Lauren POV
Benar saja, keluarga Vaske sangat kejam. Mereka mengirim Theodore ke perbatasan untuk waktu yang tak di tentukan setelah rumor kami berdua menyebar. Mengapa semua orang sangat egois, aku tak habis pikir.
Lelaki gagah di depanku ini yang sialnya mungkin tak akan pernah berhenti aku benci, Edgar Vaske. Pria yang menjadi awal mula semua ini terjadi. Aku menyesali keputusan ketika aku meminta dia dengan begitu memohon pada mendiang Ayah yang tak pernah menyayangiku.
Kini apalagi yang mesti aku lakukan? Seakan-akan langkahku di halangi untuk mendapat kebahagiaan sementara lelaki bajingan Putra tunggal keluarga sialan ini masih bersenang-senang dengan mengirimkan barang-barang pada Maddia Fello, wanita kesayangannya. Benar-benar tidak tau diri.
"Edgar.."
Bajingan itu berbalik kemudian menatapku sedikit tak suka, menunggu jawaban.
"Kau ingin ke Pesta Putra Mahkota?"
"Hmm" jawabnya tak ikhlas, seakan tak ingin berbicara lama denganku
"Bolehkah aku ikut dan bergandeng bersama mu?"
Edgar semakin menatapku tak suka
"Bukankah biasanya kau tidak akan pergi?"
Aku mendekat ke arahnya "Tapi Edgar, Selama kita menikah kita tidak pernah pergi ke suatu pesta dengan bergandeng bersama"
Tatapan mata kami bertemu, dan aku lihat selanjutnya ia terkekeh.
"Kau kesepian? Setelah kekasihmu di kirim ke perbatasan untuk waktu yang tidak di tentukan?"
Aku benci tatapan mengejek lelaki bajingan ini
Aku tersenyum padanya, "Sayang sekali jawabanmu benar, dan bukankah Duchess yang mengirimnya? dan atas permintaanmu, bukankah ini maksud tersirat untuk hubungan baik di antara kita di mulai?" aku mendekat lalu memperbaiki kerah bajunya "menjadi pasangan yang saling mencintai?"
Ia segera menepis tanganku kasar
"Dalam mimpimu" ucapnya tersenyum mengejek lalu berbalik hendak pergi, belum jauh ia melangkah aku berjalan cepat dan memeluknya dari belakang
"Setidaknya jika aku tidak mendapatkan kebahagiaanku maka kau juga Edgar, kau juga harus sama. Kau harus terpuruk dan merasakan apa yang aku rasakan."
Edgar berusaha melepas tanganku dari pinggangnya, namun aku berusaha keras untuk menahannya.
"Edgar.. kenapa kau tak ingin belajar mencintaiku?" Tanpa aku sadari suara ku bergetar dan air mata mulai menetes "Tidakkah kau lelah? Atau jika kau tak pernah ingin mengapa kita tidak mengakhiri ini? Kenapa kau tak ingin berpisah? Kenapa kau membuat semuanya menjadi serumit ini?"
Edgar terdiam, aku dapat merasakan tubuhnya tersentak karna tangannya tak lagi berusaha sekuat tenaga melepas pelukanku. Kami berdua mematung dengan posisi yang belum berubah.
Setelah terdiam lama, aku melepas pelukan sepihak yang aku berikan. Edgar masih saja diam, melihatnya yang benar-benar tidak menginginkanku aku berbalik. Berusaha mematahkan setiap ekspektasi dalam kepalaku dan mencoba menyerah untuk selalu mengemis.
"Lauren.."
Suara berat itu memasuki gendang telingaku
Dengan jarak yang terpaut beberapa langkah, aku berbalik dan memandangnya lelah.
"Apakah kau begitu ingin?"
Aku tak mengerti maksud Edgar berkata seperti itu "Apa maksudmu"
"Seberapa ingin kau dicintai olehku? Atau ini hanya karna kau merasa sangat kesepian?"
"Kau menanyakan bukti padaku? Pada Putri yang terbuang yang ketika diberikan satu keinginan ia malah memilihmu sebagai suaminya. Alih-alih kesempatan itu ia gunakan untuk lari dari kesengsaraan, ia malah memilihmu Edgar dan kau masih saja mempertanyakannya? Mempertanyakan seberapa ingin aku di cintai oleh mu? bukan aku Edgar, bukan aku. Tapi kau, semuanya berawal dari kau Edgar.. Kau masih saja tak pernah mencoba dan tak pernah mau belajar untuk mencintaiku"
Kami kembali diam
"Melupakan Maddy adalah keinginan yang sulit untuk aku lakukan Lauren" Edgar berucap putus asa
"Lalu bagaimana denganku Edgar? Apa aku akan selalu melihat ini? Melihat kau berusaha keras untuk Maddy? Aku tidak sekuat itu Edgar. Jika memang sudah tidak ada harapan seperti ini, mengapa kau selalu mengikatku berada di dekatmu ketika kau sendiri tau bahwa kau tak akan pernah mencintaiku?" Aku benar-benar lelah, aku benci kondisi ini. Kondisi dimana air mataku tak ingin brrhenti untuk mengalir.
"Aku sudah berjanji dan Maddy tak akan suka jika aku mengingkari janjiku"
Deg
Jantungku memacu cepat, air mataku berdesakan ingin keluar. Tapi aku bukan wanita yang menyedihkan, aku benci tampak menyedihkan.
Semuanya masih saja berkaitan dengan wanita itu. Wanita yang sudah memiliki segalanya.
"Benarkah? Kau benar Maddy tak akan suka, TAPI INGAT INI SIALAN!!" nafasku terengah-engah "YANG MENJALANI INI KAU DAN AKU! DAN KAU MALAH MEMIKIRKAN PERASAAN ORANG LAIN?! PERSETAN JIKA KAU SANGAT MENCINTAI WANITA ITU! AKU HANYA INGIN BAHAGIA SIALAN!! LALU AGAR DIA BAHAGIA KAU AKAN SELALU MEMBUATKU MENDERITA? AKU BENAR-BENAR MUAK!!"
Emosi menguasai diriku. Aku sangat marah karna ini tidak adil bagiku, benar-benar tidak adil. Sementara bajingan di depan itu hanya menatap kemarahanku datar.
"Maafkan aku Lauren"
Hanya itu yang bisa dia katakan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Vaske
Fantasy{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!} **** "Kau sentuh sedikit saja rambutku maka Aku akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih parah pada wanitamu!" "Beraninya Kau?!" "Kenapa?! Kenapa Aku tidak berani hah?! Apa karna Dia Calon Putri Mahkota?! Apa karna...