Indonesia 2007
KinaraAku terbangun dengan damai, tidurku lebih nyenyak dari tidur-tidur yang pernah aku alami. Sudah lama sekali aku yak merasakan rasa nyaman dan damai saat terbangun dari tidur. Aku terduduk di tengah tengah kasur sambil menggeliat meregangkan otot-ototku.
Tak lama, aku mendengar ketukan lalu pintu terbuka. Raka yang sudah tampak segar sepertinya sudah mandi, tanganya memegang nampan berisi mangkuk dan segelas besar susu. Pipiku terasa panas saat mengingat sebelum ia pindah ke kamar sebelah, Raka mendekapku erat. Erat sekali hingga au bisa merasakan hangat tubuhnya. Dalam diam, aku bisa dapat mendengar dengan jelas suara jantungnya yang berdebar sama seperti alunan jantungku.
"Wake up, sleepyhead! Sarapan dulu," sapanya sambil meletakan nampan di pinggir tempat tidur.
Baru saja aku akan membuka mulut untuk menjawab Raka, aku menyadari sesuatu. Aku belum mandi bahkan belum gosok gigi! Ah mulutku pasti beraroma busuk, mengingat tadi malam aku tak sempat menggosok gigi sebelum tidur. Tumitku menyentuh lantai lalu terbirit-birit menuju kamar mandi. Saat aku bercermin, oh! Benar saja rambut acak-acakan, jejak air liur di pipi dan mata penuh kotoran.
Aku langsung membuka bajuku lalu menikmati air shower menyentuh kulitku. Ingatanku kembali lagi melayang saat aku menyentuh tubuhku, betapa hangat dan basahnya bibir Raka menempel pada setiap jengkal lebam di kulitku. Jauh di dalam sana ada keinginan bibir Raka tidak hanya menyentuh lukaku saja namun seluruh tubuhku.
Menggeleng, aku mencoba menghapus bayangan kotor itu. Buru-buru aku menggosok shampo di kepalaku berharap pikiran kotor itu bisa hilang dengan shampoo yang sedang aku gunakan.
Aku sudah sepenuhnya bersih, dengan bersenandung aku keluar kamar mandi hanya memakai handuk melilit pas di dada sampai paha atasku, lalu berjalan membuka lemari pakaian mengeluarkan celana dalam dan langsung memakainya tanpa melepaskan lilitan handukku. Berdecak pinggang memilah apa yang aku harus pakai, berjinjit aku menarik kaos santaiku, bra dan celana pendek dari lemari bagian atas. Aku memutar tubuhku setelah menutup pintu lemari untuk berjalan ke meja rias untuk mengoleskan lotion.
Badanku melonjak kaget berubah menjadi kaku saat aku menagkap bayangan Raka sedang duduk di pinggir kasur. Tolol bukan main, aku tidak ingat sama sekali Raka ada di kamar ini. Itu berarti... Dia.... Melihat aku sedang bersenandung konyol tadi....
Bukan, bukan bukan itu yang fatal. Itu berarti Raka sedari tadi melihat tubuhku juga melihat aku memilih milih celana dalam dan memakainya walau aku tak membuka handukku.
Tak sadar saat aku sibuk merutuki kebodohanku dengan menepuk nepuk pelipisku, tiba-tiba Raka menarik lenganku. Tak sempat berfikir aku sudah duduk di pinggir kasur hanya dililit handuk
"AAAAAAA" Aku berteriak-respon yang sangat lambat dari otakku. "Rak kamu mau ngapain?!"
Oh god!!!!!!! STUPID KINARA!Aku tak berani memandang kepada Raka yang sudah berdiri menjulang di depanku. Dengan hitungan detik aku merasakan usapan lembut Raka di pergelangan tanganku, refleks aku mendongak menatap matanya. Perasaan aneh hinggap ditubuhku daat melihat sorot matanya menatap luka ditubuhku. Kembali ia terlihat sedih.
"Lemme help you."
Aku menyiritkan dahi, apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?! Membiarkan dia membantu? Membantu apa? Menakai baju? Dasar cowok, selalu saja memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!
Merasa terancam, aku refleks menyilangkan tanganku di bahu mencoba menutupi ketelanjanganku hanya memakai celana dalam dibalik handuk. Dua kali hampir telanjang di depan Raka, dan aku tak bisa lebih malu dibandingkan dengan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...