Tiga hari kemudian....
Aku merasakan ada sesuatu yang menggelitiki hidungku, membuatku sedikit terbangun. Namun karena aku ini bukan tipe orang yang suka bangun pagi di hari Sabtu, maka aku tidak membuka mata dan hanya berpindah posisi untuk menghindari apapun itu yang menggelitiki hidungku.
Tapi kemudian, kali ini tak hanya hidungku yang digelitiki, telapak kaki ku juga terasa geli. Dengan kesal aku menendang apapun---atau siapapun yang mengganggu tidurku.
Bruak.
Oops.
Jatuh deh dia.
Aku tersenyum penuh kemenangan dan kembali meneruskan mimpiku.
"Goddamnit Darcy." Suara itu membuatku langsung terbangun.
"Grace!" Seruku ketika melihat sahabatku yang terjatuh di lantai. Dia melotot kearahku sambil mengusap pantat nya yang sakit karena terjatuh tadi, melihat nya membuatku tertawa.
"Jangan tertawa!" Omel Grace. "Aku datang jauh-jauh kemari bukan untuk melihatmu tertawa!" Omelan nya membuatku semakin tertawa.
God. I miss her.
"Jadi, kau memang berniat untuk pura-pura menganggapku tak ada atau kau memang tidak sadar kalau aku berdiri disini?"
Aku berhenti tertawa dan menoleh ke kanan.
"Kau kah yang menggelitiki hidungku?" Tanyaku sambil memincingkan mata.
"Geez... I miss you too, Darcy." Ucapnya sambil memutar mata.
"Stop talking and help me up, Aiden!" Omelan Grace menarik perhatian Aiden, dia langsung mengulurkan tangan nya dan Grace menerima uluran tangan Aiden.
Aku tak kuasa menahan senyum ketika melihat mereka berdua.
Dari cara Aiden menatap Grace, kurasa dia masih suka pada sahabat perempuan ku itu.
"Kenapa kalian bisa disini?" Tanyaku ketika kesadaranku sudah terkumpul. Grace duduk di ranjangku dan langsung memelukku erat, aku tersenyum dan balas memeluknya.
"Aku hanya merindukanmu. Dan kudengar Aiden mau mengunjungimu jadi aku ikut saja." Ucapnya.
Aku memutar mata. "Alasan mu tidak logis, Grace. Kau dan Aiden bahkan tinggal di negara yang berbeda, bagaimana bisa kalian kesini bersamaan?"
Aiden mendengus. "Sudah kubilang, Grace. Dia pasti tidak akan percaya, jadi lebih baik jujur saja." Ucapnya.
Gantian Grace yang mendengus. "Fine." Ucapnya. Grace lalu menatapku. "Aku kesini karena aku khawatir padamu. Aku baru tau bahwa kau putus dengan Luke, jadi aku kemari bersama Aiden." Ucapnya.
"Luke tidak bercerita padamu?" Tanyaku, dia menggeleng. Aku mengerutkan kening bingung.
Tumben sekali Luke tidak mengatakan apa-apa ke Grace? Biasanya kan dia selalu cerita pada Grace..
"Lalu kalau begitu kau tau darimana jika aku putus?" Tanyaku lagi.
"Dari Aiden. Luke minggu kemarin berada di London. Dan tiga hari yang lalu dia pulang dengan wajah yang babak belur, di belakang nya ada Aiden yang juga terluka-----"
"Aku tidak terluka." Elak Aiden. Grace menaikkan alisnya.
"Yes you are. Walaupun cuma luka kecil di bibir." Ucap Grace, ia lalu kembali memfokuskan perhatiannya kepada aku yang terbengong-bengong. "Setelah ku selidiki, ternyata Aiden datang jauh-jauh dari Chicago ke London hanya untuk menghajar Luke. Dan ketika aku bertanya kenapa dia melakukan itu, Aiden bilang karena Luke pantas mendapatkan nya. Aiden bilang bahwa dia sudah bersumpah untuk menghajar Luke jika Luke menyakitimu." Ucapan Grace reflek membuatku menatap tajam kearah Aiden.
![](https://img.wattpad.com/cover/37497819-288-k293731.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: Wherever You Are
Fanfiction"Every night I almost call you just to say it always will be you,wherever you are,Darcy." Darcy Capella Styles,17 tahun,mahasiswi baru Harvard University. Luke Robert Horan,18 tahun,rockstar. Mereka sedang menjalani mimpi mereka masing-masing. Lal...