Ternyata aku benar-benar sendirian.
Aku menapaki jalan yang enggan di lalui siapapun. Bahkan Ayahku sendiri tak andil dalam perjalanan setapak itu. Kakak laki-lakiku pun. Dan juga lelaki yang sudah mengucap sumpah bersamaku-pun juga enggan.
Mengapa semua orang enggan? Apa aku semenjijikan itu?
Aku benci sekaligus muak ketika menjadi penonton kehidupan bahagia orang lain. Bukankah tidak adil? Mereka bahagia dan aku tidak?!
Ren..
Kau orang pertama setelah sekian tahun aku hidup yang bertanya mengenai keadaanku.
Ren..
Bisakah aku menjadi milikmu?
Maukah kau?Tapi mungkin ini akan menjadi masalah besar, kesalahan ini akan menodai keluarga Kaisar. Namun aku juga ingin egois, tunggu bukankah semua orang sudah mengecapku wanita egois? Kenapa tidak diperjelas saja menjadi semakin jelas?
Kini aku menginginkan Ren.
Persetan.
Bukankah semua orang juga tidak memikirkanku? Lalu untuk apa aku memikirkan mereka?
_______
"Maddy baik-baik saja, lelaki pesuruh itu sudah ku habisi" ucap Maxwell di depan semua orang yang berada di ruang tengah kediaman Vaske.
Sementara Lauren yang di cap pelaku utama, namun memang pelaku utama. Sedang terduduk lemas dengan tatapan kosong dan kepala tertunduk dan jangan lupa tangannya yang terikat.
"Wanita sialan!" Maxwell seakan tak bosan mengumpati adik yang beda ibu dengannya itu.
Ren dan Edgar baru kembali dari melihat Maddy yang terbaring lemah di kamar tamu. Entah apa yang dikatakan Ren untuk meyakinkan Aaron dan Debora hingga dua orang itu setuju meninggalkan mereka mengurus permasalahan yang jujur saja Aaron dan Debora pun tidak tau menau.
Maxwell menyiram Lauren dengan air hingga dia yang awalnya hendak tidur menjadi terbangun.
"Aku sudah tau bahwa itu kau! Dan pesuruh itupun mengakuinya"
Semua orang seakan hanya diam menyaksikan.
Lauren mendongak, ia menatap Edgar dengan tatapan lemahnya. Lelaki itupun juga menatapnya namun hanya menatap tanpa berniat melindungi ataupun menjaga Lauren dari amukan Maxwell.
Lauren tersenyum remeh, apa yang ia harapkan dari Edgar?
Kemudian tatapannya beralih pada Ren yang berada di samping Edgar. Ren pun sama, ia juga menatap Lauren. Tatapan yang berbeda, bukan tatapan sinis ataupun permusuhan seperti 2 pria lainnya.
"Benar kau orangnya?"
Lauren terpaku lama mendengar suara Ren.
Tatapannya masih saja belum putus. Kemudian wanita itu mengangguk dengan masih menatap mata Ren.
Tak ada tatapan ingin menghabisi ataupun rahang yang mengatup keras dari Pria itu setelah mendapat anggukan dari Lauren
"Bolehkah aku tau alasannya mengapa?"
Bahkan suaranya masih saja lemah lembut
"Dia mengambil atensi semua orang dan aku muak"
Maxwell yang mendengar itu, mendekat pada Lauren lalu mencengkram keras rahang wanita itu
"Beraninya kau?!! Apa kau sudah bosan hidup hah?!!" Maxwell berapi-api
"Hentikan Maxwell!" Titah Ren tegas "Jika kau ingin melakukan kekerasan pada Wanita, bukan disini tempatnya! Bukan di kekaisaranku!" Sambung Ren bijaksana
"Apa kau tidak marah padanya?!" Maxwell menatap heran pada Ren setelah itu ia pergi ke tempat semulanya ia berdiri
"Kau tau tindakanmu sangatlah tidak benar?" Ren kembali bertanya pada Lauren
"Ya"
"Lalu mengapa kau tetap melakukan itu?"
"Aku hanya ingin"
"Hanya ingin?"
"Hm, dan maukah yang mulia menjadikanku Selir?"
Tiba-tiba suasana menjadi hening, sangat-sangat hening. Akibat dari ucapan santai Lauren di depan 4 pria yang tengah menatapnya heran. Di sana ada Edgar, Ren, Maxwell dan Juga Theodoric.
"Apa kau gila?" Edgar bersuara
Lauren menatap Edgar dengan sebelah alis berdiri "Bukankah ini menguntungkan bagimu? Kau bisa lebih fokus mengejar cinta Maddy"
Tatapan Ren tak lepas dari wanita yang sudah memiliki pasangan itu yang terang-terangan meminta menjadi selirnya di hadapan beberapa orang ini dan juga dihadapan pasangannya?
"Dia benar-benar gundik" Maxwell berucap remeh yang di tujukan pada Lauren
"Apa bedanya denganmu?" kini Lauren menatap Maxwell
"Kita sama Maxwell, sama-sama mengejar orang yang sudah memiliki pasangan. Jadi kau tak berhak berkata remeh mengenaiku" Lauren berucap berani dengan dagu mengangkat
Maxwell menatap sinis Adik sedarah dengannya itu
"Kau meminta orang lain di hadapan suamimu, itu sangat rendah!" Maxwell tak mau kalah
"Dan kau tak hentinya mengacaukan hubungan seseorang bak lintah tak berguna dan selalu membuat pernikahan resmi di tunda, bukankah kau lebih dariku?" Lauren tersenyum sumbang
"Mengapa kau ingin menjadi Selirku? Bahkan seorang calon Duke besar adalah suamimu"
Tiba-tiba saja Ren bersuara hingga pertengkaran antara Lauren dan Maxwell otomatis terhenti.
"Kau satu-satunya orang yang menanyai perihal keadaanku, dan sejak saat itu aku hanya ingin berada di sisimu selamanya.."
Edgar mengepalkan tinjunya, Lauren benar-benar sudah merendahkan harga dirinya sebagai suami.
"Lauren. Vaske. Bukankah ini sudah keterlaluan?" Suara penuh penekanan dari Edgar terdengar
Lauren segera menoleh pada Edgar. Baru kali ini, ya baru kali ini lelaki itu memanggil namanya dengan marga itu, sebelumnya Edgar selalu memanggilnya dengan marganya dahulu. Ini memang mengejutkan tapi sama sekali tak merubah hati Lauren yang bahkan sudah mati.
"Seperti kau yang menaruh rasa pada Yang mulia calon Putri Mahkota, akupun sama. Menaruh rasa pada Putra Mahkota
***
Sejauh ini cerita Edgar sama Lauren menurut kalian gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...