"Dari mana saja kau?"
"Menemui teman lama"
"Teman lama atau Keparat tak berguna itu?"
"Aku tak akan heran jika Kakek tau siapa yang telah Aku temui, tapi tolong hentikan semua mata-mata ini"
"Kau tidak terpengaruh oleh omong kosongnya kan? bukankah kau yang selama ini hidup bersamanya, seharusnya kau cukup tau siapa itu Pria yang akan menjadi mantan suamimu itu"
"Kakek, Aku memilihnya dengan mengorbankan segala yang aku punya kala itu. Bukankah hal yang biasa jika dengan mudah Aku terpengaruh oleh perkataannya?"
"Kau tak ingin mengulangi hal bodoh lagi kan? Bagaimana dengan pesuruh itu?"
"Dia hanya pelampiasan"
"Lauren, tidakkah kau berfikir mengapa bisa keparat itu berubah dalam semalam?"
"Dia berubah dalam 2 bulan, Kakek."
"2 bulan bukan 2 tahun!"
Lauren tercenung. Semulanya Ia dilingkupi kebahagiaan kini mendadak ragu juga, sepenuhnya apa yang di ucapkan Kakeknya adalah benar tapi mengapa Ia masih mencoba untuk menutup mata?
"Dia putra Aaron Vaske, Lauren. Dan Aaron adalah si pengatur taktik yang handal, bagaimana bisa Kau tidak berfikir kemampuan itu akan turun kepada Putranya? Dan jangan lupakan juga Ayahnya pernah menghabisi dan menganiaya beberapa Wanita demi Putranya dan juga Istrinya itu, sejatinya seorang Pria tak akan berani melukai Wanita namun dia memiliki masa lalu yang buruk dengan itu. Tidakkah kau berfikir bahwa Edgar akan mendapati sifat seperti Ayahnya? Bukankah ketika bersamamu Ia juga tanpa berfikir pernah berlaku kasar padamu! Lalu harapan apalagi yang akan Kau taruh untuknya?!!"
Wajah Aldhof Caviar merah padam
"Aku mencintainya, dari dulu tak pernah berubah. Aku mencoba menjalin hubungan dengan Pria lainpun itu hanya untuk menarik perhatiannya. Aku ingin melihat bagaimana tanggapannya? Namun tanggapan tersebut sepenuhnya sesuai ekspektasiku, Dia marah namun Dia juga menyakitiku dengan kata-kata cemooh yang seakan sudah menjadi makanan sehari-hariku. Dan hari ini, untuk pertama kalinya dia berucap penuh kasih dengan untaian kata-kata indah yang aku dambakan. Apakah tidak boleh sebentar saja Aku menutup mata dengan semua yang telah Ia lakukan?"
"Kau masih begitu mencintainya?" Aldhof mulai muak
"Aku tak tau, namun Aku kadang gila hanya karna berfikir untuk melupakannya"
Lauren menatap kosong Kakeknya yang kini telah dilingkupi amarah yang memuncak
"Aku tau mengapa Kau begitu menggantungkan hidupmu padanya, itu terjadi karna kau menemukan harapan pada dirinya bukan? Tapi apakah harapan itu tercipta setelah Kau bersamanya? Apakah pernah sekalipun ia mencoba untuk membahagiakanmu?"
Aldhof Caviar menghela nafasnya berat. Cucunya bersikap seperti ini, itu karna tak pernah sekalipun Dia merasakan bagaimana rasanya begitu di sayangi, baik oleh Ayahnya ataupun Suaminya.
"Lauren, masa hidup Kakek dihabisi di medan perang. Tidaklah suatu hal yang sulit bagi Kakek membaca niat seseorang, mungkin ini begitu sakit untuk kau ketahui tapi si Keparat itu tak pernah tulus mencintaimu! Dia penuh dengan tipu muslihat! Dia menyiapkan rencana! Dia selama 2 bulan itu hanya berlakon agar semua orang berfikiran yang sama seperti yang Kau pikirkan sekarang!"
Tanpa di duga bulir bening jatuh dengan sendirinya dari netra sendu yang kian meredup itu. Tidakkah boleh Ia bahagia hanya sebentar? Tak dapatkah Ia merasakan ini untuk lebih lama lagi, kebohongan bahwa cintanya terbalaskan? Kenapa kenyataan selalu dengan cepat berusaha merenggut kebahagiaannya? Apakah semesta selalu menginginkannya untuk menjadi penjahat? wanita tak tau diri? wanita rendahan?
Lauren menghapus kasar bulir-bulir selanjutnya yang akan turun. "Jadi Dia tidak pernah mencintaiku, Kek?"
"Dia lagi-lagi hanya memanfaatkanku?"
"Jadi semua yang terjadi tadi sudah terencana? Dan Aku hampir masuk ke dalam rencananya?"
Lauren menutup wajahnya, Ia benci terlihat lemah di hadapan siapa saja. Namun kenyataan ini begitu sakit hingga sesak rasanya. Ingin sekali Ia berteriak di depan wajah Edgar, 'katakan! Kau sudah berubah!. Katakan bahwa kau benar-benar menyesal!. Katakan bahwa semua yang dikatakan Kakek padaku adalah bohong!. Katakan bahwa kini kau telah benar-benar mencintaiku'. Semua hanya mampu ia teriakkan di dalam hatinya, begitu menyedihkan terlihat Pilu di hadapan orang-orang. Ia selalu benci ketika alasan satu-satunya ia tampak begitu menyedihkan adalah orang yang sama.
"Apakah Aku tidak seberharga itu, Kakek?" Ucapnya dengan sorot mata yang kosong menatap kursi kebesaran Aldhof Caviar.
Aldhof membuang muka, Air matanya juga akan ikut jatuh nantinya jika terus menatap mata Cucu-nya yang tampak rapuh itu.
"Kakek.."
Panggilan Lauren membuat Aldhof kembali menatap cucunya itu
"Ada apa?"
"Berikan aku salah satu Pasukan Kakek, yang sangat terampil dalam penyamaran. Aku benar-benar penasaran apa yang membuat Dia bahkan datang menemuiku di taman, bukankah Kakek juga berfikir hal yang sama? jika ini tidak begitu penting Ia bisa saja membuat rencana untuk Aku yang menemuinya namun kini bahkan Ia sendiri yang datang pada ku dengan diam-diam membaca juga surat-surat ku untuk Theodore? Konspirasi apa yang sedang terjadi di Kekaisaran itu kini hingga Edgar bahkan tidak sabar dengan waktu 2 bulan?" Lauren menarik sebelah sudut bibirnya, Matanya menyorot tajam "Siapa yang membuat Edgar Vaske setergesa-gesa itu? Hingga Ia memutuskan merangkak dibawah kakiku dengan mengelabuhiku menggunakan kata-kata manis yang sangat mustahil keluar dari mulutnya?"
Seketika suasana diruangan itu berubah dingin setelah Lauren selesai mengucapkan kalimat panjangnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...