15

3.2K 438 54
                                    

"Aku menerima di kirim ke perbatasan ini karna aku sangat menghormati keluarga mu Edgar! Tapi untuk pernikahankupun akan kalian atur?!"

"Sialan kau seharusnya bersyukur tidak ku bunuh! Beraninya kau berteriak padaku setelah berselingkuh dengan istri tuanmu?!"

Theo tertawa culas "istri? kau baru mengakuinya sekarang? Kau begitu kesal bukan? Harga dirimu terluka bukan?"

"Sialan!!" Edgar menghantam keras pipi Theodore dengan tinju-nya "Jika bukan karna Ayahku aku sudah membunuhmu sialan!!"

Theo menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang sobek "kenapa kau begitu marah?! Bukankah kau tak pernah mencintainya?! Berikan dia padaku Edgar!! Kau bisa menikah dengan siapa saja bahkan dengan wanita yang kau cintai!"

"Tutup mulutmu sialan!!"

"Kau ingin membuat dia menderita seperti apa lagi?!! Bukankah sudah cukup semua keluarganya tidak memperlakukannya dengan baik?! Sebenarnya apa yang kau mau dari nya?! Dari seorang Putri terbuang yang bahkan tak pernah mendapatkan kasih sayang?! Apakah kau pantas untuk itu Edgar?!" Theo tampak begitu kesal

"Jangan pernah mencampuri urusanku Theodoric! Kau tidak lebih dari seorang pesuruh!!"

Theo sedikit kesal mendengar kata kurang ajar itu keluar dari mulut Edgar, Ia tak menyangka teman masa kecil yang menumbuh bersamanya mengucapkan hal itu padanya

"Kau benar-benar serakah Edgar Carlderon Vaske!!"

"Aku Tuanmu sialan berhenti berteriak padaku atau kau akan menanggung akibatnya!!"

"Persetan!"

Edgar yang nampak begitu kesal kembali mendekat pada Theodoric lalu menghempaskan tinjunya lagi dengan kuat, ia tampak beringas dengan pukulan yang tak henti-henti. Theodoric terlalu lemah untuk membalas setelah jatuh di hantam Edgar dengan keras. Pertengkaran itu tak dapat lagi di elakkan.

**
Asap cerutu beterbangan di langit-langit kamar Lauren dan Edgar. Membuat keduanya masih belum juga menutup jendela kamar mereka, hingga dengan bebas angin luar nan dingin mengusir posisi asap yang keluar dari mulut Edgar.

"Theodoric akan menikah dalam waktu dekat"

Untuk sesaat Lauren tersentak namun segera kembali pada kesadarannya

"k-kenapa begitu tiba-tiba?" Ia sedikit gugup

"Ia sudah pantas untuk menikah"

"Bukankah ia selama ini ti-dak terikat dengan wanita bangsawan manapun?"

"Dia akan di jodohkan oleh Ayahku"

"Ah begitu" Lauren benar-benar tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang tampak sedikit kecewa

"Kubur harapanmu tentang hidup bersamanya, kalian tak akan pernah bisa!" Edgar mengucapkan perkataannya dengan penuh penekanan

Lauren menatap Edgar yang juga tengah menatapnya

"Ku pikir setelah hari ini tak ada lagi harapan aku akan hidup bahagia Edgar"

"Benar. Kau bahkan tak akan pernah bisa membayangkannya, karna setelah ini tak ada lagi harapan untuk hari-hari mu yang indah Lauren"

Pria itu tersenyum sangat culas, seakan-akan penderitaan Lauren adalah hal yang sangat ia nanti-nanti

"Aku tak mengerti mengapa kau begitu membenciku"

"Karna kau mengunci hidupku untukmu LAUREN! KAU MEMBUATKU TAK BISA BERGERAK, MAMAKU BEGITU MENDUKUNGMU, SEMUA ORANG MENYURUHKU MENJALANI PERNIKAHAN SIALAN INI!! DAN KAU MASIH BERTANYA KENAPA AKU BEGITU MEMBENCIMU HAH?!"

Lauren menutup matanya, sedikit takut dengan bentakan keras Edgar

"Aku minta maaf untuk itu" Manik lemah Lauren bersitatap dengan Iris kelam Edgar "tapi bukan hanya kau yang menderita"

"Kau selalu membuat semuanya menjadi salah kita berdua, sangat picik."

"Padahal semua masalah akan berakhir jika kau mencintaiku Edgar, tapi sekalipun kau bahkan tak pernah sudi"

"Kau bukan wanita yang layak di cintai Lauren, bahkan keluargamu pun melakukan hal yang sama"

Omongan Edgar tak pernah gagal mengiris hatinya

Lauren terdiam cukup lama. Ia menunduk sementara tangannya mengepal dengan kuat

"Aku tak pernah mengerti mengapa semakin hari rasa benci mu padaku semakin banyak padahal aku sudah tidak lagi melakukan apa-apa terhadap Maddyia Felo"

"Karna Kau wanita murahan yang selalu mengemis cinta! Sangat memalukan"

"Kau tak akan pernah mengerti Edgar karna sedari kecil kau menerima cinta yang begitu besar, sementara aku sedari kecil sudah di asingkan! Tidak menerima satu bentuk cintapun bahkan hanya sedikit. Aku tak pernah tau wajah ibuku! Aku hanya punya seorang Ayah yang bahkan tak pernah menganggapku Edgar! Kau tau bagaimana rasanya ke hampaan itu?! Apa kau tau bagaimana rasanya tak mempunyai pegangan sedari kecil? Oleh karna itu jangan berlagak menjadi si paling menderita di sini! Kau tak pernah tau apa yang telah ku alami hingga hari ini. Aku benci karna pernah memikirkan bahwa kau adalah harapan terakhirku untuk bersandar Edgar! Ternyata ini begitu buruk! Pernikahan ini begitu mencekikku."

Keduanya sama-sama terdiam dengan nafas yang tersenggal-senggal, berteriak membuat energi keduanya terkuras begitu banyak

"Bukankah demi kebahagiaan satu sama lain kita memang harus berpisah Edgar? Diantara kita tak ada lagi harapan"

Edgar menyeringai setelah mendengar perkataan Lauren "Sudah terlambat untuk melarikan diri Lauren, matilah di dalam neraka ini"

Lauren menutup matanya lelah. Dengan keberanian yang entah datang dari mana ia berjalan cepat menuju tempat Edgar menghisap cerutunya yaitu tepat di depan jendela kamar mereka yang terbuka, wanita itu memeluknya erat dari belakang

Semua terjadi begitu cepat hingga Edgar pun tak tau harus bersikap seperti apa

"Teruslah benci aku sebesar apapun yang kau mau Edgar, bukankah kini aku hanya mempunyai kau maka aku akan tetap mendekapmu kemudian membawa mu pada kubangan kesedihan yang teramat mencekik ini agar kita sama-sama merasakan penderitaan alih-alih kebahagiaan"

"Kau selalu tak ingin rugi sendiri Lauren, Putri buangan nan licik"

***

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang