12. Throw•back 6

23.9K 1.7K 35
                                    

Indonesia 2007
Raka

Aku meletakan telapak tangan Kinara tepat diatas jantungku, semoga dia tahu debaran ini hanya untuknya.

"Disini, tepat di permukaan kulit diatas jantung ini, aku bakalan ngukir nama wanita yang bakalan aku sayang sampai mati. Karna aku yakin selama jantung ini berdetak, selama itupun rasa sayang aku bakalan ada," jelasku, "Saat aku mentato namanya, selamanya dia akan jadi bagian dari hidup aku."

Kinara menjauhkan telapak tanganya dari permukaan dadaku. Senyum manis terukir di wajah mungil Kinara, membuat aku semakin gemas. Rasanya aku selalu ingin mengukur senyum manisnya.

"Dia pasti cewek yang beruntung."

Tanganya menggulunkaos menjadi lipatan menyisakan lubang untuk kepala, lalu meloloskanya ke leher. Dengan telaten, Kinara mengambil tanganku untuk selanjutnya meloloskan ke lengan baju. Aku merasa seperti anak kecil yang sedang dibantu memakai baju.

"Jadi kamu udah nemuin that lucky girl ?"

"Yes i guess."

Aku memang belum sepenuhnya yakin, tapi kemungkinan besar nama yang akan aku ukir diatas jantung ini adalah nama kamu, Kin. Mataku menatap sosok Kinara yang terkejut.

"So, you will marry that lucky girl?" Tanyanya, entah mengapa aku merasa ada nada keraguan dalam kalimat yang ia ucapkan.

Pertanyaan bodoh macam apa ini? Kinara tampak keheranan dengan tawaku saat mendengar pertanyaanya, "Cinta gak harus nikah, kan?" Tanyaku balik

"We always have to marry person we love and love us back. Spend the rest of our life with them, Rak."

"I dont know... Menurut aku, kalau cinta gak selalu harus menikah, dan menikah juga gak selalu harus karna cinta."

"Kamu dapet pemikiran darimana pernikahan gak selalu harus cinta? Pernikahan itu harus berlandaskan cinta Rak," protes Kinara lagi.

Aku tersenyum mendengar pertanyaan Kinara, sedikit demi sedikit aku menjelaskan apa yang ada di pikiranku, "Orang-orang sekarang pada terlalu mengagungkan pernikahan dengan cinta, ya contohnya kaya kamu," aku tersenyum sambil mencibit pipinya, Kinara hanya mengaduh kesakitan.

"Coba deh kita balik lagi ke jaman dulu waktu zaman kerajaan. Most people, zaman itu menikah dilandasi alasan perjodohan, contohnya demi mempertahankan darah ningrat. Dan kita adalah bukti bahwa perjodohan tidak selalu berjalan buruk, kita terlahir sebagai keturunan dari banyak perjodohan di jaman dulu. Dan menurut aku, pernikahan itu bisa bertahan bukan melulu hanya karna cinta, tapi tentang seberapa kuat kita menjaga komitmen yang kita buat sama pasangan kita."

"Jadi komitmen lebih penting dibanding cinta?"

Aku mengangguk antusias, terlalu antusias, "Thats right! Kamu bisa liat banyak orang bercerai padahal dulu alasan mereka menikah adalah saling cinta dan banyak juga pernikahan yang masih awet padahal dulu hanya beralaskan perjodohan. Jadi, komitmen orang yang menikah karna cinta lalu bercerai lebih lemah, dibanding pernikahan yang hanya berlandaskan perjodohan tapi bisa bertahan sampe kakek nenek. Pernikahan itu gak cukup hanya dengan cinta Kin," jelasku.

"Aku ngerti apa yang ada di otak jenius kamu, tapi kali ini gak setuju sama kamu! " ujarnya. Seketika tubuhku membeku saat Kinara melepaskan pandangannya dari mataku lalu tersenyum menatap langit-langit kamar. Mukanya tampak sekali bahagia, seolah ia sedang memikirkan kenangan bahagia yang ia punya.

"Aku ngeliat orangtua aku menikah karna saling mencintai. Papa cinta mati sama Mama sampe diujung kematian Mama, Papa masih setia mencintainya. Pernikahan mereka bener-bener indah. Thats why i need to 'find my prince charming with white horse, fallin' in love, then get married and happy ever after! Aku cuma mau hidup dalam pernikahan kayak orangtua aku, pernikahan yang indah akan membawa hidup yang indah pula."

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang