19. Throw•back 9

26.1K 2K 131
                                    


Indonesia 2008
Raka Barata

Aku memandang wajah Kinara yang hanya beberapa inci dari wajahku. "Jared and Janet. Anak aku dan anak kamu sama-sama berwal huruf J," ucapnya, "double J. Its cute, right?" Tanyanya sambil menoleh menatapku.

Mataku bertemu dengan mata Kinara yang selalu bisa menghipnotisku, tawa riangnya hilang digantikan dengan senyum tipis malu-malu, karna salah tingkah dibawah tatapanku.

Semakin aku mengenalnya, semakin aku tertarik pada dunianya. Kepada dunianya yang sederhana, matanya yang selalu berbinar saat ia menceritakan mimpi-mimpinya, atau senyumnya yang selalu secerah matahari. Semua itu telah menjeratku untuk mencintainya, Dia begitu mudah dicintai. Tunggu? Apa aku baru saja mengatakan bahwa aku mencintainya?

Aku tak tahu, tapi aku bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya. Rasa nyaman yang jarang sekali aku rasakan kecuali saat bersama Rezky dan Levina. Tak tahu darimana aku begitu leluasa mengutarakan perasaanku bahkan masalah keluargaku kepadanya. Sesuatu yang tak pernah aku bagi kepada siapapun.

Yang aku tahu sekarang, perasaan ini lebih dari sekedar kenyamanan sesaat. Namun lebih dari itu, aku menyayanginya. Melebihi rasa sayangku pada adik perempuanku, Levina. Entah sebutan apa yang paling tepat menggambarkan perasaanku, aku hanya butuh untuk menjadi sedekat mungkin dengannya. Malam ini aku hanya butuh untuk merasakan bibirnya menempel pada bibirku, dan itu lebih cukup.

Tak tahan melihat bibirnya, aku melarikan ibu jariku diatas bibir bawahnya, mengelusnya lembut. Aku penasaran apa rasa bibirnya dibawah bibirku. "I'll kiss you," bisikku terdengar serak sementara Kinara memandangku dalam. "With my lips on your lips," lanjutku.

Tak ada penolakan atas Kinara sehingga aku memberanikan diri meraih dagunya. Perlahan namun pasti, kepalaku bergerak mendekat hingga aku bisa merasakan Kinara  menahan nafasnya.

Aku menempelkan bibirku pada bibir Kinara dengan hati-hati, menunggu ia melayangkan tamparan di pipiku. Sudah beberapa detik, tamparan itu sama sekali tidak hinggap di pipiku.

Bibir Kinara terasa manis bahkan lebih sempurna daripada semua mimpiku selama ini. Ciuman malu-malu dan tekstur bibir Kinara akan aku kenang baik-baik. 

Saat aku melepaskan bibirku dari Kinara, tatapan kita bertemu. Kinara menatapku dengan pupilnya yang membesar. Aku tahu ia masih shock karna ini yang pertama untuknya, tapi ini juga berlaku untukku.

Sudah beberapa menit berlalu tapi Kinara masih saja terdiam kaku dan menatapku kosong. Aku menarik dan menghembuskan nafasku beberapa kali menenangkan debaran jantungku, dan berkali-kali aku meneguk ludahku sebelum berkata dengan lantang.

"Aku cuma pengen kamu tahu. Aku sayang kamu, Kinara."

Mata Kinara sekarang makin melotot setelah pengungkapan perasaanku padanya.

Aku melihat mulut Kinara perlahan terbuka hendak mengeluarkan suaranya namun cepat aku mencegahnya. "Kamu gak harus ngomong apa-apa. Aku cuma pengen kamu tahu. Gak lebih."

Kita berdua kembali terdiam saling menyelami pikiran kita masing-masing. Sampai tiba-tiba dering ponsel Kinara menginterupsi, ia bangkit langsung mengambil ponselnya dari tasnya.

Saat Kinara sibuk mengangkat telepon, aku melirik jam tanganku. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 20:45, itu artinya 15 menit lagi jam malam Kinara.

Akupun bangkit untuk mengambil tas ranselku, setelah itu meraih satu tangan Kinara yang terbebas sementara tangan yang lainnya sedang mengangkat telepon.

Sepanjang jalan turun ke lantai bawah tidak kata-kata terucap sepatah katapun dari bibir kita berdua. Aku menautkan jari-jariku padanya, kadang menggosok telapak tangannya agar ia tak kedinginan.

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang