Indonesia 2007
RakaHubungan apapun atas dasar perasaan selalu membawa potensi membawa kekacauan, maka sepanjang hidupku aku selalu menghindarinya. Hidupku sudah teralu rumit, itu adalah alasan aku tidak perah membiarkan seseorang masuk dan menambah sulit segalanya. Aku sangat tahu bahwa faktor kekacauan yang mampu ditimbulkan saat membawa Kinara masuk ke dalam hidupku sangat tinggi, tapi biar bagaimanapun aku tetap menginginkannya. Kenyataan bahwa Kinara sudah memiliki Arya juga tak lantas membuat aku berhenti menginginkanya. Aku kira selama ini semua masih dalam kendali, jika aku mampu menjaga hubunganku dengan Kinara tetap ringan seperti pertemanan pada umumnya.
Sebelumnya, aku sangat ingin membunuh Arya, tapi setelah mengetahui bahwa penyebab Kinara menderita seluruh luka di tubuhnya. Rasanya aku ingin menendang diriku sendiri atas kekacauan yang sudah aku perbuat.
Mataku terpejam sejenak, mencoba mengatur emosi yang bergemuruh di dadaku. Apapun alasan Arya menyakiti Kinara tak bisa dikatakan benar. Aku tak akan pernah bisa kembali ke masa lalu untuk mencegah Kinara bersama Arya atau menahan diriku untuk tidak terus mendekati Kinara. Kini, yang bisa aku lakukan adalah mencegah luka-luka lain. Tanganku memijat pangkal hidung berharap sedikit meredakan pening di kepalaku, aku hartus bertindak tanpa gegabah.
Berbalik badan, pandanganku jatuh pada tubuh Kinara yang hanya tertutup bra. Oh tuhan. Ini tak lucu. Kulit putih mulusnya sekarang terganggu dengan bercak keunguan, sebagian malah sudah menguning di sekitar bercaknya, menandakan ada nanah disekeliling memar itu
Kinara sekarang mrnunduk, tubuhnya seakan kaku dibawah tatapanku.
Detak jantungku kini berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Entah setan apa yang membisikanku untuk melakukan ini, dorongan itu begitu kuat. Demi tuhan, aku tak bisa menahan keinginan mencium setiap jengkal kulit berwarna kebiruan.
Aku tundukan kepalaku mendekat kepada bahunya.
Sedikit berharap sakit yang terpeta jelas di kulitnya, bisa aku serap dengan ciuman yang aku daratkan. Aku ingin mengambil semua rasa sakit itu. Aku ingin Kinara membagi rasa sakitnya. Jika aku telah gagal melindungi Kinara, tak bisakah aku ingin meringankan rasa sakit yang dipikul Kinara?
Tubuh Kinara menegang saat ia merasakan bibirku di atas kulitnya. Lewat sudut mataku aku bisa melihat Kianara mulai membuka matanya perlahan lalu melotot kaget dengan apa yang dia lihat. Tanpa menghiraukan bisikan protes dari Kinara aku tetap menyentuh kulit Kinara dengan bibirku.
Selesai dengan bahu Kinara, aku merebahkan Kinara di kasur dan posisiku sudah ada di atasnya. Aku menatap wajah Kinara dalam dengan menyangga tubuhku agar tidak menghimpit Kinara dengan tangan kiri.
Aku memutuskan kontak mataku dengan Kinara, sekarang aku mengalihkan pandanganku pada perut Kinara. Sementara tangan kananku mulai mendarat di kulit perut Kinara. Jariku dengan sehalus mungkin menyentuh kulit perut Kinara, terlalu takut jika gerakanku dapat membut Kinara kesakitan. Aku melihat kembali ke mata Kinara yang sekarang sudah terpejam gelisah menerima sentuhanku.
Perut Kinara mencekung seakan menahan nafasnya. Aku dekatkan kepalaku ke perutnya, mencium bagian memar yang paling besar diantara semua memar yang ada di tubuhnya.
Aku mendaratkan bibirku disekeliling memar yang ada di tubuh Kinara lalu perlahan menjalar ke seluruh bagian memar. Kulitnya yang halus dan beraroma strawberry membuat tubuhku bergetar hebat. Akulah alasan dari luka ditubuhnya.
Hatiku teriris.
Perih.
Dengan satu sentakan kesadaran, aku terduduk di ranjang Kinara. Tanganku meraih salep memar mulai bergetar mengeluarkan isinya. Jari telunjuk dan jari tengahku sudah berlumur oleh salep, perlahan aku ratakan ke atas permukaan tangan Kinara. Sensasi dingin membuat Kinara akhirnya membuka matanya. Aku dengan gerakan cepat namun sehalus mungkin mengoleskan salep itu ke bahu dan perut Kinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow (SERIES 2)
ChickLitKINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu" Kata-kata itu harusnya lolos dari bibirku. Tapi aku tetap berusaha berdiri aku tak akan mengizinkan diriku sendiri berlari kepeluka...