23

1.5K 175 33
                                    

"Apa yang membuat Kau begitu ingin terus bersamanya?"

Lauren merenung, tak ada hal baik yang dilakukan Edgar selama ini padanya. Pria itu benar-benar tidak meninggalkan kesan apapun sehingga Ia tak dapat memberikan alasan mengapa Ia ingin terus selalu bersamanya. "Aku mencintainya" jawabnya enteng dengan pandangan kosong

"Apa yang sudah Dia lakukan sehingga setelah semua yang telah Dia perbuat, Kau masih dengan percaya diri berkata bahwa Kau mencintainya?"

"Karna di kehidupan yang kosong ini Aku merasa Aku hanya mempunyai Dia. Meski begitu Aku tidak menikmati setiap luka yang terlihat maupun tidak terlihat yang disebabkan olehnya"

"Benar, siapa yang akan menikmati luka sepedih itu kecuali jika Kau gila" Penasihat kejiwaan itu berucap tegas pada Lauren

Lauren yang semulanya menatap sembarang dengan penuh kekosongan kini menatap tajam padanya. Ya, ini yang Dia mau. Atensi dari Lauren Veroch "Lalu apa yang harus Aku lakukan? Aku mencoba menaruh rasaku pada orang lain, namun Aku tetap memikirkannya. Aku hanya ingin selalu bersamanya, itu saja"

"Tapi Dia berkali-kali menyakitimu, dan tak menghargaimu. Setidaknya pikirkan dirimu, Dia bahkan memohon padamu untuk meninggalkannya"

"Jadi bagaimana harusnya? Apa Aku harus meninggalkannya? Apa Aku harus lebih menghargai diriku?"

"Lepaskan Dia, bukankah sangat melelahkan ketika cintamu tak pernah terbalaskan?"

"Sudah sangat lelah"

"Lalu apa lagi yang Kau tunggu?"

"Tidakkah ada keajaiban? Yang dapat merubah hatinya untuk belajar mencintaiku?"

"Berapa lama waktu yang sudah Kau habiskan untuk hidup bersamanya, Lauren? Tak ada yang berubah bukan? Perasaannya masih sama kan? Pria hanya jatuh cinta sekali"

Bulir bening berdesakkan ingin keluar di pelupuk matanya, Lauren menangis.. begitu sendu mengingat banyak hal buruk yang sudah Dia terima dari Edgar namun untuk apa Ia masih dengan begitu percaya diri mempertahankannya kadang hati dan fikiran tak pernah ingin sejalan.

"Aku harap kini Kau harus belajar untuk tidak peduli padanya. Kau selalu acuh tak acuh di depan siapapunkan, ku harap Kau bisa melakukannya kepada Edgar juga dan mungkin ini bukan nasihat yang baik tapi mulai hari ini selalulah ingat segala perlakuan buruknya padamu dan bahwasanya Ia tak akan pernah berubah menjadi baik. Selalu tanamkan itu dalam pikiranmu agar Kau semakin muak dan tak peduli lagi dengan kehadirannya. Memang cara yang buruk namun hanya ini satu-satunya cara untuk seseorang yang sudah terlalu dalam menaruh hati"

****

Edgar masih saja belum diberitahu mengenai keberadaan Lauren oleh Aldhof bahkan setelah obrolan panjang keduanya.

"Aku benar-benar frustasii dalam dua minggu ini" Edgar mengurut dahinya frustasi. Namun tiba-tiba ketukan pintu menginterupsinya, "Masuk" Sahutnya keras

"Tuan, ada kereta kuda yang baru datang di gerbang kediaman. Katanya itu adalah Nona Lauren"

Edgar terkejut mendapati kabar itu, pantas saja Ia tidak dapat ditemukan di tiap sudut kediaman ini. Tanpa pikir panjang Edgar berjalan cepat menuju gerbang utama kediaman Caviar.

Disana tampak Lauren yang akan turun dengan wajah pucat dan tampak kurang sehat. Edgar berjalan menuju pintu kereta kuda dan menyambut tangan Lauren untuk turun. Tangan Edgar mengambang di udara, sama sekali tidak disambut oleh Lauren.

Lalu tanpa aba-aba Edgar menggaet tangan Lauren membawanya berjalan bersama. Namun respon Lauren mengejutkan semua orang, Dia menghempas tangannya yang berada di genggaman Edgar hingga kaitannya terlepas.

Edgar VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang