JAKARTA 2015
KINARAMataku perlahan terbuka dan mengerjap bingung saat menyadari aku terbangun di tempat asing. Aku hampir saja berteriak menemukan Raka tidur disampingku! Perlahan, ingatanku kembali pada apa yang kami lakukan semalam. Dalam sekejap, gelenyar aneh kembali merayapi seluruh tubuhku.
Aku menyelipkan satu tanganku di belakang bantal menatap Raka yang tidur menghadapku. Selimut yang membalut Raka sudah ada di perutnya, memperhatikan dadanya yang bidang. Bibirku tertarik ke atas mengingat , semalam aku menangis tersedu di pelukan Raka.
Penerangan yang sangat minim di ruang TV dan Raka yang mengambil kendali membuatku melewatkan pemujaan pada tubuh liat Raka. Lain dengan di dalam kamar dengan penerangan yang cukup, aku bisa melihat tinta itu. Ukiran namaku terpatri jelas di dada kiri Raka, tepat diatas jantungnya. Berkali-kali aku mencium dada kiri Raka yang bertintakan namaku. Tak hanya itu, dilengan atasnya terukir tulisan tangan Jared dan Janet warna-warni memakai crayon. Saking cintanya, dia menuliskan namaku dan anak-anak di tubuhnya.
Saat itu aku menyadari sekeras apapun aku mengubur rasa pada Raka. Dia selalu ada jauh di dalam hatiku. Terukir sangat dalam. Air mataku malam itu jatuh, terlalu bahagia menemukan seorang laki-laki mencintaiku sedalam dan sebesar itu. Setelah semuanya, hubunganku dan Raka sudah membaik, semoga saja kami berdua sama-sama telah berjalan ke arah yang lebih baik.
Aku bangun sambil bertumpu pada sikuku, mencoba bangkit dari tempat tidur. Namun, sebuah lengan kokoh meraih dan menariku kembali ke tempat tidur.
"Jangan pergi...." Raka memeluk pinggangku. Beberapa detik kemudian aku merasakan kepala Raka menyurukkan ke ceruk leherku, dan merasakan sebuah benda kenyal nan basah di kulit telanjangku yang tidak tertutup kaus kebesaran milik Raka. Tanpa aku bisa cegah aku sudah mendesah pelan dan lupa pada tujuan awalku.
Tubuhku kembali menegang seketika. Bagai tersambar petir, Raka melepaskan pelukannya dari tubuhku. Seperti kerasukan, aku cepat bangun dari tempat tidur dan berusaha secepat mungkin memakai kaos Raka yang terlihat sangat kebesaran untukku. Sementara Raka dengan cepat melompat dari tempat tidur mengeluarkan kaos dari lemarinya setelah memakai celana pendek.
Jared dan Janet menangis tambah kencang dari kamar sebelah, mereka sering kali menangis jika terbangun di tempat asing dan tidak menemukan orang yang mereka kenal. Buru-buru aku menyusupkan jari-jariku diantara helaian rambut mencoba merapihkannya walau terlihat sia-sia, lalu kakiku menghampiri pintu. Namun, cengkraman tangan Raka menahan tanganku yang sudah meraih handle pintu.
Aku memutar tubuhku menatap Raka dan melemparkan tatapan kesal. Masih bisa-bisanya dia menahanku padahal diluar anak-anak sudah mencariku.
"Apaan sih?" Bisiku protes sekaligus panik bukan main.
Aku tambah kesal lagi karna yang aku dapatkan Raka sedang tertawa geli. "Kamu pikir mereka nggak akan nanya-nanya kalau liat kamu pake kaos punya aku tanpa celana?" tanyanya santai.
Menyadari ucapan Raka ada benarnya juga. Double J bisa saja bertanya-tanya kenapa aku dengan muka bangun tidur keluar dari kamar Raka. Sekarang aku tambah panik, "Terus, gimana dong?"
"Aku aja yang keluar, bilang kalo kamu lagi beli sarapan. Nanti aku bawa mereka ke bawah." Raka mendorong pelan tubuhku agar menyingkir dari depan pintu. Tapi sebelum Raka membuka pintu, ia meraih daguku dan mengecup bibirku lembut baru ia melangkah keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...