7 ; Pengenalan

2.7K 423 23
                                    

ADALAH SEBUAH TANTANGAN bagi Wilona untuk menyampaikan rencana pernikahan keduanya pada sang putri.

Perceraiannya dengan Jonathan sudah cukup sulit diproses oleh Tabita yang saat itu masih berusia tiga tahun. Kekacauan rumah tangga tak hanya menguras tenaga Wilona, tetapi juga merusak kestabilan mentalnya. Dia membutuhkan usaha besar untuk memberi pemahaman pada sang putri bahwa sosok yang menjadi ayahnya telah bertindak buruk sehingga mereka harus berpisah.

Informasi asing yang disampaikan Wilona tidak mendapat respons baik dari sosok kecil itu. Tabita selalu mengidolakan sang ayah. Mantan suaminya amat pandai membentuk citra diri yang baik di mata putri mereka. Tabita dibuat menentang supaya Wilona kembali bimbang untuk melakukan perceraian.

Wilona membutuhkan waktu yang lama untuk menuntaskan sandungan ini. Amat tidak mudah baginya untuk menjelaskan masalah orang dewasa pada putrinya yang masih belia. Dia khawatir, keadaan semacam itu akan kembali terulang saat dia harus menyampaikan kehadiran orang baru di kehidupan mereka. Apalagi, Tabita bukan anak yang bisa dengan mudah menerima keberadaan orang asing. Akan sangat sulit baginya untuk menjelaskan pernikahan kedua ini.

Menerima orang tua sambung bukanlah sesuatu yang mudah.

Tabita berhak mendapatkan nasib keluarga yang lebih baik. Tidak seharusnya dia lahir di keluarga yang kacau seperti ini.

Wilona termenung lama ketika mereka sedang makan malam bersama. Tabita tampak lahap memakan sup olahan Tina, pekerja rumah tangga mereka. Dia duduk dengan anteng. Tangannya sibuk menyuapkan nasi yang dibubuhi kuah sup. Kunyahannya lambat, tetapi dia terlihat siap menghabiskan porsi makan di piringnya.

Orang tua mana pun akan senang jika melihat anak mereka terlihat sehat dan lahap ketika makan. Wilona merasakan hal yang sama, meski di sisi lain, dia juga sedih. Dia selalu sedih saat melihat Tabita. Dia sedih karena tak bisa memberi rumah yang lebih hangat untuk putrinya.

"I like carrots but i don't like cabbages," tutur Tabita di sela kunyahan. "You want some, Mom?"

Tabita menyendok potongan kubis dan menyodorkannya pada Wilona.

Wilona mengerjap. Dia terpecah dari lamunan.

"Kamu nggak suka kubis?" Wilona balas bertanya. Dia mendekatkan piring miliknya dan membiarkan Tabita menuangkan potongan sayur itu ke atas piring.

Tabita mengangguk. Pipinya terlihat lebih tembam oleh makanan.

"Nggak ada rasanya, beda sama carrots," ujar Tabita dengan pelafalan Bahasa Inggris yang terdengar cadel. "Carrots manis. Aku suka."

Wilona mengulas senyum tipis, hampir tidak terlihat. Dia mengetuk pelan tepi piringnya.

"Kalau gitu, biar Mami yang habiskan."

Dia tidak memaksa Tabita untuk menyukai sesuatu.

Tabita tertawa pelan dan menuturkan terima kasih. Dia lalu memilah isi supnya dan memberikan bagian yang tidak disukai untuk Wilona.

"Memangnya Mami suka kubis?" tanyanya.

Wilona membantu Tabita menuangkan sayur itu dengan benar. Dia bergumam, "Mami bisa makan kubis, bukan karena suka."

Broken GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang