JAKARTA 2015
KINARAJari-jariku bertautan tersimpan di atas meja makan yang sudah tersaji tiga piring pancake. Aku tersenyum kecut melihat betapa sempurna pancake dengan baking soda sesuai resep Emma. Wanita itu cantik, terlihat cerdas hanya dengan sekali pandang, periang, pintar masak dan hal-hal lainnya yang tidak aku ketahui, pasangan yang sempurna untuk Raka.
"Intersection bahasa indonesianya... kalo gak salah titik pertemuan? Itu arti nama Mbak kan? Saya pernah lihat di dada kiri Dokter Raka ada nama Mbak. Dokter Raka cinta sama Mbak, dia bersedia ngelakuin apapun... Mungkin termasuk kehilangan pekerjaan yang dia suka demi Mbak. Saya titip Dokter Raka."
Kalau Emma pernah melihat tato di dada kiri Raka... Itu berarti setidaknya Emma pernah melihat Raka shirtless... Melihat dada Raka mungkin bisa sewaktu berenang... Atau sewaktu bercinta? Air mataku terjatuh menetes pada meja marmer dingin begitu terngiang suara Emma di kepalaku.
"Buna..," panggil Jared setelah bunyi pintu terbuka disusul dengan alarm kondominium.
Aku mengusap jejak airmata di pipiku mataku dengan cepat. Berusaha tersenyum melihat Jared berlari ke arahku dengan handuk besar melilit ditubuhnya. Mencoba menyamakan tinggiku dengan Jared, aku mengecup puncak kepalanya.
"Tadi ngapain aja?"
Tak berapa lama Janet yang digendong Raka ikut bergabung. Dari sudut mataku kaos Raka setengah basah mencetak samar otot tubuhnya. Aku meneguk ludahku kembali memusatkan perhatianku pada Jared yang duduk di sofa.
"Ayah ngajarin aku tahan nafas di air terus naik perosotan gitu. Oh ya tadi Anet nangis buna... kayak gini huuehuuehuuehuu Anet takut---, jadi swingnya sama ayah," ucap Jared penuh dengan semangat menirukan Janet yang ketakutan sampai menangis.
Binar bahagia benar-benar tercermin dari wajahnya... Tak pernah Jared sesemangat ini. Aku lihat Janet yang diturunkan di lengan sofa langsung protes.
"Enggak! Anet gak gitu, cuma keluar air mata dikit, buna..," aku hanya tersenyum lalu mengecup puncak kepalanya.
"Anet juga tadi naik pelampung yang gede banget... Bentuknya bebek."
Dengan cemberut Jared menggeleng tidak setuju dengan Janet. "It's not duck, Anet. It has long neck, it is giraffe!"
"No! Giraffe can't swim!"
Aku menatap Jared dan Janet yang sedang saling memberi tatapan tak suka setiap mereka tidak sependapat. "Anet. Kak Red. Stop yelling!"
Mataku menangkap Raka mengelus puncak kepala Janet dan Jared, memberikan tatapan teduhnya. "It's flaminggo."
Dan hanya dengan beberapa detik, Raka sudah sukses membuat perhatian anak-anak teralihkan dari perdebatan tanpa ujung menjadi sesi tanya jawab tentang flaminggo.
Aku membuang muka begitu mata kami bertemu, menghindari tatapannya yang selalu membuat aku meleleh. Tak ingin luluh sebelum ia bisa menjelaskan semua yang dikatakan Emma sebelum keluar dari sini.
"Ayo mandi abis itu makan, bunda udah bikinin pancake," ucapku pada anak-anak.
"Buna bikin?" Tanya Jared penuh dengan keraguan.
"Kenapa? Kali ini pancake buatan bunda enak kok," jawabku pada Jared yang sudah menampakan muka mualnya.
Janet mendongak menatapku penuh dengan rasa penasaran ia bertanya, "Pancake rasa tepung kayak minggu lalu, Buna?"
Aku melirik Raka yang sedang menatapku penasaran. Kini aku benar-benar malu jika Raka berpikir aku tak pandai masak bahkan anak-anakku sendiri tak menyukai makananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...