28. Throwback 11

22.7K 1.6K 95
                                    




Indonesia 2008
Raka

Aku menekan tombol bel pintu rumah Kinara dengan wajah berseri-seri. Sekarang sudah memasuki liburan panjang setelah ujian nasional, tahun ini aku dan Kinara akan memasuki dunia perkuliahan.

Pintu terbuka dan munculah asisten rumah tangga Kinara. "Mbak Asih Kinaranya ada?" Tanyaku langsung.

Mba Asih menggeser badannya agar aku bisa masuk ke dalam. "Ada Den Raka. Non Naranya ada di kamar," ujar Mbak Asih ramah.

Aku melenggang menuju tangga, dengan langkah besar menaiki tangga rumah Kinara. Tanganku sudah meraih gagang pintu, tanpa mengetuk dalam beberapa detik aku sudah ada di dalam kamar Kinara. Kakiku mendekat ke ranjang queen milik Kinara, rupanya ia masih bergelung miring memeluk guling didalam hangatnya selimut. Tanpaku sadari tanganku sudah terulur menyelipkan anak-anak rambut ke belakang telinga Kinara.

"Siang Kinara...," sapaku masih dengan menelusuri pipinya yang halus.

Kinara makin menelusupkan hidungnya ke guling sambil bergumam tidak jelas. Rasa iri merambat kedalam hatiku melihat guling lusuhnya dipeluk dengan erat. Andai saja aku guling itu. Aku menarik-narik guling yang dipeluk Kinara, ingin sekali menyingkirkan guling kesayangan Kinara. Gumaman Kinara kini telah berubah menjadi geraman karna tidurnya terusik.

"Bangun, cantiknya Raka...,"

"Go away Raka... Ini hari minggu, aku cuma mau bobo," ujar Kinara masih tetap memejamkan matanya.

"I have to tell you something important..," ucapku mencuri satu kecupan pipinya dan berhenti memandang bibirnya yang sedikit pecah-pecah.

Hanya beberapa detik, aku sudah menempelkan bibirku diatas bibir Kinara. Mengecupnya.

Kinara semakin mendorong dadaku, hingga bibir kami terlepas saat Kinara mengerakan kepalanya ke samping sambil menutupi bibirnya menggunakan kedua tangannya.

Kinara yang melihatku menyiritkan mata tak suka langsung menjelaskan, "Aku belum gosok gigi, Rak. Mulut aku bau..."

"Do i look i care with your morning breath?" Tanyaku sambil menaikan satu alisku.

"But i care with my morning breath! Go away! Or i will never ever let you kiss me again," ancam Kinara, suaranya masih tak terdengar jelas karena mulutnya dibekap.

Tanganku terangkat tanda menyerah, aku tak akan bisa berkutik jika diancam tidak bisa merasakan bibir Kinara bersentuhan dengan bibirku. Mendapatkan kesempatan kabur, Kinara berlari ke kamar mandi sambil berteriak.

"Tunggu aku dibawah."

----

Aku melirik jam dinding, sudah hampir satu jam aku menunggu Kinara sambil menonton HBO. Tanganku terulur meraih remote, mencari-cari channel national geograpic.

Begitu aku sedang asik melihat cheetah saling berlarian, tiba-tiba aku merasakan kulit halus menempel di pipiku. Kinara menyimpan dagunya di bahuku lewat belakang sandaran sofa, tangannya terulur melingkar di dadaku sementara aku bisa merasakan pipi halusnya bergesekan dengan pipiku.

"Lama ya nunggunya?" Tanyanya.

Pura-pura marah, aku hanya bergumam tanpa melepaskan pandangan mataku dari layar televisi. Aku menoleh mendapati Kinara tersipu malu setelah ia meninggalkan jejak lembab bekas lipbalm di pipiku. Senyum tak hilang dari wajahku mendapati Kinara sangat cantik dengan kaos biru pucatnya dipadukan dengan jeans.

Aku tersadar belum mengucapkan sepatah katapun karena terlalu terpesona oleh kecantikannya setelah Kinara menanyakan kemana tujuan kami kali ini.

"Makan siang? Hari ini kamu lagi mau makan apa?" Tanyaku kini berjalan ke luar dari rumah.

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang