Sinar matahari menyeruak masuk pada selipan tirai yang tak tertutup sempurna. Edgar bangun dengan tangan yang sangat kebas, Ia menoleh kesampingnya mendapati wajah Lauren yang masih tertidur dengan pulas dan damai. Ia tak berani mengusik tidur Lauren hingga memutuskan untuk tetap menahan kebasan di tangannya.
Sangat lama Ia menatap wajah damai Lauren hingga kedua kelopak mata nan besar itu terbuka, mendapati Lauren yang tengah menatap ke arahnya juga "Selamat pagi Tuan Putri"
Edgar berusaha mencairkan suasana, namun Lauren tak membalas ucapannya. Wanita itu beralih menatap langit-langit kamarnya tanpa beralih dari lengan Edgar yang ia jadikan bantalannya.
"Tanganmu tidak kebas?"
"Hmm sedikit tapi tak apa Kau bisa berbaring lebih lama"
Lauren kembali mengalihkan tatapannya pada obsidian pekat milik Edgar. Edgarpun juga menatap Lauren "Ada apa?"
"Kita tak pernah berada di posisi ini sebelumnya"
"Kau benar"
"Apa Kau pernah berada di posisi ini dengan Maddy?"
"Tidak. Aku bahkan tak pernah berdiri begitu dekat dengannya"
Lauren mengukir senyum remeh "Berhentilah membodohiku" Ia beranjak dari dipannya dan berjalan menuju jendela besar yang langsung menghadap pada taman bunga yang tengah bermekaran.
Edgarpun ikut bangun namun Ia masih duduk di atas dipannya "Aku sudah lelah Lauren jangan membuat kepalaku pusing"
"Hei, Aku tau dimana keberadaan Wanita itu. Dia tengah berkebun di tengah hutan bersama keluarganya bukan? Hahahahahh, tak ada lagi gelar bangsawan pada namanya. Sangat kasihan"
Edgar malas mendengar ucapan Lauren, Ia bangun untuk membersihkan diri namun perkataan Lauren selanjutnya mengusik dirinya
"Wanita jalang itu, sudah di bela mati-matian namun Ia bahkan tak ingin merangkak ke atas dipanmu Edgar?"
"Lauren ucapanmu sangat tak pantas! Aku menyayangkan perkataan kotor itu keluar dari mulut seorang wanita bangsawan putri satu-satunya sebuah kekaisaran!"
"Lalu kenapa? Siapa yang menghakimiku kali ini? Aku. Bahkan. Pernah. Melakukan. Yang. Lebih. Gila. Dari. Ini." Lauren menekankan setiap kata yang di ucapkannya
"Kau berubahlah.. tuan putri adalah gelar yang mesti Kau jaga martabatnya"
"Persetan!! Semua orang sudah tau! Dan itu karna Kau sialan! Kau mengumumkan pada semua orang bahwa Kau telah menikahi wanita iblis sepertiku! Ku harap Kau tak lupa pada hari itu! Hari dimana Aku di permalukan di depan banyak orang hanya karna mengusik wanita rendahan itu!!"
"Bagaimana tidak?! Kau berusaha menghilangkan nyawanya Lauren! Bersyukurlah Kau tidak berakhir di tiang gantungan!"
"Kau masih saja dengan sekuat tenaga membelanya?!"
"Aku muak dengan tingkah kekanak-kanakanmu Lauren"
"Maka pergilah!! Jangan hidup bersamaku! Tinggalkan Aku!! Temui wanita rendah itu dan jamin hidupnya dengan nama belakangmu yang Kau agung-agungkan itu!!!"
"Lauren..." rahang Edgar mengetat "Apa sebenarnya maumu? katakanlah"
"Habisi dia!!! Setiap mengingat namanya Aku selalu di hantui ingatan sialan tentang apa yang telah Aku lalui karnanya! Habisi Dia hilangkan Dia dari kehidupan ini!!"
"Dia sudah sangat menderita Lauren.. hidupnya sudah hancur"
"AKU INGIN LEBIH HANCUR LAGII!!"
Edgar memulai paginya dengan sangat kesal, bagaimana bisa Lauren berkata dengan gampang perihal menghilangkan nyawa seseorang?

KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...