30

670 117 5
                                    

Lauren POV END
.
.
Debora benar-benar berlebihan. Dia mengadakan pesta penyambutan yang tak kalah megahnya dari pesta penyambutan Kaisar sepulang dari perang. Padahal Edgar hanya pergi selama Dua bulan. Namun kerinduan seorang Ibu pada Putra satu-satunya itu siapa yang dapat mengalahkan?

Aaron kuga hadir disana, Pengabdiannya pada kekaisaran Carl mungkin akan segera berakhir karna usianya yang sudah tak lagi muda membuat kondisi kesehatannya perlahan menurun, Ia sudah tak seperkasa dulu lagi, mengetahui suaminya terkena luka goresan pedang musuh Debora panik bukan main. Ia meminta kepada kakaknya untuk memberi istirahat pada Aaron yang selalu saja tanpa lelah melindungi perbatasan kekaisaran.

Edgar turun lebih dulu setelah tersenyum sebentar pada kedua orang tuanya Ia menyambut tangan Lauren untuk menuntunnya dengan hati-hati menuruni kereta kuda itu. Semua orang tercengang, perubahan Lauren tampak nyata. Ia begitu pucat dan tidak sebugar dulu.

"Aku mendengar desas-desus dikalangan bangsawan bahwa Dia mengidap penyakit jiwa"

"Apa maksudmu?" Sahut Nona bangsawan itu pada Nona bangsawan disebelahnya

"Turunkan nada suaramu, Kau tau sangat berbahaya membicarakan ini. Kakeknya akan memburu semua orang yang membicarakan penyakit Cucunya itu"

Keningnya mengkerut, "Ya Dia memiliki latar kebangsawanan yang sangat berpengaruh mana mungkin ada yang berani mengolok-oloknya"

"Aku merindukanmu Lauren" Debora mendekati menantunya itu dan memeluknya dengan erat

Lauren membalas pelukan itu pelan. Kini giliran Aaron yang memeluknya, "Selamat datang kembali, Putriku"

Lauren tersentak, sudah lama Ia tidak mendengar ucapan itu.

"Mama, Kau sangat berlebihan membuat pesta semegah ini" Edgar merasa jengah

"Aku begitu bahagi hingga tak terbendung menyambut kedatangan Putraku dan menantuku kembali" jawab Debora penuh antusias

Lauren membalas dengan senyum kecil usaha mertuanya itu.

"Baiklah Aku dan menantumu akan beristirahat karna perjalanan yang begitu melelahkan, lanjutkan pesta megahmu ini Mama.."

"Bawalah Istrimu istirahat Papa yang akan melanjutkan kesenangan Mama-mu yang berlebihan ini" Aaron mengukir tawa mencairkan suasana

"Papa... Begitu sengsara bukan menjadi pasangan Mama yang sangat berlebihan ini.."

"Tak masalah Edgar.. Aku bahagia jika Dia bahagia..."

"Ah... klise sekali percintaan orang tua ini, baiklah Aku akan ke dalam" Edgar menggenggam erat tangan Lauren memasuki Kastil kediaman keluarga Vaske itu dengan langkah pelan seakan Edgar tak ingin membuatmya terseok-seok karna perbedaan kecepatan mereka.

"Selamat datang Kembali Lauren Vaske..." Edgar merentangkan tangannya di depan pintu masuk Kamar mereka yang telah terbuka, Lauren menjelajahi tiap sudut dengan matanya. Suasana Kamar itu tampak berbeda dengan terakhir kali Ia tinggalkan.

"Lihat... Aku meminta Mama mengubah suasananya, Itu lukisan Kita berdua dan semuanya di tata berdasarkan seleramu Lauren.. Ini tanda Kita akan memulai semuanya dari lembaran baru lagi"

Lauren menatap Edgar dengan mata penuh binar, "Apakah boleh jika Aku ingin memelukmu?"

Edgar menatap penuh keheranan, "Lauren... bisakah untuk selanjutnya Kau tidak perlu meminta izin?"

"Apakah boleh begitu?"

Edgar terpaku, Ia menyadari betapa buruknya hubungan mereka sebelumnya hingga keduanya merasa tidak leluasa.

"Mulai dari sekarang lakukan apapun yang Kau inginkan Lauren, jika Kau ingin memelukku, jika Kau ingin selalu bersamaku, jika Kau ingin pergi ke suatu tempat denganku. Katakan saja, jangan meminta izin dulu untuk memastikanku karna Aku akan selalu setuju dan menyanggupinya terkecuali ketika Aku berada di perbatasan karna membutuhkan waktu yang lama untuk sampai kesini dengan cepatkan?"

Lauren mengangguk. Ia berjalan masuk dan duduk di pinggir dipan tidurnya. Menelisik lagi tiap sudut ruangan itu seolah-olah mencari sela-sela celah yang belum Ia perhatikan.

"Kau sangat menyukainya?"

"Hmmm, sangat"

"Aku akan meminta pelayan membawakan makanan setelah itu Ana akan membawakan obatmu dan Kau akan beristirahat"

"Dan Kau?"

"Aku perlu menemui Papa sebentar"

Lauren memegang tangan Edgar dan menatapnya murung, "Bisakah besok saja?"

Edgar menatap Lauren sebentar lalu mengangguki ucapannya,"baiklah Kita akan beristirahat dulu setelah Kau makan dan meminum obatmu ya?"

Lauren tidak mengangguki, Ia malah bertambah murung "bagaimana jika Aku kembali berjalan-jalan lagi tanpa sadar.. mereka tidak tau apa yang terjadi padaku.. apakah mereka akan menertawakanku dan mengolok-olok?"

Edgar menangkup pipi Lauren.. "hei... Kau Nyonya di Kastil ini, siapa yang berani menertawakanmu?"

"Aku begitu takut dan merasa malu di hadapan kedua orang tuamu, bagaimana jika mereka ingin mencarikanmu selir karna mengetahui Aku gila??"

"Lauren, apa yang Kau katakan?!"

"Aku tidak pantas bukan duduk di kursi kebesaran Duchess. Semua orang hanya akan mengolok-olokku"

"Kau akan sembuh mengerti? Kau akan sembuh! Aku akan mendatangkan tabib dari segala penjuru, Kita akan mengobatunya hingga sembuh. Tenang saja dan percaya kepadaku, Kau hanya perlu menjalani harimu dengan apa yang ingin Kau lakukan. Jangan pikirkan apapun yang membuat kepalamu semakin sakit, Kau ingin sembuh bukan?" Edgar menggenggam kedua tangan Lauren

Lauren mengangguk dan menatap penuh harap pada Edgar. Ia menelisik netra kelam Edgar mencari keseriusan disana, dan yang Ia dapati benar, Pria ini benar-benar tidak main-main dengan perkataannya.

"Kemarilah... tenangkan pikiranmu" Edgar menepuk dadanya menginteruksikan Lauren menyandarkan kepalanya disana. Lauren melakukannya dan menutup matanya guna mengusir pikiran-pikiran yang mengganggu di kepalanya. Ia mencari kedamaian disana, meluruhkan segala cemasnya dan berharap hari-hari nan Indah akan menyambutnya karena terakhir kali Ia begitu sengsara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang