8

3.9K 404 24
                                    

Edgar tak putus menatap Lauren dengan tajam. Dia sangat kesal bahkan terlampau kesal karna jawaban dari wanita itu.

Lauren perlahan melangkah mendekat ke arahnya, wanita itu sangat sulit di tebak. Lauren memungut pedang yang jatuh tadi lalu menempatkan telapak tangannya pada ujung pedang tersebut, ia menggenggamnya hingga darah mengucur di sepanjang badan pedang.

"Kau menginginkan ini bukan? Apa ini sudah sesuai dengan nyawa cinta pertamamu yang hampir aku habisi itu?" Lauren kembali menggenggam erat ujung pedang dengan telapak tangannya

Setelah banyak darah mengucur, ia menghempas pedang tersebut ke lantai lalu berjalan mendekat pada Edgar kemudian mengelus rahang kokoh lelaki itu dengan telapak tangannya yang di lumuri darah.

"Edgar, kau tau betapa kelam latar belakang hidupku.. dan kau juga tau wanita di hadapanmu ini selalu mendapati bagian tersakit dari hidup ini kau pikir kepribadiannya akan normal-normal saja setelah sepanjang hidup selalu mendapati makian dan hinaan? Bukan hanya kau yang dapat menghunus pedang tepat di depan mataku, aku bahkan juga berani menghabisimu ketika semua mata tertutup" suara dingin Lauren membuat suasana ruangan tempat mereka berdua berada juga menjadi dingin dan sedikit mencekam.

Tapi yang ada di hadapan wanita itu adalah Edgar, lelaki egois yang dalam dirinya terdapat darah dan daging Aaron dan Debora.

Edgar tersenyum miring kemudian diikuti dengan gelak tawa keras seakan mengejek.

Lauren sama sekali tidak terpengaruh dengan gelak tawa mengejek itu.

"Aku cukup tau bahwa aku beberapa tahun ini menikahi seorang iblis, jadi kau tak perlu repot-repot menjabarkan itu"

Sorot mata dingin Lauren menatap Edgar tak berubah sebelum ia kembali membuka suara

"Tapi ingat ini dengan baik, aku tak akan pernah menyerah untuk menghabisi Maddia Fello, karna kau tau apa yang aku inginkan. Setelah ku pikir-pikir tentu menjadi calon putri mahkota lebih baik daripada selir agung dan juga gundik, bukan?"

Rahang kokoh Edgar kembali mengeras, ia mencengkram kuat bahu ringkih Lauren.

"Jangan buat ini menjadi terakhir kalinya kau menatap dunia Lauren" nada penuh penekanan itu seakan menyiratkan bahwa emosi Edgar akan meledak keluar

"Jika kau benar-benar mencemasi nyawa wanita itu, maka menderitalah bersamaku"

Edgar tak mengerti perkataan wanita di hadapannya ini, ia menatap Lauren seakan meminta penjelasan

"Jika aku tak bisa mendapatkan Ren maka kau juga tidak bisa mendapatkan Maddy, aku hidup bersama mimpi burukku dan kau juga harus hidup bersama mimpi burukmu. Bukankah kita sama-sama menjadi penyesalan terbesar bagi kau dan aku?" Lauren mengakhiri perkataannya dengan senyum sinis

Edgar muak melihat wajah wanita yang sialnya adalah istrinya itu. Wanita ini benar-benar berbahaya.

"Kau pikir aku akan menyetujui perkataanmu?" Ucap Edgar remeh.

Lelaki itu memantik api dan membakar cerutu yang sudah berada di mulutnya. Dalam hisapan pertama ia membuang asap dari cerutu tersebut tepat di depan wajah Lauren.

Lauren hanya menatap datar dengan sorot mata sayu.

"Kau benar-benar iblis Lauren" Edgar kembali berkata remeh

Lauren masih saja diam, mengamati lelaki yang tengah menikmati cerutu itu.

"Haruskah aku bangga menikah dengan wanita iblis sepertimu?"

"Hentikan omong kosongmu sialan!!!"

Lauren berteriak kesetanan. Tangannya mengepal

"Aku iblis? Lalu bagaimana dengan orang yang membuangku sedari kecil?! Bagaimana dengan orang yang menghina, memaki dan mengasingkan bocah 5 tahun di sudut kelam kastil kekaisaran?! Bagaimana dengan orang yang bahkan tak berfikir menyakiti fisikku?! Bagaimana dengan semua bajingan yang bahkan sampai sekarang masih menyerapahi hidupku?! Kau mengatakan bahwa aku wanita iblis bukan?! Kau harusnya tau dari mana sikap buruk menakutkan ini berasal!! Kau harusnya tau!!"

Tanpa di duga air mata menerobos keluar dari mata sayu Lauren.

"Aku bahkan tidak pernah merasakan bagaimana rasanya di cintai"

Wanita itu tertunduk, air matanya semakin banyak

"Aku bahkan tak pernah berhenti mengemis untuk di cintai.. Aku bahkan hampir merangkak pda Theodore dan aku juga bahkan mengemis menjadi selir Ren di hadapan semua orang.. —hikss"

Ini kali pertama Edgar melihat wanita angkuh dihadapannya itu menangis putus asa.

"Aku bahkan malu Edgar.. aku bahkan malu pada diriku, tapi aku benar-benar ingin merasakan bagaimana di cintai, aku benar-benar ingin"

Darah yang semulanya merembes dari telapak tangan Lauren, kini bahkan telah mengering. Dan juga bekas darah di rahang kokoh Edgar akibat Lauren mengelusnya tadipun telah mengering.

Edgar masih saja diam, sudah beberapa tahun ke belakang ia menikah dengan Lauren tetapi ini pertama kalinya lelaki itu melihat istrinya itu menangis putus asa.

"Benar-benar kosong Edgar.. Rasanya sangat hampa..—hiks"

**
Jangan lupa vote dan comment yaa:))

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang