Indonesia 2007
KinaraOh double shit!!!! Kenapa aku harus memakai tanktop. Bodoh bodoh bodoh kamu Kinara! Aku mendongak menatap Raka dengan tatapan memelas. Mata Raka benar - benar membulat mukanya merah padam seperti kerasukan setan.
Sumpah, baru kali ini aku melihat kemurkaan Raka. Raka memandangku tajam entah apa yang akan Raka lakukan pada Kak Arya.
Aku menggeleng lagi.
"Pilih! Kamu yang buka atau aku yang buka!" Desis Raka tajam
Aku mengigit bibir ketakutan sambil meremas ujung tanktopku. Menimbang apakah aku harus menuruti perintah Raka atau tidak. Aku mengangkat ujung tanktopku meloloskannya ke kepala.
Setelah tanktopku terongok di kasur aku berusaha menutupi tubuhku yang polos hanya tersisa bra warna peach.
Raka mengambil langkah mundur lalu mengusap wajahnya kasar, "Rise your hand."
Aku masih menutupi bagian tubuhku sampai detik berikutnya aku merasakan tangan Raka memaksa tangaku untuk terulur ke atas kepala.
Tangan Raka menelusuri telapak tangan terus menjalar ke tangan bagian bawah lalu ke siku. Sentuhan dan belaiannya membuatku merasakan hal yang aneh. Sesuatu menjalar dari ujung jari Raka sampai ke perutku. Membuat aku tanpa sadar menahan nafasku selama Raka menelusuri lenganku dan akhirnya berhenti di lengan bagian atas, bagian dalam lengan atasku segaris lurus dengan ketiak.
Tangannya mengusap permukaan kulitku yang dengan bercak biru dengan warna kuning disekitar bercak birunya menandakan adanya nanah. Jemarinya mengusap lembut setiap bercak biru itu.
Lalu sentuhannya menjalar ke bahuku yang telanjang dengan beberapa bercak biru. Aku memandang mata Raka matanya berkaca-kaca. Dan kemudian tangan Raka menghilang dari bahuku.
Namun rasa kehilangan jemari Raka tidak berlangsung lama, karna kemudian ia mengelus perutku halus sambil bergetar. Ia mengelus perutku yang menampakan lebam yang paling besar diantara tubuhku yang lain.
Dan dalam sekejap jemarinya menghilang lagi. Aku kemudian mencari sosok Raka yang tiba-tiba menghilang aku edarkan pandanganku ke penjuru ruangan mendapati Raka sedang menutup lemari pakaian.
"Rak...." Ucapku lirih tapi tidak sedikitpun ditanggapi oleh Raka, ia mengangkat dan memasukan tangaku ke salah satu lengan piama tidur lalu ia melakukan hal yang sama selanjutnya.
Entah kenapa sikap diam Raka benar - benar menyakitiku lebih dari sakit yang aku terima di sekujur tubuhku, aku lalu kembali memanggil Raka "Rak..."
Dia tak mengalihkan pandanganya dari tangannya yang sudah cekatan mengancingkan piamaku
Saat Raka sudah mengancingkan seluruh kancing piamaku ia beranjak dari posisi jongkoknya buru-buru aku menahan pergelangan tangannya. Aku tahu apa yang akan ia lakukan sekarang dan aku tak ingin itu terjadi
Dia menundukan kepalanya menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan ada rasa amarah... Bercampur dengan sedih, mungkin. "Rak please..."
Beberapa detik digunakan Raka untuk memejamkan matanya. Setelah helaan nafas panjangnya, ia kembali berjongkok menghadap kasur menatapku.
Tanganya terulur ke helaian anak rambutku membelainya membuat lagi-lagi aku menahan nafas tak kuasa berada di bawah belaiannya.
"Nar, listen. I have something to do with him," ucapnya lembut.
Aku menahan isakanku mengigit bibirku. Aku masih meremas tanganya yang sekarang menangkup pipiku seakan jika aku lepaskan, aku akan kehilangannya
"No, please don't do that. Dont hurt him. He didnt mean it," mohonku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...