44 ; Gelap Malam

1.4K 285 54
                                    

MELAJUKAN MOBIL DENGAN kecepatan tinggi, Nares berusaha mengusir kemarahan yang masih bergemuruh di dalam dada.

Rasa kecewa, jengkel, dan frustrasi seolah bercampur menjadi satu. Samar efek alkohol memang cukup meredam gejolak emosi itu. Namun, Nares masih mengenali sengatan sakit di dadanya, sensasi tidak menyenangkan yang lagi-lagi membuatnya merana, putus asa, dan tidak berguna.

Penolakan Wilona terhadap perasaannya bukanlah faktor utama. Fakta bahwa perempuan itu menolak usaha yang dia curahkan adalah alasan besar yang membuatnya merasakan gejolak emosi ini.

Wilona bahkan tak membolehkannya untuk memperlihatkan keseriusan. Perempuan itu juga tak menghargai jerih payahnya. Dengan dia yang melupakan acara makan malam mereka, artinya dia memang tidak pernah memikirkannya. Wilona tidak menganggap penting kehadiran Nares. Dan dia tak mau direpotkan dengan Nares yang berusaha untuk mendekatinya.

Wilona menolak Nares sebelum Nares membuktikan kalau dia memang menaruh rasa padanya.

Meskipun tidak pernah menjalin hubungan serius dengan perempuan manapun, bukan berarti Nares tidak tahu cara untuk memperlakukan mereka dengan benar.

Nares cukup tahu cara bersikap di depan perempuan yang dia sukai. Jika tidak, dia takkan mampu memerangkap Ayesha untuk bermain-main dengannya. Dengan lebih banyak usaha, dia yakin jika Wilona juga akan mulai menaruh perhatian. Hanya saja, Wilona tak berpikir demikian. Dia sudah menghentikan itu sebelum Nares memulai.

Tidakkah dia tahu bahwa dari sedikitnya perempuan yang dia dekati, Wilonalah yang membuatnya repot-repot menyiapkan makan malam khusus seperti tadi?

Tidakkah dia tahu bahwa hanya dirinya yang membuat Nares bersedia menghabiskan waktu untuk ikut mengasuh anak-anak?

Tidakkah dia tahu bahwa hanya dia yang membuatnya susah-susah memutar otak supaya dapat menjadi orang yang setidaknya bisa diandalkan?

Kepala Nares serasa berkabut oleh kejengkelan. Dia kembali menginjak pedal gas untuk menaikkan kecepatan kendaraan. Jalan yang lengang makin membebaskannya untuk meluapkan gejolak emosi dengan cara ini.

Jendela mobil dibuka lebar-lebar. Nares membiarkan udara malam berembus kencang.

Saat ini, dia benar-benar membutuhkan hantaman angin segar. Biarlah angin itu membawa pergi rasa kesalnya. Setelah puas nanti, dia akan kembali ke apartemen. Menjauhkan diri sesaat dari perempuan itu mungkin akan memberinya sedikit ketenangan. Dia tidak ingin versi terburuk dari dirinya kembali muncul ke permukaan.

oOo

Gerbang yang tidak dikunci sedikit menimbulkan tanya. Wilona mengernyit dan tetap menyetir mobil ke dalam halaman rumah. Dia sempat menoleh pada pos satpam, tetapi ruangan itu terlihat kosong.

Tidak ingin berpikir macam-macam, Wilona lanjut melajukan kendaraan hingga ke garasi. Dia memarkirkan mobil dan keluar dari sana. Rasa penat masih menguasai. Namun, untuk berjaga-jaga, Wilona menyempatkan diri untuk kembali memeriksa pos satpam.

Dia sedikit mengernyit ketika membuktikan bahwa dugaannya benar. Tidak ada siapa pun di sana. Padahal, biasanya, semalam apa pun dia pulang, masih ada salah satu orang yang berjaga. Kedua sekuriti di rumahnya sering membagi tugas untuk berjaga siang dan malam. Mengapa sekarang Wilona tak melihat keberadaan satu pun dari mereka?

Mengesampingkan pertanyaan itu, Wilona menghampiri ruang satpam yang lain, tempat yang biasa dijadikan tempat bermalam oleh pekerja rumahnya. Pintu ruangan itu ternyata ditutup. Wilona mengetuk pelan, tetapi tidak ada respons yang terdengar. Yang didengarnya hanyalah suara dengkuran. Saat melihat melalui celah tirai dari jendela yang tertutup, dia bisa melihat seseorang yang sedang duduk terlelap di depan meja. Ada bekas piring di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang