20 ; Terjebak

4.3K 503 36
                                        

KEKESALAN NARES BARU mulai luruh setelah dia mengunjungi bengkel untuk memastikan bahwa mobil rusaknya masih bisa diperbaiki seperti sedia kala.

Biaya perbaikan mobil memang tidak sedikit, apalagi Nares memang gemar mengoleksi jenis kendaraan ini. Dia selalu merogoh kocek yang besar hanya untuk memelihara kualitas koleksinya. Mobil satu ini tidaklah terkecuali. Nares telah meminta penggantian kaca dan bagian mobil lain dengan kualitas tinggi. Harga tiap bagian itu terdengar sangat fantastis bagi orang biasa, berbeda dengan Nareswara. Dia sama sekali tidak ragu untuk membelinya. Padahal seluruh biaya itu akan ditanggung oleh orang lain, bukan dia sendiri.

Wilona mungkin akan terkejut.

Namun, Nares tetap merasa tak bersalah ketika memikirkannya. Bagaimanapun juga, Wilona yang berinisiatif untuk memperbaiki mobilnya. Nares hanya menerima kebaikan hati sang istri.

Kalaupun Wilona hendak memprotes, Nares akan memikirkannya nanti.

Saat ini, fokusnya sudah kembali tertuju ke jalan raya. Pendar sinar matahari telah lenyap. Nares menghabiskan cukup banyak waktu di bengkel, sampai-sampai langit sore sudah menjadi gelap. Jam malam ini sangat mendukungnya untuk mengunjungi tempat tujuan yang lain, sebuah tempat hiburan malam yang menyediakan minuman untuk melepas stres.

Baru tiga hari lalu Dokter Frans memintanya untuk memperbaiki gaya hidup. Namun, di sinilah dia sekarang.

Luxious—nama sebuah kelab tercetak unik di bagian depan bangunan.

Tak seperti bar yang biasa dia kunjungi, tempat ini berada cukup jauh dari pusat kota, meskipun keberadaan banyak mobil dan motor yang terparkir telah menunjukkan keramaian tempat ini. Ukuran kelab ini tampak sedang-sedang saja, tidak terbilang megah ataupun kecil. Bangunannya terapit di tengah bangunan lain, sebuah toko pakaian, toko olahraga, hingga toko buku dan kafe. Tidak ada kesan mewah yang terlihat dari sana.

Nares memilih tempat ini karena dia ingin menyetir ke lokasi yang jauh, juga karena dia enggan melihat wajah-wajah yang sudah dia kenal di bar langganannya.

Begitu menapakkan kaki ke dalam kelab, suasana familier mulai menyapa, mulai dari pencahayaan yang gelap; adanya lampu kelap-kelip dengan warna yang berganti-ganti; dentuman suara musik dari disjoki; hingga jejeran meja bar dan juga sepasang meja-kursi yang diisi oleh para pengunjung.

Asap rokok dan aroma alkohol menguar di udara. Siapa pun yang tidak terbiasa dengan suasana seperti ini sudah pasti memilih untuk angkat kaki, tidak seperti Nares yang justru makin melangkah masuk. Dia mengabaikan kehadiran pengunjung di sekitarnya. Tanpa basa-basi, dia langsung menghampiri meja bartender dan duduk di sana. Nares menuturkan jenis minuman yang dipesan.

Ketika minuman pesanan itu datang, dia mulai menyesapnya pelan.

Pahit di lidahnya terasa familier.

Nares menarik napas pendek dan mengeluarkannya perlahan. Dia menoleh ke tengah keramaian, melihat pengunjung lain yang sedang berjoget ria, ada juga banyak pria dan wanita yang sedang menjamah tubuh satu sama lain. Pemandangan itu terlihat dengan jelas di bawah pencahayaan yang gelap.

Berisik dan distraksi, inilah yang dia butuhkan.

Nares mengenali suasana ini. Dan dia memang akan menghabiskan setengah malamnya di sini.

oOo

Beberapa wanita menghampirinya setelah mereka melihat merk jam tangan yang dia pakai.

Produk mahal ini tentu saja menarik perhatian mereka yang bermata uang. Nares tidak lagi terkejut. Alih-alih terkejut, dia malah sudah memprediksi. Tiap kali dia mengunjungi tempat hiburan malam, dia memang hampir tidak pernah sendirian. Orang-orang di bar langganannya sudah tahu identitasnya. Pengetahuan itu tentunya membuat mereka makin berlomba-lomba untuk mendekatinya karena dia memiliki apa yang mereka mau, sesuatu yang tak jauh dari uang dan kekayaan.

Broken GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang