4

4.6K 473 26
                                    

"Periksa semua rumah di tanah kekaisaran ini!! Dan jangan lupa, esok aku akan memimpin pasukan menuju kekaisaran Veroch!" Ren menatap tajam ke depan dengan rahang yang mengatup keras, ia begitu yakin jika penculikan tunangannya dilakukan oleh Maxwell

Namun di tempat lain Maxwell juga tengah kesetanan, apa ini? Semua orang sampai kesetanan karna kehilangan Tunangan bahkan yang belum resmi?

"Siapkan Kuda aku akan ke kediaman Edgar!!" Teriak Maxwell kencang pada Prajuritnya

Kuda sudah di siapkan dan dengan langkah cepat Maxwell menaiki Kudanya lalu memacut keras Kuda itu menuju kediaman Aaron

Sesampainya di depan Gerbang kokoh dan besar Keluarga Vaske, Maxwell turun dengan terburu-buru dari Kudanya. Pria itu melangkah dengan rahang mengatup keras dan dengan tangan yang sudah mengeluarkan Pedang dari sarungnya. Nafsu membunuhnya tampak jelas

"LAUREN!!!" Teriaknya kencang di depan pintu kediaman Keluarga Vaske

Di depan sana terlalu banyak penjaga, Maxwell tak ingin membuang waktu dan tenaga dengan menghabisi para cecunguk tak berguna itu.

"KELUAR KAU LAUREN!!"

semua orang di dalam kediaman terkejut, begitu juga Aaron dan Debora. Edgar pun dapat mendengarnya, spontan ia menatap Lauren yang duduk di depan jendela kamar mereka yang tengah menatap ke bawah tempat Maxwell berada, dan jangan lupakan tangannya yang tengah bergetar.

"Kenapa ia kesetanan menyebut namamu?" Edgar menghampiri Lauren

Lauren enggan menjawab, badannya makin bergetar apalagi setelah melihat pedang di tangan Maxwell. Ia menggigiti kukunya cemas.

"Apa kau tuli? Jawab pertanyaanku!!"

Lauren segera tersadar, dari tadi ia ternyata tidak sadar karna terlalu cemas.

"A-Apa?.. Bi-bisakah k-kau me-ngula-ngi ka-kata-kata mu?"

Mendengar nada gemetar dari ucapa Lauren, Edgar menautkan alisnya.

"Kau yang melakukannya?" Edgar seakan berubah dengan cepat

Tatapan yang tadinya penuh tanya berubah cepat dengan tatapan tajam mengintimidasi

Lauren masih diam, ia tidak menjawab. Entah kenapa ia merasa dua serigala hendak memakannya.

"Jawab sialan!!!" Edgar mencengkram kuat bahu Lauren

Lauren tidak tau, tapi kini ia hanya merasa takut. Kemana keberaniannya selama ini?

Edgar bertambah kesal karena pertanyaannya tak juga di jawab. Lelaki itu dengan gerakan cepat mencengkram kuat rambut Lauren lalu membawanya keluar dari kamar mereka menuju Maxwell yang berada di luar.

Lauren mencoba berontak dan memukul-mukul tangan Edgar yang mencengkram rambutnya. Namun kekuatan mereka tak sebanding

Debora sekaligus Aaron yang melihat putranya tiba-tiba melewati mereka dengan tangan mencengkram rambut Lauren, terkejut.

"EDGAR!!" Aaron segera menyusul putranya yang berjalan menuju pintu utama kediaman

Debora menyusul langkah Aaron

Sesampainya di luar Edgar mendorong keras Lauren hingga wanita itu terduduk di bawah kaki Maxwell. Maxwell yang sudah penuh amarah sedari tadi, menyamakan posisinya dengan Lauren lalu tanpa aba-aba mencekik wanita itu tanpa ampun.

Aaron dan Debora yang baru sampai di luar terkejut dengan pemandangan itu.

"SIALAN!! JAUHKAN LELAKI ITU DARINYA!" Debora berteriak keras

Lauren yang wajahnya sudah memerah segera terbatuk-batuk setelah para Ksatria Aaron menarik keras Maxwell yang tengah mencekiknya.

Debora berjalan cepat menuju Edgar, dan menampar keras Putranya itu.

"Kau membuatku malu karna telah mengandung Putra bajingan seperti dirimu!!"

Edgar tertoleh karna tamparan keras Debora.

"Lauren sialan!! Dimana kau sembunyikan Maddy!!"

Mereka semua kecuali Edgar segera menatap Maxwell bingung, kenapa Maxwell menuduh Lauren?

"Apa yang kau katakan? Dia tidak ada hubungannya" ucap Debora dingin

Sementara Lauren masih sibuk meraup udara, kemudian segera menatap semua orang di sekelilingnya.

Semua mata menatapnya. Ia merasa di hakimi, ia merasa sangat sendiri. Sebelumnya ia memang sudah biasa dengan kesepian, namun kini seakan benar-benar sepi. Tak ada yang berpihak padanya, dengan kuat ia menyembunyikan ketakutannya selama ini.. namun di sisi lain ia juga manusia.

Air matanya mengalir, ia menangis tanpa suara. Bukan, bukan karna memang tak bersuara namun mati-matian ia menahan isakannya.

Tapi, suatu hal yang tak terduga terjadi. Seseorang memegang bahunya dan membimbingnya berdiri sekaligus bertanya "Apa Kau baik-baik saja?"

Untuk pertama kalinya.. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang bertanya padanya 'apa kau baik-baik saja?'. Ia segera menatap orang tersebut dengan wajah kacaunya, Pria tersebut kembali bertanya "Apa kau baik-baik saja?"

Lagi?.. Pertanyaan itu kembali ia dengar lagi?

Ia segera mengangguk dengan wajah penuh kebingungan

"Syukurlah.." Ucap pria itu di akhiri dengan senyum yang sangat menawan

Lauren masih tak percaya, sepupu suaminya Ren Vallerio Carl dengan tanpa izin kini telah masuk ke dalam hatinya. Kini ia tau kemana, kemana ia akan menuju.

"Apa yang terjadi?"

Semua orang seakan juga terpaku namun kini kembali ke kesadaran mereka ketika mendengar suara Ren.

"Sialan apa yang kau lakukan?! Kau mengasihani wanita sampah itu?" Maxwell berucap tajam pada Ren

Ren kebingungan

"Dia dibalik hilangnya Maddy, Ren" ucap Edgar kemudian yang mempeejelas semuanya

Lauren segera menatap Edgar, ia terpaku dengan fikirannya. Lelaki itu sama sekali tidak pernah memihaknya kemudian ia segera menunduk setelah menyadari semua orang menatapnya.

"Apa benar?"

Suara lembut penuh kedamaian itu terdengar lagi.

Lauren segera menatap Ren yang juga tengah menatapnya. Bukan tatapan intimidasi ataupun tatapan tajam. Terpaku cukup lama, Lauren mengalihkan pandangannya.

"Kau masih tak ingin bicara?!!" Maxwell kembali meneriakinya. "JAWAB SIALAN!!"

"KENAPA?! KENAPA HAH?! DIA MUNGKIN SUDAH MATI!!" Lauren dengan berani meneriaki Maxwell di depan semua orang

Semua orang segera menatap Lauren, Edgar berjalan mendekat padanya kemudian mencengkram bahunya keras

"Kau lebih baik tidak main-main dengan kata-katamu" ucap Edgar tajam penuh penekanan dengan rahang yang mengatup keras

Lauren menatap Edgar sama tajamnya, lalu ia tersenyum mengejek

"Kenapa? Kau bahkan sudah terlambat.. mungkin ia telah kehilangan nyawanya? Cinta pertamamu?.."

Plakkkk

Edgar menampar Lauren kuat. Tamparan yang keras itu membuat Lauren tertoleh dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"EDGAR!!" Aaron seakan sudah lelah untuk selalu marah kepada Putranya itu

Sementara Debora masih meneliti keadaan dan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Wanita itu.. Bahkan ketika hendak menemui ajalnya masih saja merepotkanku" Lauren menyeka darah di sudut bibirnya lalu segera berbalik menatap remeh Maxwell "Kakak.. Ah kau tidak suka bukan jikabaku memanggilmu kakak hmm baiklah, Maxwell?.. Wanita itu sudah mati" ucapan remeh Lauren membuat Maxwell makin berapi-api

Tapi tunggu..tunggu.. Lauren melupakan seseorang, Pangeran kuda putih yang sesungguhnya Maddy. Ren, lelaki yang pertama kalinya bertanya padanya apa ia baik-baik saja.. Lelaki yang pertama kalinya Lauren sadari bahwa ia seharusnya tujuannya. Ia fikir, ia jatuh cinta pada Ren? Secepat itu?..

***

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang