8 ; Pertemuan

2.6K 391 42
                                    

BAGI NARES, WILONA berwatak jauh lebih buruk dari yang dia kira. Pembawaan diri sosok itu membuatnya muak. Dia terlihat amat bossy, sok pintar, dan berperilaku seolah dia mengetahui segalanya, seolah dia jauh lebih baik darinya.

Bertemu langsung dengan Wilona mengingatkannya pada berbagai desas-desus mengenai Jonathan dan juga kekasih kebanggaannya. Nares tidak ingat, kapan tepatnya dia mendengar nama Wilona. Satu hal yang pasti, dia pernah bertemu Jonathan dan teman-temannya.

Saat itu, mereka masih berkuliah, dengan Jonathan yang berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta bergengsi, dan Nares yang berkuliah di perguruan tinggi negeri. Mereka mengetahui eksistensi masing-masing karena koneksi keluarga yang merupakan sesama pengusaha.

Nama Jonathan sering Nares dengar. Sosok itu sama-sama menikmati kehidupan malam dan segenap huru-hara hiburan yang disediakan. Dia sering mendatangi kelab yang sama seperti Nares. Orang-orang kelab juga sudah amat mengenalnya.

Beberapa kali, Nares pernah melihat Jonathan terlibat perkelahian ketika mabuk. Hanya dengan melihat dan mendengar, dia bisa menebak bahwa Jonathan sama sampahnya seperti kebanyakan orang yang dia kenal.

Satu hal yang membedakan hanyalah Jonathan dianggap hebat karena memiliki kekasih yang cemerlang.

Jonathan amat membanggakan Wilona. Dia mengenalkan Wilona pada semua kawan-kawannya. Dia memamerkan Wilona pada sekumpulan orang yang seharusnya tidak sebanding dengan si wanita.

Wilona bagaikan piala untuk Jonathan. Kecantikan, kecemerlangan, daya pikat, hingga status pendidikannya yang tinggi serta pencapaiannya dalam menciptakan brand fashion lokal di usia muda, menjadi poin besar yang membuat Jonathan semakin angkuh karena dia bisa menaklukan perempuan seperti Wilona.

Nares tidak ingat jika dulu dia pernah bertemu Wilona secara langsung. Satu hal yang pasti, dia tahu bahwa Wilona amat lekat dengan Jonathan. Perempuan itu mendatangi kelab malam yang sama, menghadiri pesta-pesta ilegal yang juga dihadiri sang pria, serta mungkin terlibat permainan seksual gila yang dicetuskan si Candrakusuma.

Jonathan adalah sampah yang hidup mewah dari kekayaan orang tuanya.

Wilona, sebagai kekasih dan juga mantan istrinya, pasti memiliki kecenderungan yang sama.

Dengan latar belakang semacam itu, sangat memuakkan jika dia bersikap seolah dirinya jauh lebih baik dari Nares.

Kalau bukan karena desakan orang tuanya, dia tidak akan mau bersikap kooperatif. Ketidakacuhan memaksanya untuk menurut. Dia tak lagi peduli dengan nasib dan masa depan yang menanti. Sudah sangat bagus dia masih hidup hingga detik ini.

Nares menatap cermin dengan raut kosong. Dia menyugar rambut dengan sembarang dan mengambil jas kelabu yang tersampir di punggung sofa.

Pertemuan dua keluarga akan dilakukan malam ini. Tak hanya dirinya, orang tua dan sang kakak juga akan ikut hadir di sana.

Setelah sekian lama, dia harus kembali berhadapan dengan seseorang yang amat dihindarinya.

Memikirkan nama sosok itu saja sudah membuatnya muak.

Nares menahan keinginan untuk melempar kunci mobil ketika merasakan keresahan yang memuncak.

Dia duduk sejenak di sofa untuk meredam suara-suara mengganggu di kepalanya. Getaran ponsel membuat fokusnya terpecah. Dia menoleh dan segera mengangkat telepon itu ketika mendapati nama Wilona yang memanggilnya.

"Aku dan Tabita udah di jalan. Orang tua dan kakakku kemungkinan udah sampai. Kamu, jangan sampai terlambat."

Nares menatap jam dinding yang berdetak pelan. Pandangannya masih kosong, tampak menerawang.

Broken GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang