Diambang Kematian

170 7 2
                                    

"Boby..."

Lelaki tampan itu diam membeku, dengan tatapan kosongnya. Dia membelai wajah cantik yang selalu dia rindukan. Mengecupnya sekilas, lalu mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Yumira, kau harus hidup dengan baik."

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut lelaki itu, hati Yumira bergetar. Perasaan takut muncul begitu saja, seolah tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Boby hanya tersenyum kecil, lalu mengusap perut wanita itu dengan lembut.

"Kau akan jadi seorang Ibu. Jadi hiduplah dengan baik."

Lagi-lagi lelaki itu mengatakan hal yang sama, membuat air mata Yumira mentes begitu deras. Dia memeluk erat lelaki itu, seakan tak ingin melepaskannya. Tubuhnya begitu dingin, lalu perlahan hilang menjadi kupalan asap putih.

"Boby!"

Yumira menjerit sejadi-jadinya. Dia berlarian kesana-kemari, mengejar asap yang hilang diterpa angin. Kesadarannya pun kembali. Yumira membuka matanya, melihat sang Papih yang menatapnya dengan perasaasan khawatir.

"Kau baik-baik saja?" Tanya lelaki paruh baya itu, dengan penampilan kacaunya.

Yumira tidak terlalu ingat apa yang sudah terjadi dengannya, yang pasti dia sudah melukai Papih yang begitu dia sayangi. Lihatlah tanda merah di leher lelaki tua itu, Yumira ingin mematahkan tangannya sendiri. Betapa bodohnya dia, karena tak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

"Papih, maafkan Yumira.." ucap wanita itu dengan wajah ketakutan. Lengan mungilnya memegang erat lengan sang Papih, dan terus meminta maaf secara berulang-ulang.

"Sudahlah, ini bukan sepenuhnya salahmu. Papih yang seharusnya kau salahkan, karena sudah membuat hidupmu seperti ini Yumira." Ucap lelaki paruh baya itu.

"Dimana Boby?" Tanya Yumira, dengan matanya yang gelisah.

Lelaki paruh paya itu hanya terdiam, tanpa mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan putrinya. Dia tak sanggup menjelaskan, apa yang mungkin terjadi dengan lelaki itu.

Dimas pun membawa Yumira ke rumah sakit, menunjukkan keadaan Boby yang sebenarnya. Kedua kaki wanita itu terasa lemas, menatap tunangannya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tangis sedih tak bisa di tahan lagi, Yumira menangis sejadi-jadinya di hadapan semua orang. Ken yang saat itu berada di rumah sakit, tak berani menghampiri Yumira. Dia merasa begitu bersalah, setelah mendengar ceritanya langsung dari Mamih Anna. Bagaimana bisa kedua lengannya menyakiti Boby hingga sekarat seperti itu? Ken tak bisa mengingat apapun.

"Yumira, maafkan aku."

Wanita itu menatap sekilas ke arah sahabatnya itu, menahan amarah yang tak seharusnya dia rasakan. Ken tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini, dia hanya dimanfaatkan oleh makhluk terkutuk itu. Yumira tidak boleh menyalahkan lelaki itu, dia harus memaklumi situasi yang sudah terjadi.

"Ah, kau datang juga."

Tiba-tiba saja dokter Kim muncul, dia menatap Yumira dengan wajah datarnya. Lelaki itu juga meminta semua orang keluar dari ruangan tersebut, kecuali wanita itu.

"Dokter Kim, apa kau tidak bisa menyelamatkan Boby?" Tanya Yumira dengan bibir yang gemetar.

Lelaki berpakaian putih itu menghela nafas panjang, "Maafkan aku Yumira. Tapi seperti yang kau lihat, keadaan Boby sudah seperti ini. Sebelumnya pun kau tahu, jika lelaki itu sudah sakit-sakitan."

Yumira memegang erat lengan kekasihnya, lalu kembali menangis. Dia berharap sebuah keajaiban terjadi, agar mereka bisa kembali bersama.

"Kau harus mengikhlaskan semuanya. Karena dengan begitu, Boby tidak akan merasa kesakitan lagi."

Dokter Kim pergi setelah menepuk pundak wanita itu. Dia merasa sangat tak berguna, karena tak mampu melakukan apapun. Yumira hanya bisa terus menangis, sembari menciumi lengan kekasihnya, hingga tak lama dia pun tertidur.

"Yumira!"

Suara teriakan Ken membangunkannya dari tidur yang lelap, belum lagi suara alat yang terus berbunyi tanpa henti. Beberapa perawat datang mengerumuni Boby, termasuk dokter Kim. Nampak dari wajah mereka begitu panik, seolah akan terjadi hal buruk pada lelaki itu.

"Bawa Yumira keluar."

Ken membawa paksa wanita itu keluar, walaupun tubuhnya terus meronta-ronta. Dia menjerit sejadi-jadinya, memohon agar bisa terus di samping Boby. Ken hanya bisa memeluknya, sembari menahan tangis. Kini dia paham, betapa cintanya Yumira pada lelaki itu.

"Tolong selamatkan Boby! Hikss.."

Semua orang tak bisa menahan tangis, mereka ikut menangis melihat Yumira seperti itu. Beberapa mrnit berlalu, akhirnya dokter Kim keluar dengan wajah lemasnya. Kedua tangan lelaki itu nampak gemetar, menahan perasaan syok yang tengah dia alami.

"Maafkan saya, saya tidak bisa menyelamatkan Boby.."

Yumira membulatkan matanya, dia berlari menerobos perawat yang berjaga di pintu ruangan gawat darurat. Dia memeluk Boby yang sudah tak bernafas, kemudian menangis sejadi-jadinya.

"Boby bangun!"

"Bukankah kau berjanji akan menikahiku?! Boby bangun sialan!"

"Boby bangun!" Hikss.."

Yumira tak bisa menahan kesedihannya lagi, dia tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Semua orang ikut panik melihatnya, berusaha membangunkan wanita itu.

"Yumira bangun!"

"Yumira!"

☘️Holaaa!
Selamat malam jumat. Maaf ya author lagi sakit, jadi baru bisa up date😁

Terjerat Gairah Hantu 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang