20. Scared : Part 1

29.2K 2.2K 237
                                    

Warning: this chapter contains strong language (which may be unsuitable for children).

Ra' ono enaena, ojo mesum wkwk. Berisi kata-kata khasar yang tak patut dicontoh yak, dhekadek
🖤🖤🖤

________________

Bandung 2015
Raka

Wangi tubuh Kinara masih memabukan indra penciumanku. Aku mendekapnya, hal yang sedari tadi aku tahan saat pertama kali melihat wajahnya. Saat merasakan kehangatan tubuh seseorang dihadapanku, aku semakin yakin ini  bukan khayalan gila yang sering terlintas dalam benakku. Kinara ada di pelukanku sekarang. Ia nyata. Semakin mengetatkan pelukanku, aku takut ia menghilang lagi. Jutaan kata rindu ingin sekali aku ucapkan, namun bayangan Kinara bersama dua anak mengusikku. Jared dan Janet... Tak ada bukti yang bisa menyangkal bahwa mereka bukan anaku.

"Why you do this to me? Tell me"

Air mataku mengalir sedikit membasahi bahu Kinara.

Bagaimana bisa? Bagaimana ia tega menyembunyikan darah dagingku sendiri hampir tujuh tahun lamanya. Itu berarti sudah 2.555 hari aku melewatkan seluruh tumbuh kembang anak-anak Kinara. Larat anak-anakku juga.

"Why Kinara? Tell me..." Pintaku terdengar lebih menyedihkan dibanding sebelumnya.

Gerakan tiba-tiba dari Kinara tak mampu aku kendalikan, membuat ia terlepas dari pelukanku. Rasa dingin pelan merayap karna kehilangan kehangatan tubuhnya. Berbalik menghadapku kemarahan Kinara sama sekali tak bisa menyembunyikan kecantikanya.

"Terus apa yang bakalan aku dapetin dari kamu kalo aku ngasihtau kamu kalo aku lagi hamil? Kamu bakalan ngapain? Kamu bakalan tanggung jawab? Kamu bakalan nikahin aku? Iya? All of this because you are not ready to be a dad. I know you well. Kamu gak pernah mau sebuah keluarga. Sekarang kamu nuntut aku buat ngasihtau kamu?" Ucapnya.

Aku tertegun. Meresapi setiap kata yang terlontar dari bibir Kinara, setiap kata langsung menamparku. Aku bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan Kinara penuh dengan rasa sakit.

Ya aku akui memang tidak bisa menjanjikan sebuah pernikahan apalagi pernikahan yang bahagia untuk Kinara. Bahkan kata "pernikahan", "keluarga", atau "suami" tidak ada dalam kamus hidupku. Tapi bukan berarti aku tidak siap dan tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku. Kinara tidak berhak menyembunyikan atau menutupi bahwa aku adalah ayah biologis dari anak-anakku.

Namun segala amarah tentang Kinara menyembunyikan anak-anakku perlahan hilang tergantikan oleh rasa bersalah. Saat aku membayangkan Kinara berumur 18 tahun mengandung anak-anakku, melahirkan dan membesarkan tanpa seorang pendamping. Aku bertanggung jawab penuh atas penderitaan yang Kinara alami tujuh tahun silam.

*PLAK*

Rasa tersengat tiba-tiba hinggap di pipiku membuat aku terbangun dari pikiranku sendiri. Aku menyiritkan dahi saat menangkap sosok yang ada dihadapanku kini bukanlah Kinara tapi Levina dengan mukanya yang merah padam.

Seakan tahu tatapan bingungku ia berkata, "Ini buat lo buat hamilin anak orang," cicitnya.

Ada airmata di pelupuk mata Levina saat menatapku. Tatapannya benar-benar mengiris hatiku, ia menatapku  penuh dengan kekecewaan. Aku menerima tamparannya dengan suka rela.

*BUGH*

Sebuah pukulan Levina layangkan ke pipi kiriku tepat dimana ia telah melayangkan tamparan. Tapi entah kenapa aku tidak merasakan apa-apa. Aku seolah mati rasa.

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang