapat membuat semua orang menjadi gila. Ia selalu meneliti setiap pergerakan yang dilakukan Lauren, baik itu secara tersembunyi maupun terang-terangan. Cucunya sudah lepas kendali, Dia terlalu mencintai laki-laki yang bahkan tak pernah terlintas dalam otaknya untuk membalas cinta cucunya yang sangat besar itu.
"Apakah Keponakan perempuanmu itu sudah selesai mengikuti Akademi?"
"Sudah Tuan, Dia tengah melakukan pengabdian di perbatasan saat ini. Apa ada yang bisa Saya bantu, Tuan?"
"Minta Dia datang, Cucuku membutuhkan bantuannya. Dan pastikan berita ini tidak bocor! Jika setelah itu Aku mendengar rumor buruk tentang Cucuku, maka persiapkan lehermu dan leher keponakanmu di tiang gantungan!"
"Saya tidak berani, Tuan. Mengkhianati Anda, tak pernah terlintas dalam pikiran Saya"
"Bagus jika Kau memahaminya. Esok, keponakanmu sudah akan tiba. Gunakan kereta kuda cepat untuk membawanya"
"Baik, Tuan"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...