30. Throw•back : Special Edition

26.7K 1.7K 141
                                    


Special edition
ADULT CONTENT! I'VE WARNED YOU FROM THE BEGINING. SO please yang ndak punya ktp / sim dan yang ktp plus simnya nembak... GO AWAY!

Part ini buat paramithawilly   yang sudah pengen banget part ini aku publish...

Part ini aku pengen senang-senang dulu setelah kemaren part menguras amarah. Dan rencananya part inj akan aku UNPUBLISH beberapa saat setelah epilog keluar. So, silahkan dinikmati selagi bisa.

Kenapa di hapus? Banyak dedek dedek emesh yg menyusup.

Xoxo,
Oi

____________________

RAKA
Indonesia 2008

"I need you... I want you..."

Kini aku membawa Kinara dalam gengamanku, kami berdua sudah tahu kemana ini akan menuju. Sama-sama terdiam tepat satu meter di depan pintu kamarku. Tetesan air mengalir dari ujung-ujung baju kami ke lantai membuat genangan dibawah telapak kaki kami.

Aku melirik Kinara, pakaiannya sekarang sudah memetakan jelas lekuk tubuhnya. Meneguk ludahku saat ada tetesan air dari lehernya lalu menghilang di antara lembah diantara bukit kembarnya. Jika sudah melewati pintu kayu di hadapanku, aku tak bisa menjamin aku bisa berhenti.

Kinara mengigit bibirnya, aku bisa melihat ada keragun di dalam tatapan nanarnya saat menatap pintu.

Aku tersenyum lalu menarik tangan Kinara agar mengikuti langkahku turun ke lantai bawah. Kini langkahku terhenti karna Kinara yang terdiam ditempatnya, tidak mengikutiku.

Menjawab pertanyaan yang tersirat dari matanya aku berkata, "Kita cari baju bekas Bunda dibawah, abis itu aku anterin kamu pulang."

Kinara hanya menunduk sambil mengigit bibirnya cemas. "Ayo Kinara..," ajakku lagi buru-buru karna aku sudah yakin tidak bisa lama-lama menahan hasrat yang mengelora melihat wajah manis nan cantik Kinara yang basah.

Tatapan Kinara akhirnya bertemu denganku, jemari lentiknya dengan sedikit kaku menjangkau kerah kemejaku. Yang tidak aku sangka, dengan cepat bibir manis Kinara membungkam cepat bibirku lagi.

Satu kecupan tidak akan pernah cukup bagiku. Tiap kecupan mengundang kecupan-kecupan lainnya, membuatku akhirnya sadar dan mencoba mendorong lembut lengan atas Kinara.

Bibir kami terlepas. Kinara menatapku penuh tanya. Tapi dengan cepat dia membuka suara, "I want you too..."

Mendengar suaranya yang sedikit serak membuatku tersenyum. Ia sama-sama menginginkanku.

Kali ini kepalaku menunduk mempertemukam bibirku dengan bibirnya. Aroma strawberry dari lipgloss Kinara sekarang menjadi canduku, efeknya lebih kuat dibandingkan heroin.

Kecupan-kecupan di bibir Kinara kini perlahan berubah menjadi lumatan-lumatan. Aku mendekap tubuhnya erat, membawanya menempel pada tubuhku.

Entah keajaiban dari mana tanpa melepaskan pangutanku pada bibirnya, tanganku tidak kesusahkan membuka handle pintu.

Saat sudah di dalam kamar, aku melepaskan bibirku atas bibirnya. Mencoba menyelami sesuatu dari bola matanya yang indah. Aku bisa melihat refleksi diriku dengan jelas saat aku menatapnya. Perlahan aku membalikannya. Keraguan Kinara perlahan hilang begitu terdengar suara resleting terbuka perlahan.

Punggungnya begitu halus tanpa cacat sedikitpun, dan bibirku tak bisa jika tidak memberikan pemujaan atasnya.

Tubuhnya terasa bergetar dibawah tanganku begitu gaunnya jauh di lantai kamar. Aku membawanya kehadapanku menciumnya kembali hingga aku merasakan jemari Kinara telah membuka kancing kemejaku. Kinara hanya dengan dua helai renda putih berdiri dihapadanku.

Hawa dingin benar-benar menyentuh kulitku yang sudah tidak tertutup kemeja. Setelah tanganku berpuas menjelajahi punggungnya yang halus, jariku perlahan mencoba mencari cara untuk melepaskan kait yang sedari tadi melindungi sesuatu yang penting. Percampuran terlalu senang dan gugup membuat kait sialan itu tak kunjung terbuka.

"Biar aku aja...," desis Kinara memegang kedua tanganku.

Aku melepaskannya, hanya mengamati dari tempatku berdiri. Dadaku bedegup kencang dalam sekrjap benda itu melonggar. Suara besi pengait sialan itu jatuh pada lantai membuat darah mengalir deras sampai ubun-ubun. Mataku tak bisa melepaskan pandanganku dari Kinara yang tampak malu-malu menyilangkan tangan kirinya di bahu sebelah kanan terlihat menutupi sesuatu yang selalu digilai pria normal. Ia mengigit telunjuk kanannya, malu.

Dengan pelan aku meraih kedua tanganya membuatnya menyembunyikan rona merah pipinya. Aku kembali menciumnya, ciuman ini lebih dalam dan panas dari ciuman-ciuman yang pernah aku berikan kepadanya. Semoga ini lebih dari cukup untuk menunjukan aku memujanya dan mencintainya.

Entah berapa lama waktu yang sudah aku habiskan hanya untuk mendominasi bibirnya, kita berdua sama-sama sibuk mencari udara. Aku menumpukan tanganku agar tidak menindihnya. Jantungku kembali berdegup liar melihat rambut Kinara yang berantakan sangat kontras dengan spreiku, malaikat yang satu ini sudah terlentang dengan satu kain putih renda.

Sial, berapa beruntungnya aku melihat pemandangan menakjubkan seperti ini.

Tangan Kinara terulur menyentuh dadaku. Mataku refleks terpejam, menikmati tiap sentuhanya.

"Kenapa?" Tanyanya sontak membuatku menatapnya, mendapati ia sedang menatapku dengan khawatir, "Kenapa jantung kamu berdebar kencang?" Lanjutnya lagi.

"Aku... Aku gugup..."

Kinara mengerutkan dahinya lalu diiringi tawanya seakan itu adalah hal paling lucu yang paling ia dengar.

Ia menghentikan tawanya saat aku tak menunjukan bahwa aku becanda, "Seorang Raka gugup?"

Aku mengangguk cepat. Mataku terpenjam malu setelah mengatakan, "aku gak tahu harus mulai dari mana... Kamu terlalu cantik."

Rasa hangat dari telapak tangan Kinara menjalar di pipiku, membuatku akhirnya menatapnya.

"Kalo gitu, cintai aku sebanyak yang kamu bisa..."

Hanya mengikuti rasa di dadaku yang menggebu, aku mencintainya seakan malam ini tak akan pernah berakhir. Gelombang itu perlahan muncul dan membawaku tinggi, semakin tinggi menuju sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hanya erangan, desah, dan decit tempat tidur yang memenuhi kamarku.

Peluh dan nafas pendek-pendek mengakhiri kenikmatan duniawi yang kami lakukan. Aku mencium seluruh wajahnya dari kening, mata, pipi dan dagu.

Tanganku tak ingin barang sedetik melepasnya. Aku memandangnya lekat berikut jariku menelusuri pipinya yang halus.

"Tunggu aku pulang dari Harvard... Jangan pernah pergi dariku... Aku cinta kamu, Kinara."

Bibir Kinara hanya tersenyum tipis, ia membawa bibirnya untuk mengecupku. Sementara jemari lentiknya mengusap dahi dan alisku.

"Selamat tidur..."

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang