Kediaman itu memang indah dan asri. Alih-alih menjadi sebagai tempat pengasingan bagi Lauren, kediaman megah itu seperti tempat untuk melepas penat dari hiruk pikuk permainan kursi takhta.
Keduanya beserta para pengawal dan pelayan yang mereka bawa di sambut baik oleh penjaga dan para pelayan kediaman itu.
"Selamat datang Tuan dan Nona" ucap semuanya ramah
Hal itu di balas anggukan kecil oleh Edgar dan juga Lauren.
"Mungkin Tuan dan Nona sudah tau sebelumnya jika kediaman ini merupakan tempat mendiang Ibu Suri melepas penat bersama Mendiang Kaisar terdahulu yang merupakan Ayah dan Ibu dari Ayah Duchess Debora"
"Aku sudah mengetahuinya" sahut Edgar enteng, dia sebenarnya sudah cukup lelah dan ingin segera beristirahat
"Baiklah jika begitu aku akan mengantar Tuan dan Nona menuju kamar utama" ketika pelayan itu hendak memimpin jalan guna menuntun, Edgar membuka suara
"Tempatkan kami di kamar yang berbeda"
Lauren tidak melakukan apapun, dia tidak memprotes ucapan Edgar karna diapun juga ingin kamar yang terpisah.
Cintanya pada Edgar telah habis.
"Mohon maaf Tuan, hanya satu kamar yang dibukakan kuncinya oleh Yang Mulia Kaisar, Aaric"
Tampak raut tak terima tergambar dari wajah tampan Edgar "Aku rasa Paman dan Mama terlibat dalam hal ini" ucapnya jengkel
Keduanya berjalan menuju kamar utama dengan di tuntun oleh pelayan tadi. Sesampainya di kamar utama, ketika membuka pintu mereka di sambut dengan lukisan indah yang berisi lukisan wajah mendiang nenek dan kakek dari Mamanya, Debora.
Edgar mendekatkan wajahnya pada Lauren
"Taukah kau cerita kelam antara kakek dan nenek buyutku itu?"
Lauren tidak merespon perkataan Edgar, dia langsung berjalan kedepan dan duduk di sebuah kursi di dekat jendela yang mengarah langsung pada keindahan pemandangan diluar kediaman.
Melihat sikap Lauren yang seperti itu, Edgar sama sekali tidak kesal ataupun marah dia hanya mengangkat kedua bahunya remeh.
Semua pelayan keluar dari ruangan itu dan tentu ada 2 penjaga yang berjaga di luar kamar.
Ketika Lauren masih saja fokus pada keindahan pemandangan di luar jendela tempat ia menghadap duduk, sebuah ujung pedang tampak mengacung dan mengenai sedikit daging dari punggung indahnya. Dia berbalik dan di sana berdiri Edgar dengan mata kelam yang sedikit tampak menakutkan. Ujung pedang yang semula berada di punggung Lauren, kini berada pada tulang dadanya.
Lauren tidak tampak takut dengan tindakan tiba-tiba Edgar ini. Ia hanya menatap dingin mata kelam penuh nafsu membunuh dari Edgar.
Edgar bergerak satu langkah pada Lauren yang hanya diam tanpa ekspresi. Ujung pedang mulai menusuk.
Lauren masih tetap diam dengan mata dingin yang tidak putus menatap iris kelam Edgar.
"Kau pikir aku akan menbiarkanmu begitu saja setelah hampir membuang sia-sia nyawa Maddy?"
Tatapan keduanya masih belum putus.
Lauren memegangi pedang tajam yang sudah mulai mengoyak sedikit kulit dadanya. Ia mengarahkan ujung pedang tsb dengan tangannya bergerak sedikit lebih ke bawah dari tempat sebelumnya.
"Jika kau menghunusnya disana, maka kematianku akan lebih lama. Hunus disini dengan sekuat tenaga, agar sakitnya tak begitu lama"
Edgar spontan melepas pedang tersebut.
Cukup keras bunyi yang dihasilkan dari pertemuan pedang tersebut dengan lantai kamar itu.
"Tak ada yang ku izinkan masuk ke dalam ruangan ini!" Lauren berteriak kesetanan setelah mendengar pintu yang dicoba di buka paksa oleh penjaga yang berjaga di luar.
Edgar pun terkejut dengan teriakan Lauren dan raut wajah wanita itu kini.
"Apa hanya sebatas itu keberanianmu? Sebatas mengacungkan pedang saja? Lalu kau akan takut hingga pedangmu jatuh ketika lawanmu mulai menantang? Seharusnya kau tidak membuang waktu lama dengan berbelas kasih, atau jika tidak kau akan selamanya menjadi pengecut dan bersembunyi di balik nama besar Aaron dan Debora? Kau tidak pantas Edgar"
Kata demi kata yang di sampaikan Lauren menusuk masuk kedalam dadanya. Edgar disisi lain sangat kesal karna harga dirinya di pijak.
"Aku bahkan berani mencoba menghabisi nyawa calon Putri Mahkota dan juga calon Permaisuri nantinya, tetapi kau. Kau bahkan takut mencoba menghabisi Putri buangan sepertiku?"
"Jangan memprovokasiku sialan!!" Edgar hilang kesabaran
Lauren masih saja tak gentar
"Jika begitu cepat habisi aku sialan!!"
Keduanya saling memaki.
"Kau pikir pembunuh akan membunuh targetnya yang menginginkan kematian?" Edgar berjalan mendekat pada Lauren
"Hanya pengecut kurang kerjaan yang bermain-main dengan targetnya, Tuan Muda" Lauren tidak mau kalah
"Apa kau begitu menginginkan kematian?"
"Sangat begitu ingin dibanding hidup 1 bulan bersamamu di kediaman sialan ini"
****
Selamat Hari Raya Qurban bagi yang merayakan🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...