17

4.1K 435 51
                                    

"Kau akan menyusul Papa mu menuju ke perbatasan tempat ia bertugas"

"Kenapa tiba-tiba Mama?" Dahi Edgar mengerut

"Karna aku cemas tidak ada yang akan menjaganya di sana"

Edgar memutar matanya malas, Demi tuhan kenapa ia harus terjebak kisah cinta menye-menye kedua orang tuanya yang sudah tua ini?

"Mama, Apa kau lupa bahwa Papa adalah Singa kekaisaran ini? Tak ada yang bisa mengalahkan penguasa medan perang itu"

"Aku tau tapi tetap saja aku mencemaskannya, Kau mana mungkin tau rasanya kau adalah manusia tanpa hati" Debora memandang tajam Putra semata wayangnya itu

"Yayaa bukankah Mama sudah mengatakannya berulang kali?" Edgar mulai jengah

"Seharusnya Kau berubah! Agar aku tak mengulangi perkataan yang sama lagi" giliran Debora yang memutar mata malas

"Ngomong-ngomong apakah benar Mama yang merekomendasikan seorang asisten wanita untuk tabib istana?"

Debora menatap Putranya yang kini juga menatapnya, matanya mengintimidasi "Ya, dia adalah putri dari Viscount Rave dan Viscountess Lucia. Kenapa kau bertanya?"

"Aku bertemu dengannya beberapa kali ketika ke Istana" jawab Edgar santai kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, tampak jelas lelaki itu tengah menyembunyikan sesuatu

"Jangan berpikir hal buruk tentang apapun itu, ku peringatkan lebih awal padamu" nada bicara Debora berubah dingin sontak Edgar kembali memfokuskan matanya Pada Ibunya itu

"Apa maksud Mama?" Ucapnya dengan nada tidak terima

"Aku Ibu mu, semua isi kepalamu tergambar olehku"

"Mama terlalu berfikir jauh"

"Nyatanya itu memang ada di dalam pikiranmu, Putraku"

"Aku sudah mengikuti kemauan Mama sebelumnya dengan menikahi wanita itu kini biarkan aku mengatur hidupku sendiri. Aku juga berhak bukan tertarik pada seseorang yang menarik menurutku apalagi dia sesuai dengan tipe ku"

"Jika kau ingin mengatur hidupmu sendiri, lepas nama Vaske yang berada di akhir namamu." Debora memutar kepalanya untuk menatap mata tajam Putranya lalu dengan santai kembali berucap "Kau bukan apa-apa tanpa nama belakang Suamiku dan tanpa aku sebagai Mamamu, selalu ingat itu!"

Edgar mengepalkan tangannya, fakta yang sulit untuk di tepis karna kenyataannya memang begitu

"Memangnya Apa yang di beri oleh keluarga wanita itu hingga Mama matia-matian mempertahankannya di sisiku?! Bukankah dia Putri terbuang yang bahkan tidak di warisi apapun oleh Ayahnya yang adalah seorang Kaisar?!" Edgar berbicara menggebu-gebu

"Segera kau akan menyesali kata-katamu ini Edgar!"

Debora yang sudah muak berlalu pergi dari sana. Ia tidak ingin membuat keriput di wajahnya jika terus-terusan meladeni Putranya itu.

"Sialan!! Apa yang harus aku sesali dari kata-kataku?! Ayahnya hanya memberi nama belakang untuk Wanita itu selain itu ia tidak menerima apa-apa kenapa semua orang memintaku untuk berlaku baik dan mulai mencintainya?!" Edgar merutuk sendiri di tempatnya, mencaci maki segala hal yang berhubungan dengan Lauren

***
"Ada apa Kakak memanggilku ke Istana?"

"Aku barusan menerima surat dari Maxwell"

"Surat Apa? Apa si bajingan itu kembali menantang Kakak untuk mendapatkan Maddy lagi? Kenapa dia tidak juga berubah?!"

"Bukan itu, ini lebih penting dari itu"

Edgar menatap bingung Ren yang tampaknya tengah berfikir keras

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang