RAKA BARATA
Entah sudah berapa kali aku mondar-mandir di pintu kedatangan internasional. Mataku kembali melirik layar yang menampakan jadwal kedatangan penerbangan. Banyak sekali spekulasi di kepalaku. Aku sudah menyiapkan kemungkinan paling buruk dari semuanya. Kemungkinan-kemungkinan yang tak ingin aku ucapkan.
Apakah Kinara benar-benar akan menepati janjinya kali ini atau dia akan melarikan diri lagi seperti yang sudah- sudah?
Tapi jika kemungkinan buruk itu terjadi, sesuai janjiku. Aku bukan lagi bocah pasrah yang hanya akan menunggu suratnya datang dan malah terjebak pada sebuah pelampiasan semu, kali ini aku mengejar Kinara ke belahan bumi manapun.
Lamunanku buyar saat mendapati perlahan orang-orang yang menggunakan penerbangan dari Manila keluar dari pintu kedatangan.
Shit! Tanganku malah bergetar.
Mataku mencari-cari keberadaan Kinara atau anak-anak...
Satu...
Limaa...
Sepuluh menit tak kunjung terlihat.Orang-orang yang keluar makin sedikit. Kini jantungku yang tak bisa tinggal diam... Aku benar-bebar takut kembali kehilangan Kinara lagi.
"Tenang mereka pasti pulang," ujar Kak Katia menenangkanku. Aku hanya tersenyum tipis, sementara Kak Katia kembali duduk di kursi tunggu.
Ya Tuhan...
Kepalaku menengok ke kanan dan ke kiri, mencari-cari suara yang sangat familiar di telingaku. Aku bernafas lega begitu melihat Jared berlari dengan senyum lebar.
"Ayaaaaaaaah!"
"Hai baby boy," sapaku membawanya kepelukanku.
Sementara mataku mengunci sosok yang sedang mendorong trolly dengan Janet duduk diatas koper sedang melambai kepadaku. Tiga hari saja tidak bertemu Kinara, aku merasa ia bertambah cantik...
Jared dan Janet lalu berlari ke arah Kak Katia, meninggalkan aku dan Kinara diantara hiruk pikuk bandara.
Setelah semuanya takdir kembali membawamu berdiri di hadapanku. Rasanya ingin sekali aku merengkuhmu, mendekapmu dan mempertahankanmu disisiku. Dalam keheningan yang menyenangkan mata kami saling menyapa.
"Hai. Apa kabar?"
Aku tersenyum, hanya mendengar suara merdunya saja bisa membuat aku senang bukan kepalang. "Aku tak baik-baik saja"
"Bagaimana hidupmu tanpa aku?"
"Hampa. Tentu saja. Gimana dengan kamu tanpa aku?"
Lama Kinara menatapku, aku benar-benar panas dingin menunggu apa yang ia katakan selanjutnya.
"Buruk. Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu," kata-kata itu lolos begitu saja dari mulut manisnya, sontak rasa gugupku raib begitu saja.
"Dan setiap helaan nafasku, Aku selalu memikirkanmu."
Akhirnya kata-kata yang seharusnya sudah lolos dari bibirku saat sebulan lalu ia terdiri dengan anak-anakku, kini terucap dengan gamblang.
Riuhnya bandara tidak berpengaruh apa-apa pada kami berdua. Waktu seakan sedang terhenti, semua seperti berjalan lambat dan yang ada di pandanganku sekarang hanyalah Kinara.
Tiba-tiba saja keringat dingin menjalari tubuhku saat Kinara menyodorkan sebuah amplop bertuliskan namaku disana. Aku memejamkan mata sejenak setelah menerimanya. Terakhir kali aku membaca surat dari Kinara, aku kehilanga dirinya dan semua peristiwa penting dalam hidup Double J bertahun-tahun.
Aku sama sekali tak ingin itu terjadi untuk kedua kalinya.
Kinara mengangguk ketika aku meminta izin untuk membuka amplop itu.
Tanganku bergetar saat pertama kali mengeluarkan kertas putih dan membuka lipatannya.
Tak perlu lama untuk membaca beberapa paragraf pendek, tapi aku membacanya sedetail mungkin. Mendalami setiap untaian kata yang tertulis di dalamnya.
Perlu berulang kali aku membaca ulang surat dari Kinara. Benar-benar meyakinkan bahwa ini nyata. Dengan perasaan penuh dengan kebahagiaan, aku menatap Kinara yang sedang tersenyum kepadaku.
"Is it real?"
Hanya dengan sekali anggukan Kinara aku meninju udara bersorak-sorak sampai membuat seluruh orang yang ada di bandara menatapku heran. Hampir semua orang menggeleng kepala melihatku, mungkin dipikiran mereka aku sudah gila. Tapi aku tak peduli.
Aku mengangkat kertas putih tulisan Kinara tinggi-tinggi, dan memberitahukan semua orang disana, "Yes!!! She forgive me and she loves me!"
Tangan Kinara menutupi wajahnya yang kini memerah, karna malu.
Aku merogoh kantung celanaku meraih sebuah kotak beludru, berlutut di hadapan Kinara. Perlahan semua orang mengerubungi kami berdua, aku melihat dari sudut mataku beberapa orang tampak mengabadikan moment ini.
"Will you marry me?"
"Jangan becanda pernikahan gak ada di list hidup kamu..."
"Dulu. Tapi kalo pernikahan bersama kamu? Tentu ide itu yang paling aku suka di antara list yang lain. Jawab Kinara, ya atau tidak?"
"Akan aku pertimbangkan kalau kamu mau nerima dua setan kecil milik aku."
"Absolutely! I love you, Kinara!"
"Love you more than you know."
[BENERAN END ALIAS FIN A.K.A TAMAT]
Part setelah ini epilog.
Kasi aku waktu istirahat setelah menulis alamat elektronik kalian yang ratusan itu huhuhu...
So, bertemu lagi lewat pesan pesan rahasia tanggal 23.Selamat hari senin,
Oyi yang butuh sekali tidur
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...