14

4.5K 508 83
                                    

Semuanya pergi. Bahkan harapan ku satu-satunya, Theodoric. Jadi apalagi alasanku masih bernafas di kehidupan yang memuakkan ini?. Sepertinya benar-benar tak ada lagi harapan aku akan bertemu dengan Theodore, keluarga Vaske dan kekuasaanya sangat membuatku muak.

Edgar.. aku tak bohong kala mengatakan dialah satu-satu nya hal yang ku inginkan melebihi isi dunia ini kala itu, tapi hingga kini dia bahkan tak pernah mencoba menerimaku berada di sisinya. Satu-satunya hal yang ada di dalam kepalanya hanyalah Maddia Fello, wanita yang mendapatkan cinta dari semua orang.

Benar-benar tidak adil. Dan mengapa dia begitu serakah. Wanita sialan.

Aku melihat sekeliling kamar suramku, tak menemukan hal menarik bahkan lukisan ku berdua dengan Edgar. Dia tidak pernah mau membuat lukisan kami berdua bahkan jika itu untuk formalitas saja. Sebenarnya apa yang aku harapkan dari lelaki sepertinya dan kehidupan yang memuakkan ini?

Pandanganku jatuh pada tusuk rambut dengan hiasan naga yang pernah Duchess hadiahkan padaku, aku berjalan menuju tusuk rambut yang nampak berkilau itu. Memegangnya perlahan dan memperhatikan setiap estetika yang di milikinya, aku menggenggamnya erat dan menatapnya lama. Hingga tanpa sadar mataku mengkilap dan menusukan ujung tusuk rambut nan kokoh itu pada perutku, rasanya begitu menyakitkan ketika aku mendorongnya lebih dalam, sangat dalam hingga banyak darah yang keluar merembes memenuhi gaun indahku. Satu-satunya yang ku harapkan kini adalah pergi dari kehidupan yang menyesakkan ini.

Pandanganku menggelap dan kesadaranku hilang.

***

Tapi seakan dunia menyesakkan ini tak membiarkanku pergi, aku membuka mata dengan orang yang pertama kali ku lihat adalah bajingan yang menjadi alasanku ingin mati.

"Kau membuat kekaisaran ini heboh dalam semalam"

Aku bahkan tak mampu bersuara

"Sangat merepotkan"

Lelaki sialan ini bahkan masih saja memaki ku ketika aku sedang sekarat. Aku hendak menutup mata karna rasanya benar-benar sakit, namun lelaki sialan ini kembali membuka suara

"Begitu haus perhatian? Hingga kau melakukan semua ini? sangat menyedihkan"

Persetan dengan semua rasa sakit di perutku, dengan cepat aku bangun dari tempat tidurku dan mencekik lelaki sialan ini.

"Bajingan! K-kau pikir aku berpura-pura?! Akkhh"

Luka sialan ini seharusnya menbawa ku mati, bukan malah menyiksaku begini.

Edgar melepas paksa tangan ku dari lehernya kemudian menghempaskanku pada tempat tidur.

"Kau pikir tidak mudah bagiku untuk membunuhmu? Seharusnya jika ingin mati kau tak perlu repot melakukannya sendiri Lauren, datang padaku maka aku akan membantumu dengan pedangku ini"

Aku menyeringai

"Berakhir di tangan bajingan sepertimu, bukanlah suatu hal yang membanggakan melainkan sangat memalukan! uhukk uhukk"

Luka sialan ini

"Benarkah? Bukankah kau harus mencobanya dulu?"

Seringai pria itu adalah hal kedua yang ku benci setelah dirinya!

"Kau tak perlu membuang tenaga Edgar, waktuku sebentar lagi"

Edgar mengernyitkan dahinya bingung

"Aku perlahan akan mati kehabisan darah, karna darahku sukar membeku. Jadi berbahagialah dalam dua hari ke depan sialan"

Respon yang tak ku harapkan darinya. Lelaki itu keluar dari kamarku dengan sedikit berlari, bukankah seharusnya ia tertawa senang dulu? Atau ia sudah sangat tidak sabar menunggu kematianku?

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang