21. Scared : part 2

26.4K 2.4K 230
                                    


Jangan protes ini pendek ya, abis ini kan harusnya nyatu apa part 1 jadinya gak apa apa ya kalo pendek.
Enjoy!

___________

Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky
Twinkle, twinkle little star
How I wonder what you are

Bandung, 2015
Kinara

Pertemuan kami denga Raka membuat rumit segalanya, seluruh kerinduan yang menguap harus aku kubur kembali dalam sedalamnya begitu pula rasa amarah dan takut yang tak kalah besarnya. Seluruh perasaan campur aduk itu harus aku buang jauh-jauh, aku sama sekali tak ingin menampakanya depan mereka. Aku menepuk pelan pelipisku, mencoba menghilangkan bayangan wajah Raka.

Untuk mengikuti tur Observatorium Bossca khusus keluarga, kami harus menunggu setiap Hari Sabtu. Sangat sulit mendapatkan slot untuk ikut tur keliling observatorium, listnya sangat panjang dan lama. Jika kami sedang beruntung dengan langit cerah, kami bisa melihat cara kerja teleskop Zeiss dan meneropong langsung dengan teleskop portable dan teleskop Bamberg. Aku sudah lama browsing tentang berbagai macam teropong yang ada disana, bersiap jika Double J mulai bertanya tentang sesuatu yang menyulitkan pemandu tur.

Tiba-tiba Janet melepas tanganya dari genggamanku saat petugas loket menatap kami dengan wajah menyesal. Aku menunduk melihat Janet yang sangat antusias kemudian menekuk wajahnya kecewa, membuat aku tidak tega. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk membelah keramaian kendaraan pada libur panjang seperti ini, tapi ternyata sia-sia. Tur obeservatorium sudah mulai sejak tiga puluh menit yang lalu.

Kakiku menekuk, mensejajarkan tubuhku dengan Double J. "Anak-anak, kayaknya kita gak bisa sampai tepat waktu. Sabtu depan---"

"Ini semua karna buna tadi ngobrol sama uncle itu," rengek Janet. Aku bisa melihat Janet sangat kecewa, ia membalikan tubuhnya dengan cepat berlari ke arah mobil terparkir. Aku menghela nafas kasar, begitu Jared menyusul adik perempuanya.

Aku melihat bayangan Janet di jok belakang lewat spion, matanya merah sudah sedikit berkaca-kaca menatap keluar jendela. Karna marah Janet enggan duduk di kursi samping pengemudi, ia malah duduk di belakang padahal ini adalah bagian Janet duduk di depan. Kursi penumpang depan adalah kursi yang paling favorite dan selalu berebut, sampai akhirnya aku harus mengatur jadwal siapa yang mendudukinya agar meminimalisir pertikaian antara Janet dan Jared.

"Iya bunda salah tadi lama ngobrolnya, bunda minta maaf ya sayang," berkali-kali aku meneguk ludahku, "Bunda janji sabtu depan kita kesana lagi pasti ikut tournya."

Tak ada respon apapun dari Janet, aku kembali mengintip dari spion ia sedang mengusap matanya. Jared yang duduk disebelahku juga menoleh ke belakang, "Anet, jawab bunda..," tegur Jared.

Janet makin menjadi-jadi, kini ia terisak pelan.

"Kakak... Anet.. Anet.. Hiks... Anet.. Jadi.. jadi gak liat ayah," isak Janet.

Aku mengecangkan peganganku pada stir mobil mencoba menahan rasa perih ini. Aku berusaha sekuat mungkin utuk tidak menangis, mengulum bibirku resah. Saat ini bukan waktunya memikirkan perasaanku, aku harus menenangkan Janet terlebih dulu. Belum sempat aku bersuara, Jared sudah terlebih dulu berbicara, "Aku udah bilang ratusan kali, ayah itu gak ada di langit."

Janet berusaha menghentikan tangisnya dengan menggosok-gosok matanya dengan punggung tangannya.

"Tapi... Tapi... Kata Auntie Kat kalo orang meninggal bakalan jadi bintang. Terus kata Eyang kalo hiks.. Kalo orang meninggal bakalan ada di surga... Kalo hiks.. Orang meninggal itu bintang berarti surga itu langit kan... Janet pengen ngeliat ayah," jelas Janet.

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang